"DOKTER!"
Aksa terbangun dengan terkejut, mengusap wajahnya kasar dan beberapa kali menghembuskan napas berat.
Ia bernapas lega kala melihat garis di alat monitor masih stabil.
Aksa keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Ia menggelengkan kepalanya kala melihat Kania, Berta dan Rosa tidur di kursi tunggu dengan seragam sekolah yang melekat di tubuh mereka sama seperti Aksa.
Aksa menepuk pundak mereka secara bergantian.
"Kalian nggak pulang?" tanya Aksa.
"Vega udah sadar?" tanya Rosa. Aksa menggeleng.
"Kita disini aja." kata Berta disetujui anggukan oleh Kania dan Rosa.
"Ini udah tengah malem,
mending kalian pulang, besok kesini." tutur Aksa."Tapi Vega belum sadar." tukas Berta.
"Nggak perlu khawatir, Vega aman sama gue."
"Udah malem juga, Sa nangung. Pulang aja besok sekalian." ucap Rosa merasakan nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.
Aksa menggeleng, "Kalian cewek, orang tua kalian pasti nyariin. Nanti gue kabarin kondisi Vega." Aksa tidak ingin merepotkan teman-teman Vega, kasihan kalau mereka harus berjaga semalaman apalagi mereka belum berpamitan ke orang tua.
Kania mengehela napas, "Kabarin kita kalau ada apa-apa, jangan apa-apain Vega."
Kania menuntun Berta dan Rosa untuk menjauh, seenggaknya Vega bisa aman bersama Aksa.
Aksa mengecek ponselnya, ada 125 panggilan tidak terjawab dari Galang. Aksa menelpon balik Galang.
"ABANGSAT LO!" begitu mendengar suara Galang, Aksa menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Ngapain telpon gue? Gabut?"
"Gabut matamu! Heh! Bunda nyariin lo ya kampret! Udah malem lo nggak pulang-pulang, nggak ada kabar! Bunda telpon lo tapi nggak lo angkat! Anak durhaka lo! Dicariin lo kemana aja sih anjir?!"
"Gue di rumah sakit, suara lo kedengaran, jangan teriak-teriak."
"Di rumah sakit? Ngapain?! Lo sakit?! Heh! Sakit apa lo?!"
"Bukan gue, tapi Vega."
"Uhuk, uhuk, keselek cilok gue anjir. Demi apa bidadarinya gue masuk rumah sakit?"
Aksa menghela napas, "Sekali lagi ngomong bidadarinya lo, gue habisin lo."
Disana Galang malah cengengesan, "Ya, kan emang cantiknya kayak bidadari."
"Mau berantem sama gue lo?"
"Ampun suhu, gue mau kesana jenguk Vega."
"Nggak usah, besok aja. Udah malem, bilang sama Bunda gue baik-baik aja."
"Kenapa sih gue nggak boleh jenguk Vega?"
"Udah malem, gue nggak mau lo ganggu dia."
"Oke! Oke! Gue kesana besok sama Bunda. Puas lo?!"
Galang memutuskan sambungannya.
Aksa kembali masuk ruangan, cowok itu mengenggam tangan Vega. Rasanya perih melihat kondisi Vega sekarang, wajah cewek itu pucat, apalagi luka-luka yang ada di wajahnya.
Bangun, Ve.
Aksa menenggelamkan wajahnya dia antara tangan Vega.
Sentuhan tangan Aksa rasakan di kepalanya. Cowok itu mendongak, mendapati mata Vega yang sedikit demi sedikit terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...