Aksa duduk di salah satu bangku kantin sembari meminum jus jeruk dan mengerjakan proposal kegiatan OSIS yang akan ia serahkan nanti sepulang sekolah. Suasana kantin yang ramai sedikit menganggu ketenangan Aksa. Tapi karena proposalnya sudah ditagih oleh guru mau tak mau ia harus segera merampungkannya.
Radit yang baru tiba, menepuk pelan pundak Aksa.
"Serius amat, Sa. Perlu gue bantu?" tanya Radit. Aksa menggeleng.
"Lo kalau butuh bantuan, ngomong aja sama gue. Jangan apa-apa dikerjain sendiri. Serasa nggak berguna banget gue jadi wakil ketua OSIS." ujar Radit.
"Bentar lagi kelar."
"Persiapan olimpiade matematika lo gimana?" diam-diam Radit menggeser pelan gelas yang berisi jus jeruk itu ke arahnya lalu meneguknya.
"Lancar," Aksa memicingkan matanya saat Radit dengan wajah polosnya meminum jusnya. Sedangkan Radit hanya cengengesan.
"Hehe, ini gue balikin." Radit mengembalikan jus yang hanya tinggal setengah itu.
"Eh, anjing!" Radit mengelus dadanya saat seseorang dengan rambut acak-acakan plus muka kucel khas bangun tidur, juga seragamnya yang sudah tak rapi lagi itu muncul di sampingnya.
"Belek lo masih nempel, anjing!" tukas Radit seraya memundurkan tubuhnya, "Jauh-jauh lo babi." Radit mengapit hidungnya.
Cowok yang diketahui bernama Edo itu menggeserkan tubuhnya ke Radit, "Masih wangi kok sayang, semerbak aroma ketek. Nih, cium, dijamin nagih." Edo tersenyum menggoda mengangkat salah satu tangannya, mengibaskan tangannya pada ketiaknya ke arah Radit, "Nih, cium aroma ketek." Edo mengapit leher Radit dengan ketiaknya.
"Buset! Bau anjing!" Radit meraup wajah Edo, "Lagian jam-jamnya istirahat, lo malah asik molor di kelas."
Edo cengengesan. Aksa menggeleng dengan kelakukan kedua temannya itu. Mereka satu organisasi, OSIS, bedanya mereka hanya beda kelas.
Entah mengapa orang semacam Edo dan Radit bisa keterima di OSIS, Edo yang kerjaannya saat rapat OSIS cuman jadi pendengar dan pengantuk. Dan entah keajaiban darimana seorang yang dulunya bad boy tingkat dewa macam Radit bisa terpilih menjadi wakil ketua OSIS."Eh, kaca mana kaca?" Edo heboh sendiri.
"Ngapain sih?" Radit malah ikut kelabakan sendiri.
"Doi gue udah di depan mata," Edo melihat geng inti Clevior yang membawa nampan yang berisi mie ayam buru-buru merapikan rambutnya dan membenahi seragamnya.
"Sssttt! Neng Kania cantik, duduk sini." Edo menggeser tubuhnya. Menyapu bekas tempat yang diduduki dengan kedua tangannya.
"Duduk aja sini cantik, mejanya udah pada penuh." kata Edo tersenyum selebar mungkin.
Kania memutar bola matanya malas, pandangannya mengedar kesegala penjuru kantin yang sudah penuh, menghela napas kasar karena tidak ada meja kosong yang tersisa, "Duduk disini?" tanya Kania pada ketiga temannya.
"Iya udah, duduk disini aja. Mejanya udah penuh semua." ujar Rosa. Mereka berempat mengambil posisi berhadap-hadapan.
Tak sengaja tatapan mata Vega dan Aksa bertemu. Vega mengalihkan pandangannya terlebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...