"Al." Panggil Aurora dari dapur. Dia baru saja menyelesaikan masakannya pagi ini, meskipun usia kandungannya sudah 8 bulan Aurora masih melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendiri.
Walau terkadang dibantu oleh Alvaro, itu sudah membuat Aurora senang. Karena kemarin Alvaro masuk sekolah jadi dia yang mencuci dan menjemur pakaian, jika Alvaro libur tugas itu akan digantikan oleh Alvaro.
Tidak lama terdengar suara langkah kaki dari ruang tamu, menampilkan sosok laki-laki dengan koas hitam dan celana pendek diatas lutut. Kedua matanya menatap penuh tanya kearah Aurora yang sedang menata masakannya diatas meja.
"Sarapan yuk, gue udah laper nih." Kata Aurora menarik kursi disampingnya. Dengan hati-hati ia menduduki kursi itu yang diikuti oleh Alvaro dihadapannya.
Alvaro duduk dengan tenang dihadapan Aurora. Dengan telaten Aurora mengambilkan sarapan untuk Alvaro, pagi ini ia hanya masak nasi goreng dan juga telur ceplok seperti biasa. Masakan yang mudah dibuat saat pagi hari begini, dan tentunya juga cepat proses pembuatannya.
"Enak nggak Al masakan gue?" Tanya Aurora dengan antusias dan penuh harapan mendapatkan pujian dari Alvaro, tangan kanannya memasukkan nasi goreng kedalam mulutnya.
Alvaro yang tengah sibuk mengunyah nasi gorengnya mendadak berhenti sambil menatap Aurora. Kepalanya menganggukkan kepalanya pelan memberikan tanggapan atas pertanyaan Aurora.
"Ih, cuma ngangguk doang lagi. Minimal bilang enak kenapa sih." Pagi ini Aurora kembali dibuat kesal oleh Alvaro, kesalnya yang tadi belum hilang kini ditambah lagi.
Dengan kasar Aurora meletakkan sendoknya, membuat suara yang nyaring karena sendok dan piring yang bersentuhan. "Kenapa sih Ra?" Tanya Alvaro menatap Aurora yang tengah mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa? Kenapa? Lo tanya aja sama diri lo sendiri!!" Pekik Aurora dengan keras sambil berdiri dari duduknya meninggalkan Alvaro dengan segala kebingungannya.
"Kenapa lagi sih, perasaan gue nggak ngapa-ngapain." Gumam Alvaro dengan pelan. Ntah ia yang tak peka ataukah Aurora yang sedang sensitif saat ini.
Melihat Aurora yang pergi membuat selera makan Alvaro mendadak hilang, apalagi melihat piring Aurora yang masih terisi banyak nasi goreng.
Alvaro meneguk air putih yang berada disampingnya dan pergi menyusul Aurora yang sudah masuk kedalam kamar, saat membuka pintu kamar Alvaro melihat Aurora yang duduk diatas ranjang sambil melamun.
"Ra, lo kenapa sih?" Tanya Alvaro sambil berjalan mendekati Aurora, Alvaro memegang pundak Aurora dengan lembut, sebelah tangannya memegang dagu Aurora dan sedikit mengangkatnya.
Kini Alvaro bisa menatap wajah Aurora yang berada dibawahnya. "Kenapa, hem?" Tanya Alvaro dengan lembut. Bukannya menjawab Aurora malah memeluk pinggang Alvaro dengan erat.
Aurora membenamkan wajahnya diperut Alvaro, Alvaro tidak menolak hal itu. Tangannya mengusap kepala Aurora dengan lembut, cukup lama mereka berada diposisi itu. Posisi yang masih sama Alvaro berdiri dan Aurora duduk di ranjang sambil memeluk pinggang Alvaro.
"Lo kenapa sih Ra, kalau ada apa-apa tuh cerita. Gue nggak tau harus gimana." Kata Alvaro sambil terus mengusap kepala Aurora.
"Kalau gue ada salah lo harus ngomong salah gue dimana, biar gue tau salah gue dimana." Sambung Alvaro lagi. Aurora masih diam dengan posisi yang sama, usapan dikepalanya membuat ia sangat nyaman dan enggan untuk merubah posisi itu.
"Lo nggak salah apa-apa Al, mungkin perasaan gue lagi sensitif aja." Jawab Aurora dengan pelan karena wajahnya masih berada diperut Alvaro.
"Terus kenapa tadi pas dimeja makan kayak gitu, bahkan sarapan lo aja belum habis." Aurora hanya diam sambil mengusap-usap kan wajahnya diperut Alvaro yang terhalang oleh kaos hitam milik sang suami.
![](https://img.wattpad.com/cover/307512612-288-k138312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Ficțiune adolescenți𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...