17. MASALAH GELANG

15.3K 2K 62
                                    

Komen di setiap paragraf yukkk
Biar aku tambah semangat nulis dan cepet update ✌️

***

Bagi Vega tidak ada tempat terbaik untuk menuangkan segala beban dan keluh kesahnya selain dengan Rara. Vega selalu melarikan diri ketika Bima bersikap kasar padanya.

Tatapan matanya menatap putus asa.

"Lihat, Ra, gue masih hidup." ucap Vega getir lalu tertawa hampar, menertawakan hidupnya yang tidak ada gunanya.

"Kapan waktunya gue dipanggil Tuhan?" Vega menengadah, tidak membiarkan air matanya jatuh.

"Bima bener, harusnya gue udah mati." Vega tersenyum ketir.

"Kalau Tuhan izinin gantiin lo berbaring disini, gue mau, Ra." Vega mengusap tangan kurus sahabatnya, wajah gadis itu semakin lama semakin pucat.

"Masa depan lo masih panjang, Ra. Lo punya impian yang harus dicapai, nggak kayak gue, hidup hambar tanpa arah, nggak punya tujuan, nggak ada orang yang banggain gue. Haha, gue emang se-nggak berguna itu sekarang."

Entah Rara mendengarkan atau tidak, Vega terus melanjutkan kalimatnya.

"Kalau boleh, gue mau minta sama Tuhan supaya kembalikan Mamah sama Ayah, biar gue aja yang dipanggil Tuhan."

Tahu punya hati tapi kosong? Seolah rasanya hidup hambar, tidak ada yang menarik, tidak bahagia dan tidak sedih. Ya, itu yang Vega rasakan sekarang sedari orang tuanya tiada sampai sekarang. Masih belum menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Pintu ruangan terbuka, Sarah memandang Vega dengan senyuman hangatnya. Tak ingin menunjukkan kesedihannya, Vega memaksa senyumnya.

"Udah dari tadi?" tanya Sarah.

"Baru, Tan."

"Makan dulu sini, Ve." Sarah meletakkan rantang dia atas meja. Vega ikut duduk di samping Sarah.

"Kamu harus banyak makan loh, Ve. Jangan sampai maag kronis kamu kambuh, jangan suka begadang juga." peringat Sarah. Vega terkekeh kecil, mungkin kalau Mamahnya masih ada, ia juga akan mengomelinya, menyuruhnya makan, mencubit hidungnya jika ia tidak menurut. Sayangnya itu hanya angan-angan.

Sarah menyodorkan sendok dan makanan yang sudah disiapkan.

"Are you okay?" tanya Sarah kala melihat memar biru di kening Vega. Yang tentunya memar itu didapatkan dari kepalanya yang dibenturkan Bima ke tembok.

Hati Vega merasa tersentuh saat Sarah menanyakan keadaannya. Matanya berkaca-kaca, bertahun-tahun lamanya ia hidup, baru kali ini ada yang menanyakan keadaannya.

"A little fail, but fine."

Sarah tersenyum sambil mengelus puncak kepala Vega, ia sudah menganggap Vega seperti anaknya sendiri, "Gimana sekolah kamu?"

"Baik. Maaf, ya, Tan. Vega masih belum temuin bukti-bukti kuat."

"Kamu nikmatin aja sekolah kamu, temukan teman baru yang lebih membuat kamu bahagia."

***

Anak-anak OSIS berangkat lebih pagi, karena ada rapat dengan kepala sekolah. Aksa selaku penyelenggara rapat ini berdiri di hadapan kepala sekolah dan anggota lainnya.

"Berdasarkan voting terbanyak, kelas 12 minta untuk acara promnight diadakan selama dua hari. Hari pertama dengan kelas 10 dan 11, hari kedua hanya kelas 12." ujar Aksa.

"Lalu untuk acara sudah diatur semua?" tanya kepala sekolah.

"Kami sudah mengaturnya semua, Pak. Dari dekorasi, konsumsi, hingga tempat acara. Kami juga sudah pesan tempat khusus untuk acaranya." jawab Aksa.

DISHARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang