Sudah satu minggu sejak pertemuan Alvaro, Aurora dan juga Friska dimalam itu. Dari malam itu Alvaro menjadi kembali acuh terhadap Aurora, dan hal itu membuat hati Aurora sangat sakit. Bagaimana tidak yang awalnya mendapatkan perhatian dari Alvaro mendadak hilang sejak malam itu.
Seperti saat ini Aurora tengah mengunggu Alvaro pulang seperti biasanya, bahkan Aurora rela menahan kantuknya demi sang suami. "Al." Panggil Aurora saat melihat Alvaro yang baru saja masuk kedalam apartemen.
Namun lagi-lagi seperti biasa Alvaro tidak menjawab panggilan Aurora dan lebih memilih diam sambil terus berjalan menuju kamar tanpa memperdulikan Aurora.
Yang bisa Aurora lakukan hanya diam ditempat sambil menatap kepergian Alvaro, terdengar helaan nafas berat dari Aurora. Tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipinya, dan anehnya bibirnya nampak tersenyum.
Didalam kamarnya Alvaro segera masuk ke kamar mandi tanpa memperdulikan sang istri yang tengah menangis diruang tamu, Alvaro segera membersihkan tubuhnya dengan cepat.
Lima belas menit kemudian Alvaro keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah melekat ditubuhnya, kedua tangan nya nampak menyisir rambutnya kebelakang. Sampai akhirnya tatapannya teralih kearah pintu kamar dimana ada seorang gadis yang tengah berdiri dengan tatapan kearahnya.
"Mau makan sekarang Al?" Tanya Aurora kepada sang suami. Bahkan bekas air matanya tidak terlihat oleh Alvaro sungguh pintar Aurora menyembunyikan kesedihannya dengan senyum yang terus terukir di bibirnya.
"Nggak." Jawaban singkat Alvaro membuat senyum Aurora luntur seketika, dengan gerakan cepat Aurora berjalan kearah kamar mandi. Setelah selesai Aurora segera membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
Mungkin dengan tidur Aurora akan melupakan semua masalahnya, namun belum juga memejamkan matanya Aurora dikejutkan dengan Alvaro yang keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi.
"Al mau kemana?" Tanya Aurora dengan cepat turun dari ranjang mengikuti Alvaro keluar dari kamar mereka. Aurora dengan cepat menahan tangan Alvaro membuat laki-laki itu berhenti melangkah.
"Lo mau kemana?" Tanya Aurora lagi, tidak ada jawaban dari Alvaro yang ada hanya tatapan dingin dan tidak mengenakkan hati dari Alvaro.
"Mau main sama yang lain." Jawab Alvaro dengan nada dingin sedingin es batu didalam kulkas mereka. Bahkan tangan Aurora terasa dingin saat ini.
"Lo dirumah aja. Kalau mau tidur tidur aja, nggak usah nungguin gue pulang." Sambung Alvaro cepat. Aurora hanya bisa mengangukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Hati-hati jangan pulang malem malem." Begitulah pesan Aurora untuk Alvaro saat sang suami membalikkan badannya dan melangkah menuju pintu apartemen.
Menangis itu lah yang Aurora bisa saat ini, mendadak dia menjadi orang yang sangat cengeng. Mungkin juga karena hormon atas kehamilannya, Aurora terus membiarkan air matanya jatuh tanpa mengusapnya.
Karena terlalu lama menangis membuat kepala Aurora pusing dan juga wajah yang sangat sembab. "Tenang ya sayang, nggak apa-apa kok." Gumam Aurora sambil mengusap perut nya yang sedikit menonjol.
***
Dilain tempat Alvaro tengah duduk bersama Rafael dengan secangkir kopi dihadapannya. Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, hanya ada suara jangkrik yang sangat nyaring malam ini.
Sepertinya Rafael mengerti akan kondisi Alvaro saat ini, terbukti sejak kedatangan Alvaro Rafael belum membuka suaranya. "Raf." Tiba tiba Alvaro mengeluarkan suaranya membuat Rafael menoleh kesamping dimana Alvaro tengah duduk dengan tatapan lurus kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Teen Fiction𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...