Sesampainya kedua ambulans itu di rumah sakit kedua tubuh yang tak sadarkan diri itu segera diturunkan dan segera mendapatkan pertolongan pertama, Aurora yang segera masuk ruang operasi dikarenakan ia harus melahirkan saat ini juga.
Sedangkan Alvaro ntah dibawa kemana tubuh itu, dan ternyata Alvaro dibawa ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan. 30 menit berlalu belum ada tanda-tanda keluarnya kedua dokter dari kedua ruangan yang ditempati oleh Aurora dan juga Alvaro.
Sedangkan Alana dan juga Arga begitu kaget pagi ini mendapatkan kabar bahwa anak dan menantunya terlibat kecelakaan dan saat ini berada di rumah sakit.
Tanpa pikir panjang Alana dan juga Arga segera pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit tentang keadaan kedua anak menantunya. Sejak tadi Alana dan Arga berdiri tepat di pintu ruang operasi sambil harap-harap cemas bagaimana keadaan menantunya saat ini.
Arga tidak mampu berkata apa-apa lagi yang ia bisa saat ini hanya menenangkan istrinya yang tengah panik, sebetulnya bukan hanya istrinya saja yang panik namun juga dirinya sendiri.
Akhirnya Arga dan Alana memutuskan untuk pergi ke ruang ICU terlebih dahulu untuk memastikan kondisi Alvaro yang saat ini tengah ditangani oleh dokter, ternyata di depan ruangan ICU sudah ada Ara dan juga Arsen.
"Mamah." Gumam Ara dengan sangat lirih saat menatap mamanya dalam keadaan yang sangat berantakan, Ara segera berlari ke arah mamanya dan memeluk tubuh wanita paruh baya itu dengan sangat erat.
Alana kembali menangis, "Kakak kamu Ra." Ara hanya mengagukan kepalanya pelan mendengar perkataan dari sang mama. Sangat terdengar dengan jelas ucapan Alana yang bergetar hebat untuk menahan agar ia tidak menangis.
Sedangkan Arga laki-laki paruh baya itu berdiri di depan pintu ICU berharap ia melihat kondisi anaknya saat ini, namun semua itu tidak ada artinya sebelum Arga mendapatkan kabar yang lebih jelas dari sang dokter yang saat ini tengah menangani Alvaro.
Setengah jam kemudian dokter yang berada di ICU itu keluar dengan beberapa suster di belakangnya, dan hal itu membuat Ara yang saat ini tengah duduk berdampingan dengan Arsen dan juga Alana segera berdiri, dan Arga yang masih setia berdiri tepat di depan pintu ruang ICU.
"Bagaimana dok, keadaan anak saya?" Tanya Arga dengan sangat cepat setelah dokter itu berhenti tepat dihadapannya.
"Begini Pak, maaf sebelumnya saya harus menyampaikan kabar ini kepada bapak dan juga ibu-" Belum selesai kalimat dokter itu, Alana segera memotong kalimat sang dokter dengan cepat.
"Kenapa dok, kenapa anak saya? Jawab dokter?" Alana berteriak sangat kencang sambil menarik-narik baju sang dokter. Entah bagaimana perasaan wanita paruh baya itu saat dokter akan mengatakan kabar dengan raut wajah yang tidak sama sekali menunjukkan kebaikan.
"Sabar mah." Arga segera menarik sang istri ke dalam pelukannya dan memberikan usapan usapan lembut di kepala sang istri. Alana tidak mampu berkata-kata lagi, yang keluar dari mulutnya hanya suara tangis yang tertahan di dada bidang sang suami.
Semuanya kembali terdiam dan hening sampai akhirnya dokter yang berdiri di hadapan Arga dan juga Alana menghembuskan nafasnya. "Anak bapak dan ibu saat ini dinyatakan kritis." Entah bagaimana perasaan Arga dan Alana saat ini, mendengar buah hati mereka dalam keadaan kritis di dalam sana.
"Enggak!!! dokter nggak!!! hiks hiks hiks." Alana kembali berteriak dengan sangat kencang yang diiringi dengan tangisnya yang memilukan.
Berbeda dengan Ara, gadis itu sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun bahkan tidak ada air mata yang menetes ke pipinya. Wajahnya begitu datar tanpa ekspresi, entah apa yang saat ini berada di dalam pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Teen Fiction𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...