"Nggak peduli, gue nyaman."
Dengan begini Aksa bisa mencium aroma parfum vanilla Vega. Mengabaikan mikroskop yang jatuh dan pecah.
Vega dibuat tidak berkutik, tubuhnya masih kaku untuk bergerak, bahkan jantungnya berdegup kencang tak karuan.
"15 detik, gue lagi butuh senderan." Aksa dengan suara serak berat benar-benar membuat jantung Vega nyaris keluar dari tempatnya.
Aksa tidak berbohong, kepalanya memang terasa pusing seolah ada bom meledak dikepalanya, detak jantungnya juga melambat, entah apa yang terjadi pada tubuhnya. Tapi Aksa berharap itu baik-baik saja.
"Lo bener-bener ngerepotin perasaan gue, ya." entahlah sebabnya apa, Aksa nyaman di dekat Vega.
"Sekarang, gue yang akan lindungi lo." dengan mata yang terpejam, dalam posisi sadar atau tidak ia berkata demikian.
Mata Aksa masih terpejam, tanpa sadar hidung Aksa bersentuhan dengan leher jenjang gadis itu, membuat Vega jadi ketar-ketir sendiri. Vega merasakan hembusan napas Aksa yang semakin dekat dengan lehernya. Tubuhnya terasa kaku untuk bergerak.
Mata Vega tak sengaja menangkap Radit dan Edo yang mengenakan jas OSIS hendak menuju ke sini, Vega melotot. Gawat! Kalau sampai mereka tahu ini bisa menjadi salah paham.
"Aksa! Lo gila apa?! lepas!" semakin Vega memberontak semakin Aksa mengeratkan pelukannya. Tubuh Vega terasa sesak karena Aksa memeluknya terlalu erat.
Radit dan Edo yang hampir sampai membuat Vega dengan cepat menendang keras kaki Aksa.
Aksa yang tengah menikmati waktu kenyamanan dibuat kaget. Matanya langsung terbuka lebar.
"Arghhhh! Sialan!" ringis Aksa, tenaga Vega begitu kuat.
"Kok lo malah nendang kaki gue?" ujar Aksa seraya mengusap kakinya.
"Ya salah lo! Udah dibilang lepas malah gak dilepas!"
"Salahin lo yang udah buat gue nyaman."
Jantung Vega mencelos seketika.
"Minggir! Gue mau lewat!" elak Vega menjauh dari Aksa.
Radit dan Edo yang hendak menyapa Vega mengurungkan niat sebab Vega menatap tajam ke arah mereka.
"Belajar mulu lo nggak bosen apa?" tanya Radit ikut pusing ketika ia melihat tumpukan latihan soal.
"Ngapain kalian kesini?" tanya Aksa sarkas.
"Gabut doang hehe." jawab Edo cengengesan.
"Ck, ganggu." decak Aksa, pantesan tadi Vega menendang kaki Aksa dengan keras, rupanya karena mereka berdua.
"Mau musyawarah bentar aja tentang acara perpisahan kelas 12 nanti."
"Apa yang mau dibicarakan?" tanya Aksa seraya merapikan lembaran kertas.
"Ini kelas 12, minta kelas 10-11 harus berpasangan kalau mau keacara promnight."
"Yaudah turutin aja."
"Masalahnya kan banyak yang jomblo, Sa." ujar Edo sambil nyengir.
"Lo aja kali, gebetan sama mantan gue masih banyak." sela Radit.
"Halah fuck boy modal janji aja bangga! Buaya lo fuck-fuck." kata Edo seraya menggelengkan kepalanya.
"Diem kaum gamon!" ujar Radit, "Kelas 12 minta keputusannya hari ini," tambah Radit.
"Oke, turutin aja mau mereka."
Radit mengangguk, "Gue umumin ke mading sekolah."
"Astaghfirullah! Ini mikroskop kenapa bisa pecah gini?!" pekik Edo tiba-tiba. Radit yang awalnya tidak sadar menoleh ke arah mikroskop yang pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...