HDS | 36

9K 595 25
                                    

"Kenapa tu muka?" Tanya Rafael yang kini tengah duduk di hadapan Alvaro yang tengah melamun kan sesuatu yang mereka semua tidak ketahui.

"Iya perasaan dari pagi manyun mulu." Sahut Lingga yang kini memakan kacang kulit yang tadi dia beli. Sedangkan Calvin cowok itu hanya memperhatikan kedua sahabatnya yang tengah bercengkerama.

Alvaro masih asik dengan lamunan dan juga pikirannya sendiri yang memikirkan bagaimana caranya dirinya untuk memutuskan Friska tanpa membuat gadis itu sakit hati. Meskipun Alvaro tahu bahwa Friska pasti akan sakit hati jika dirinya memutuskan gadis itu tanpa sebab.

"Gue nggak rela putus sama Friska, tapi gue juga nggak rela kalau Aurora harus tinggal sama mama." Gumam Alvaro di dalam hatinya dengan jantung yang sejak pagi sudah berdebar-debar.

Menurut Alvaro keputusan yang paling sulit adalah memilih antara kekasih atau istrinya. Ada Friska sosok gadis cantik yang sudah menemaninya 2 tahun lebih, gadis yang sangat ia cintai dan juga sayangi, namun di sisi lain ada seorang gadis yang menjadi istrinya dan juga tengah mengandung anaknya meskipun dirinya belum mencintai gadis itu.

"Gue harus gimana, Gue sayang sama Friska. Tapi Aurora juga lagi ngandung anak gue." Alvaro menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembusnya dengan perlahan dan hal itu tidak luput dari perhatian ketiga sahabatnya.

Mereka berempat kini tengah berada di kantin belakang sekolah yang terdapat banyak sekali anak laki-laki yang tengah membeli minuman dan makanan ataupun satu batang rokok.

"Al, kalau ada masalah cerita ke kita jangan lo pendem sendiri kita nggak bakal tahu masalah apa yang buat lo sampai kayak gini." Tiba-tiba suara Lingga menusuk ke gendang telinga Alvaro membuat cowok itu mendongakkan kepalanya dan menatap ketiga sahabatnya secara bergantian.

"Nggak kok, gue nggak ada masalah apa-apa cuma lagi nggak enak badan aja." Jawab Alvaro mencoba menyembunyikan masalah yang tengah ia hadapi saat ini.

Namun Rafael, Calvin ataupun Lingga menatap curiga ke arah Alvaro yang tiba-tiba terdiam. "Gue balik dulu kekelas ada yang ketinggalan." Kata Alvaro sambil berdiri dari kursi panjang yang sejak tadi ia duduki bersama ketiga sahabatnya.

Alvaro terus memikirkan bagaimana caranya untuk dia memutuskan Friska hari ini juga, karena Alvaro tahu jika ancaman yang diberikan oleh Alana tidak main-main. Alvaro sangat tahu bagaimana tegas dan juga prinsip yang dimiliki oleh Alana.

Saat berada di dekat kamar mandi Alvaro mengeluarkan ponselnya kemudian mengirimkan pesan kepada Friska untuk menunggunya di parkiran setelah pulang sekolah nanti.

Setelah mengirimkan pesan singkat itu Alvaro kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku seragamnya kemudian berjalan dengan sedikit cepat menuju ke kelasnya.

***

"Gue pulang dulu." Kata Naomi kepada Friska yang saat ini tengah berdiri di samping motor milik Alvaro yang tengah terparkir.

"Iya hati-hati." Jawab Friska sambil melambaikan tangannya ke arah Naomi yang kini sudah melajukan motornya meninggalkan parkiran sekolah. Friska nampak menatap sekelilingnya, hanya ada siswa-siswi yang berlalu lalang mengambil motor kemudian pulang ke rumah masing-masing.

Sampai akhirnya senyum Friska mengembang saat melihat sosok cowok yang sudah mengisi hatinya selama ini siapa lagi kalau bukan Alvaro Galih Pratama, sosok cowok dingin dan juga cuek di sekolahnya. Sosok cowok yang sangat dikagumi di SMA bhinneka.

"Kenapa Al?" Tanya Friska saat melihat Alvaro yang kini sudah berdiri di hadapannya. Alvaro menarik nafasnya pelan kemudian menghembuskannya dengan perlahan saat melihat wajah ceria yang dimiliki oleh Friska sang kekasih.

Hujan Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang