HDS| 10

13.4K 633 92
                                        

Alvaro yang mendengar suara tangis Aurora di balik pintu merasakan hatinya yang mendadak nyeri. Alvaro beberapa kali memukul kepalanya sendiri dan juga mengusap wajahnya dengan kasar.

"Gue bakal balik lagi ke sini sama orang tua gue." Kata Alvaro yang masih bisa didengar oleh Aurora yang berada di balik pintu. Aurora tidak menyangka jika Alvaro masih berada di depan rumahnya.

Setelah mengatakan itu Alvaro segera keluar dari halaman rumah milik Aurora dan segera melajukan motornya untuk kembali ke rumah pasalnya jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 21.35 menit.

Aurora mencoba bangkit dari duduknya menuju ke arah kamarnya yang berada di samping ruang tamu miliknya. Di dalam kamarnya Aurora kembali meratapi nasibnya, sampai akhirnya Aurora tidak sadar bahwa dirinya sudah tertidur dalam keadaan yang masih menangis.

Sedangkan Alvaro cowok itu terus melajukan motornya menuju ke rumah kedua orang tuanya. Saat memasuki area rumahnya Alvaro dapat melihat rumahnya yang sudah sangat sepi bahkan lampu di ruang tamunya saja sudah terlihat gelap yang artinya semua orang yang berada di dalam rumahnya sudah tertidur.

Dengan pelan dan hati-hati Alvaro membuka pintu rumahnya dan benar apa yang dipikirkan olehnya bahwa kedua orangtuanya dan juga adiknya sudah tidur di kamar masing-masing.

Alvaro tidak langsung masuk ke dalam kamarnya, laki-laki itu memilih pergi ke dapur untuk mengambil air mineral. Setelah meneguk air dingin yang berada di dalam botol sampai habis Alvaro memilih melangkahkan kakinya pergi ke lantai 2 di mana kamarnya berada.

Sesampainya di dalam kamarnya Alvaro memikirkan bagaimana caranya supaya dia diberi izin oleh kedua orang tuanya untuk menikahi Aurora gadis polos yang sudah ia rusak masa depannya.

***

"Ara, panggil kakak kamu. Sarapannya udah siap." Kata Alana kepada putrinya yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Iya mah." Jawab Ara yang dengan malas bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah tangga. Saat akan menaiki anak tangga Ara menghentikan langkah kakinya saat melihat sang kakak yang sudah turun dengan wajah lesu.

"Kenapa kak, sakit?" Tanya Ara yang melihat wajah sang kakak yang sedang tidak baik-baik saja. Alvaro tidak menjawab cowok itu melewati sang adik begitu saja dan berjalan kearah meja makan.

"Ini sarapannya pah." Kata Alana kepada Arga yang sudah duduk di meja makan dengan tenang. Sedangkan Alvaro dan juga Ara yang baru saja datang segera menempatkan dirinya di kursi masing-masing yang biasa mereka tempati saat makan bersama.

"Al, kamu kenapa? Sakit?" Tanya Alana yang menatap wajah Alvaro dengan seksama. Alvaro yang mendapat pertanyaan itu hanya mendongakkan kepalanya pelan kemudian menggeleng.

"Kamu kenapa Al, kalau ada apa-apa bilang sama papa atau sama mama." Kata Arga yang kini mulai membuka suaranya.

"Al nggak apa-apa kok mah pah." Jawab Alvaro yang menampilkan senyum kearah kedua orang tuanya. "Yaudah kalian sarapan dulu, mama mau ambil air." Kata Alana yang memegang teko kosong yang tadinya berisi air putih.

Kini mereka berempat sudah menyantap makanan yang berada di hadapan masing-masing dengan tenang tanpa adanya keributan di antara Alvaro dan juga Ara seperti biasanya.

Dan hal itu membuat Arga dan juga Alana menatap bingung ke arah Alvaro yang hanya diam sambil memakan sarapannya dengan tenang. Sedangkan Ara gadis itu hanya tersenyum sambil memakan sarapannya karena merasa tenang sang kakak tidak lagi mengganggu.

Hujan Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang