"Non habis dari mana, bibi khawatir." Friska yang ingin menaiki tangga terkejut melihat sosok wanita paruh baya yang berlari kearahnya.
Senyum Friska terukir melihat wanita paruh baya itu, "Nggak kemana-mana bik." Jawab Friska dengan senyum di bibirnya.
"Bibi khawatir sama non Friska, tadi bibi nyuruh mang Panji buat nyari non Friska." Sebegitu khawatir kah asisten rumah tangga dirumahnya pada dirinya.
Bahkan kedua orang tuanya tidak ada yang peduli tentangnya, mau ia pulang atau tidak itu tidak penting bagi orang tuanya.
"Non Friska nggak apa-apa kan?" Friska menggeleng pelan menjawab pertanyaan bibi Jum. Tidak lama terdengar pintu samping terbuka menampilkan sosok laki laki dengan wajah paniknya, dia adalah mang Panji orang yang bekerja dirumah Friska bersama bibi Jum sejak dirinya baru berusia satu tahun.
"Ya ampun non, non dari mana?" Tanya mang Panji berjalan menghampiri bibi Jum dan Friska yang berada didekat tangga.
"Maaf ya mang, bi udah bikin kalian khawatir." Kata Friska menatap keduanya bergantian. "Nggak apa-apa non, yang penting non Friska nggak apa-apa." Jawab mang Panji cepat.
Mang Panji dan juga Bibi Jum adalah sepasang suami istri yang sudah mengabdi selama 17 tahun dirumah Friska, jika tentang anak mereka mempunyai dua orang anak namun tinggal dikampung.
"Kalau gitu non Friska istirahat aja." Friska hanya mengangguk kemudian berlalu meninggalkan keduanya yang saling pandang.
"Kasian non Friska." Gumam bibi Jum yang mendapat anggukan dari sang suami.
Didalam kamarnya Friska kembali menangis, apakah ia tidak berhak bahagia bersama orang tuanya ataupun bersama kekasih hatinya sekalipun.
Lelah menangis membuat Friska tertidur dengan sendirinya, bahkan ia belum sempat mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Rasanya sangat lelah untuk hari ini, bahkan tidurnya sama sekali tidak terusik sampai pagi.
***
"Pagi bi." Sapa Friska dengan senyum mengembang di bibirnya, hari ini ia terlambat bangun. Pukul tujuh ia baru keluar dari kamarnya dan turun kebawah untuk sarapan beruntung hari ini hari libur.
"Pagi non Friska, udah cantik aja mau kemana non?" Tanya bi Jum yang melihat Friska sudah sangat rapi dengan pakaian nya yang simpel. Celana levis dan juga kaos over size.
"Mau ngajak mama keluar bi, kan hari libur pasti mama dirumah." Senyum bibi Jum luntur mendengar jawaban Friska, hal itu tidak luput dari perhatian Friska.
"Mama udah pergi ya bi?" Tanya Friska dengan nada pelan, baru saja jam tujuh pagi tapi sang mama sudah pergi itupun dihari libur.
"Yaudah deh bi, Friska pergi sendiri aja. Lagian udah biasa ini tanpa mama papa." Bibi Jum mendekat kearah Friska yang tengah duduk.
"Yang sabar ya non Friska. Mungkin lain kali ibu punya waktu." Bibi Jum mencoba memberikan pengertian kepada Friska meskipun tidak akan ada gunanya untuk Friska.
"Kenapa sih bi harus orang tua Friska yang pisah kenapa nggak orang lain aja, kenapa wanita itu rebut papa dari aku sama mama."Gumam Friska dengan pelan tapi bibi Jum masih bisa mendengarnya.
"Apa nggak ada laki laki lain, kenapa harus papa Friska sih bi yang diambil." Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.
Sakit rasanya mengingat kepergian sang papa dengan wanita lain dihadapannya empat tahun lalu, meninggalkan dirinya dan juga sang mama. Sejak saat itulah Ivona, mama Friska menyibukkan diri di perusahaan milik keluarganya hal itu Ivona lakukan untuk menyampingkan sakit hatinya pada sang mantan suami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Teen Fiction𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...