HDS | 16

9.6K 563 123
                                    

"Ini makan siang buat lo." Kata Alvaro kepada Aurora yang tengah duduk di sofa ruang tamu. Aurora hanya menganggukkan kepalanya pelan kemudian mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh Alvaro untuknya.

"Makasih." Jawab Aurora yang mendapat anggukan dari Alvaro. Aurora nampak menatap kearah Alvaro yang duduk disampingnya.

"Lo nggak makan?" Tanya Aurora kepada Alvaro dengan suaranya yang pelan. "Lo makan aja duluan." Aurora hanya bisa menganggukan kepalanya pelan menatap ke arah Alvaro kemudian melanjutkan kembali makan siangnya dengan Alvaro yang duduk di sampingnya.

Setelah menghabiskan makan siangnya Aurora berniat untuk mencuci piring namun langkahnya terhenti oleh suara Alvaro yang tiba-tiba. "Udah lo istirahat aja. Biar gue yang cuci." Kata Alvaro kepada Aurora, tidak ada jawaban dari gadis itu Aurora memilih kembali melangkahkan kakinya ke arah wastafel kemudian mencuci piring dan juga gelas yang tadi ia pakai.

"Bandel banget sih dibilangin jadi orang." Gumam Alvaro dengan sedikit kesal sambil menatap kearah Aurora. Aurora sama sekali tidak memperdulikan ucapan dari laki-laki yang semalam menjadi suaminya.

"Gue pergi dulu ada urusan. Kalau ada apa-apa telfon aja." Kata Alvaro setelah beberapa saat terdiam sambil berdiri dari duduknya menatap kearah Aurora yang sedang mengelap tangannya menggunakan lap yang berada di dekat wastafel.

"Mau kemana?" Tanya Aurora yang kini berjalan ke arah Alvaro yang tengah berdiri di samping meja makan. "Bukan urusan lo." Setelah mengatakan itu Alvaro pergi begitu saja meninggalkan Aurora yang masih berdiri dengan tubuh mematung di dapur.

Alvaro segera keluar menuju ke arah parkiran di mana motornya yang sudah terparkir rapi, motor milik Alvaro memang sudah diantar oleh orang suruhan dari sang papa.

Alvaro nampak memakaikan helm kepada kepalanya dan mengendarai motornya keluar dari area apartemen. Cowok tersebut terus melajukan motornya membelah jalanan yang cukup ramai siang hari ini.

Sampai akhirnya Alvaro berhenti di sebuah bengkel yang cukup besar, cowok itu segera turun dari motornya kemudian masuk ke dalam bengkel tersebut. "Bang, Bang Denis kemana?" Tanya Alvaro kepada seorang laki-laki yang tengah membetulkan sebuah motor.

"Ada di dalam masuk aja." Jawab laki-laki yang menjawab pertanyaan Alvaro yang tak lain adalah Andri, seorang laki-laki berusia 21 tahun yang bekerja di bengkel motor milik Denis.

"Gue masuk dulu ya bang." Kata Alvaro yang mendapat anggukan cepat dari Andri. Alvaro segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan yang didalamnya ada seorang laki-laki yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

"Cepet banget udah dateng." Kata laki-laki itu yang tak lain adalah Denis. Seseorang yang memiliki bengkel motor, Alvaro memang dekat dengan Denis dan juga para karyawannya karena Alvaro yang sering datang ke bengkel untuk membetulkan motornya ataupun menservis motor miliknya.

"Gimana bang boleh nggak gue kerja di sini?" Tanya Alvaro yang kini menarik sebuah kursi tepat dihadapan Denis. Denis nampak menatap Alvaro dengan tatapan yang bingung pasalnya sebelum Alvaro datang kesini cowok itu sudah memberitahukan kepada Denis jika dirinya akan datang dan meminta pekerjaan.

"Emang uang jajan yang dikasih bapak lo kurang?" Tanya Denis yang kini menatap Alvaro dengan serius. Alvaro menghembuskan nafasnya pelan sambil menatap kearah Denis yang juga menatapnya.

"Gue udah nggak tinggal lagi sama papa sama mama bang, kemarin malam gue baru aja nikah terus gue dikasih apartemen sama papa dan sekarang gue tinggal di apartemen sama istri gue." Jawaban dari Alvaro membuat Denis tertawa sampai laki-laki itu tersedak.

"Gue serius bang." Sambung Alvaro yang kini menatap serius ke arah sosok laki-laki yang duduk di hadapannya. Ini juga menatap serius ke arah Alvaro meminta penjelasan kepada cowok yang berada di hadapannya itu.

Akhirnya Alvaro menceritakan kronologi kenapa dirinya bisa menikah dengan Aurora tadi malam. "Gue ikut prihatin." Kata Denis yang menepuk pundak Alvaro dengan pelan.

"Jadi gimana bang ada nggak kerjaan buat gue?" Tanya Alvaro dengan suara lirihnya karena Alvaro sendiri tidak tahu dimana dirinya harus mencari kerja di usianya yang baru 18 tahun dan belum lulus sekolah.

"Emang bapak lo enggak ngasih uang buat biaya hidup kalian berdua?" Tanya Denis kembali yang mendapat gelengan pelan dari Alvaro.

"Papa cuman mau ngasih biaya sekolah buat gue sama istri gue. Gue juga cuman dikasih apartemen, mobil yang gue pakai sama motor doang semua kartu ATM gue diambil sama papa." Jawab Alvaro sambil menundukkan kepalanya.

Tadi pagi sebelum dirinya pindah ke apartemen, sang Papa memang sudah mengambil semua kartu atm-nya. "Jadi sekarang lo harus cari uang buat biaya hidup lo sama istri lo?" Tanya Denis yang mendapat anggukan cepat dari Alvaro.

Sebetulnya Alvaro masih mempunyai cukup banyak uang tabungan di kartu atm-nya yang lain, tetapi Alvaro Tidak mau menggunakan uang itu dikarenakan uang itu akan ia gunakan untuk biaya persalinan Aurora nantinya.

"Ada sih kerjaannya ya kayak Andri sama Harry." Senyum Alvaro mengembang begitu indah saat mendengar bahwa ada pekerjaan untuk dirinya.

"Tapi lo kan masih sekolah?" Tanya Denis kembali kepada Alvaro. "Enggak apa-apa bang gue bisa kerja setelah pulang sekolah sampai malam juga bisa." Jawab Alvaro dengan yakin akan keputusannya.

"Ya udah lo boleh kerja di sini bantuin Andri sama Harry, tapi mungkin gaji yang lo terima nggak akan sebanding sama uang jajan lo satu minggu." Alvaro menghembuskan nafasnya pelan sambil menganggukkan kepalanya.

Mungkin dulu uang 1.000.000 Alvaro gunakan untuk satu minggu, tapi sekarang Alvaro harus banyak berhemat untuk biaya hidupnya bersama dengan sang istri.

"Enggak apa-apa deh bang yang penting cukup buat makan." Denis menganggukkan kepalanya pelan sambil menepuk pundak Alvaro dengan pelan.

Denis tidak menyangka jika bocah yang berada di hadapannya yang baru saja berumur 18 tahun sudah memiliki seorang istri yang mungkin sebentar lagi akan memiliki seorang anak sedangkan dirinya diusianya yang sudah 28 tahun sama sekali belum mempunyai calon.

"Ya udah lo bisa mulai kerja sekarang." Alvaro hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh Denis, cowok itu segera mengganti pakaiannya kemudian ikut bergabung bersama Andri untuk membetulkan salah satu motor milik pelanggan Denis.

"Sekarang kerja disini lo, emang uang dari bapak lo kurang?" Tanya Andri yang menatap ke arah Alvaro yang tengah membongkar mesin motor. Alvaro memang sudah sering membongkar pasang motor dan dirinya cukup handal dalam perbaikan motor.

"Iya bang." Jawab Alvaro dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya. Sedangkan Andri dan juga Harry kedua laki-laki itu hanya bertukar pandang saat melihat Alvaro yang dengan telaten mengerjakan salah satu motor milik pelanggan Denis.

***

"Kira-kira Alvaro kemana ya?" Tanya Aurora sambil menatap kearah pintu apartemen yang akan ia tinggali bersama dengan sang suami.

"Ini kan udah sore banget kenapa dia belum pulang?" Tanya Aurora kembali pada dirinya sendiri saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5 sore yang artinya sudah hampir 4 jam lebih Alvaro pergi meninggalkan dirinya.

"Apa dia sama Friska, ah iya mungkin dia sama Friska." Kata Aurora yang memukul kepalanya dengan pelan saat mengingat jika suaminya adalah kekasih dari sahabatnya.

Tidak mau berpikir yang macam-macam akhirnya Aurora pergi ke dapur untuk mengambil air dingin di dalam kulkas dan meneguknya sampai habis tengah botol.

----------

Hay guys aku kembali lagi nih dengan part 16, jangan lupa vote dan komen kalian ya guys aku tunggu🥰

Gimana guys menurut kalian tentang part ini? Ada yang mau disampaikan buat aku nggak nih?

Minta saran dong, mau update kapan lagi nih?😌 Dan juga kayaknya satu Minggu kedepan bakalan telat update nya.

Hujan Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang