Sudah 1 minggu sejak Aurora mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung dari kejadiannya bersama dengan Alvaro kekasih dari sahabatnya. Aurora juga sudah memutuskan bahwa dirinya tidak akan lagi melanjutkan sekolahnya.
Hanya ada dua alasan yang menjadikan Aurora memutuskan untuk berhenti dari sekolah, yang pertama tidak mungkin dirinya bersekolah dalam keadaan hamil karena semakin hari perutnya juga akan semakin besar dan akan menimbulkan kecurigaan diantara teman-temannya. Yang kedua Aurora juga harus mengumpulkan banyak uang untuk biaya persalinan buah hatinya nanti.
Dan selama satu minggu ini juga Naomi selalu menanyakan kabar Aurora kepada wali kelasnya, tetapi wali kelas Aurora juga tidak mengetahui kemana muridnya itu pergi.
Sedangkan Friska gadis itu nampak biasa-biasa saja saat 1 minggu ini Aurora tidak datang ke sekolah. "Bagus deh, kalau dia nggak dateng kesekolah. Gue capek pura-pura baik sama dia." Kata Friska di dalam hatinya saat menatap Naomi yang duduk di sebelahnya.
Selama Aurora tidak masuk ke sekolah Friska lebih memilih duduk di tempat milik Aurora yang bersebelahan dengan Naomi. "Kita tengokin Aurora yuk." Kata Naomi kepada Friska yang tengah duduk disampingnya dengan ponsel di tangannya.
"Nggak ah, gue nggak bisa soalnya gue mau pergi sama mama." Jawab Friska dengan cepat sedangkan Naomi gadis itu menatap tidak suka ke arah Friska.
"Kok lo gitu sih Aurora udah nggak masuk 1 minggu, kita sebagai sahabat harus tengokin dia." Jawab Naomi yang menatap kearah Friska yang sedang memainkan ponselnya.
"Asal lo tau ya Naom, Sebenarnya gue itu males banget temenan sama dia. Kita sama dia itu nggak selevel, dia cuma beruntung aja bisa sekolah di sini karena beasiswa." Naomi menatap tidak percaya ke arah Friska yang baru saja mengucapkan kata yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Apa lo bilang, Jadi selama ini lo nganggep kita bertiga itu nggak selevel?" Tanya Naomi dengan emosinya yang sudah tersulut. Sedangkan Friska gadis itu hanya menganggukkan kepalanya pelan, Jika boleh jujur Friska sangat tidak suka kepada Aurora karena sudah merebut Naomi sebagai sahabatnya.
Naomi dan Friska dulunya memang yang berada dalam satu sekolah sebelum mereka berdua masuk ke SMA BHINEKA, namun sejak kenal dengan Aurora, Friska dan Naomi jarang bersama.
Naomi berdiri dari duduknya begitu saja meninggalkan Friska yang masih duduk di bangkunya dengan ponsel di tangannya.
"Gue nggak nyangka kalau fikiran Friska serendah itu." Gumam Naomi dengan rasa kesal di dadanya. Sampai-sampai dirinya tidak sadar menabrak Alvaro yang sedang berjalan di hadapannya.
"Maaf maaf gue nggak sengaja." Kata Naomi yang dengan cepat ingin pergi namun tangannya ditahan oleh Alvaro membuat gadis itu menoleh kebelakang dan menatap tangannya yang tengah dipegang oleh Alvaro.
"Kenapa?" Tanya Naomi yang dengan cepat menghempaskan tangan milik Alvaro dari tangannya. "Gue boleh nanya sesuatu?" Tanya Alvaro yang mendapat anggukan cepat dari Naomi.
"Lo tau nggak dimana rumahnya Aurora temen lo itu?" Naomi yang mendengar itu menautkan kedua alisnya menatap bingung ke arah Alvaro yang tiba-tiba menanyakan dimana rumah Aurora.
"Udah 1 minggu ini dia nggak masuk ke sekolah." Jawab Naomi cepat. Jika tentang itu Alvaro sudah mengetahui jika Aurora sudah 1 minggu ini tidak masuk ke sekolah tanpa izin apapun.
"Emang ada urusan apa lo tanya rumah Aurora?" Tanya Naomi yang kini memicingkan matanya menatap curiga kearah Alvaro yang berada di hadapannya.
"Gue ada urusan sama dia." Naomi hanya mengangguk-anggukan kepalanya pelan sambil menatap kearah Alvaro.
"Rumahnya ada di jalan Sudirman nomor 4." Kata Naomi yang memberitahukan alamat rumah milik Aurora kepada Alvaro.
"Yaudah makasih ya." Kata Alvaro yang mendapat anggukan cepat dari Naomi. Alvaro sangat berharap jika nanti saat dirinya datang ke rumah Aurora bertemu dengan gadis itu, karena selama ini Alvaro belum meminta maaf kepada gadis yang sudah ia rusak masa depannya.
Bagaimana dirinya meminta maaf jika Aurora selalu bersama dengan Friska juga Naomi. Naomi hanya menatap Alvaro yang pergi menjauh darinya.
***
"Ayo sayang kita makan siang." Gumam Aurora yang sudah duduk di kursi yang berada di dapurnya siap untuk menyantap makan siangnya.
"Kamu jangan rewel ya kalau ibu lagi kerja." Gumam Aurora yang memberitahukan kepada janin yang berada di dalam kandungan nya. Pasalnya sudah dua hari ini dirinya selalu merasa pusing dan juga mual saat dirinya melakukan pekerjaan sebagai seorang pelayan.
Senyum Aurora mengembang melihat makanan yang sudah ia buat tadi dengan susah payah. Karena menginginkan memakan mie goreng dan juga telur ceplok di atasnya Aurora memilih membuatnya sendiri daripada membeli di luar.
Dengan lahap gadis bertubuh mungil itu menyantap mie goreng yang terlihat menggoda di matanya. Setelah menghabiskan mie gorengnya Aurora memilih beranjak dari duduknya untuk membersihkan dapur yang terlihat kacau karena ulahnya tadi.
Setelah selesai Aurora memilih mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum akhirnya dirinya pergi untuk bekerja. Tidak lama setelah berbaring di atas tempat tidurnya Aurora mulai memejamkan matanya dengan nafas yang teratur.
Seperti biasa Aurora akan berangkat dari rumah 14.15. Aurora sengaja datang lebih awal karena dirinya takut telat dan akan dimarahi oleh bosnya yang sudah berbaik hati memberikannya pekerjaan part time.
Sesampainya di restoran Aurora nampak tersenyum saat melihat kedua temannya yang tak lain adalah Ocha dan juga Nanda. "Kamu baik-baik aja kan, nggak lagi sakit?" Tanya Ocha menatap khawatir kearah Aurora dengan wajah pucatnya.
"Nggak apa-apa kok mbak, mungkin Aurora kurang istirahat aja." jawab Aurora mencoba meyakinkan Ocha yang tengah memegang kedua pundaknya.
"Ya udah kalau gitu tapi kalau kamu ngerasa sakit lebih baik kamu pulang aja." Aurora hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum menatap kearah Ocha. Aurora sangat beruntung ada Ocha dan Nanda yang selalu ada untuknya meskipun mereka berdua terpaut usia yang cukup jauh.
"Iya mbak, kalau gitu Aurora ke belakang dulu ya mbak." Kata Aurora yang mendapatkan anggukan cepat dari Ocha. Sangat beruntung bagi Aurora saat ini karena sejak tadi dirinya belum merasakan mual ataupun pusing saat dirinya bekerja.
"Ini kamu anterin dulu ke meja nomor 5." Kata Ocha yang memberikan sebuah minuman dan juga camilan di dalam nampan kepada Aurora.
"Iya mbak, sini." Kata Aurora yang mengambil nampan tersebut dari tangan Ocha. Aurora nampak berjalan secara hati-hati karena takut nampan yang ia pegang tumpah.
"Ini mas minumannya." Kata Aurora sambil meletakkan minuman di atas meja nomor lima yang dilanjut dengan cemilan berupa kentang goreng di atas meja. Saat mendongakkan kepalanya gadis itu sangat terkejut saat melihat siapa yang berada di hadapannya.
"Saya permisi dulu mas." Sambung Aurora yang dengan cepat ingin pergi dari hadapan cowok tersebut. Namun cowok itu malah menahan tangan Aurora membuat gadis itu langsung menghentikan langkahnya.
"Kenapa Al?" Tanya Aurora dengan suaranya yang sangat pelan karena takut didengar oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.
"Gue mau ngomong sama lo." Kata laki-laki itu yang tak lain adalah Alvaro. Sebetulnya dirinya tidak sengaja mampir ke restoran veteran untuk membeli minuman karena tenggorokannya yang terasa haus.
"Maaf Al, gue nggak bisa soalnya gue harus kerja. Kalau gitu gue permisi dulu." Kata Aurora yang melepaskan tangannya dari cekalan Alvaro dan segera pergi dari hadapan cowok yang berstatus sebagai kekasih dari sahabatnya itu.
------------
Hay, part 8 udah aku update ya. Happy reading buat kalian.
Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya, biar aku tambah semangat.
Love you buat kalian semua❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Novela Juvenil𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...