"Siapa gadis itu." Tiba-tiba Arga mengeluarkan suaranya membuat Alana yang sedang mengobati Alvaro segera mendongok.
"Dia Aurora pah, temen satu kelasnya Friska." Jawab Alvaro dengan ringisan kecil dibibirnya. "Sini biar mama obatin dulu." Kata Alana saat melihat Alvaro yang ingin berdiri.
"Tetap duduk ditempat mu Al." Kata Arga dengan suaranya yang sangat datar kepada Alvaro. Alvaro yang mendengar itu hanya bisa pasrah duduk di samping sang mama dengan mamanya yang mengobati luka lebam di wajahnya.
"Aku bakal nikahin dia pah. Kalau papa sama Mama nggak setuju nggak apa-apa, Al akan tetap nikahin dia." Arga menatap serius ke arah putranya yang sedang berbicara kepadanya bahkan Arga tidak menemukan keraguan apapun di wajah Alvaro.
"Baiklah, papa setuju kamu menikahi dia. Dan juga Papa bangga kepadamu karena kamu mau mengakui kesalahanmu dan bertanggung jawab atas kesalahan mu." Jawab Arga yang kini berdiri dari duduknya dan menghampiri Alvaro dan juga Alana.
"Maafkan papa sudah memukulmu." Sambung Arga yang merasa bersalah melihat keadaan wajah putranya. Alvaro hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum ke arah sang Papa sedangkan Alana wanita itu tidak bisa berkata-kata apalagi.
"Aku mau kita dateng kerumahnya sekarang pah." Kata Alvaro kembali yang mendapat anggukan dari Arga.
"Sekarang jujur sama papa bagaimana kejadian itu bisa terjadi?" Tanya Arga kembali kepada putranya yaitu Alvaro.
Akhirnya Alvaro menceritakan bagaimana kejadiannya malam itu dengan pecahan-pecahan kejadian yang ia ingat di dalam otaknya.
Arga yang mendengar itu hanya menghembuskan nafasnya pelan karena jujur dirinya sangat kecewa kepada dirinya sendiri bukan dengan Alvaro, "Papa kecewa sama diri papa sendiri." Perkataan dari Arga membuat Alvaro semakin bersalah kepada kedua orang tuanya.
"Mama sama papa nggak salah, disini sepenuhnya salah Al. Al udah langgar janji Al sama papa buat nggak nyentuh minuman itu." Jawab Alvaro dengan cepat.
Sedangkan Ara gadis itu tengah berada di dapur sambil memakan cemilan dan juga susu kotak yang berada di hadapannya. Ara memang tidak mengetahui dengan jelas tentang kejadian yang menimpa kakaknya tadi, tapi Ara dapat menyimpulkan bahwa sebentar lagi dirinya akan dipanggil aunty di oleh anak kakaknya.
"Kira-kira kapan ya, aku dipanggil aunty Ara." Kata Ara dengan suaranya yang sangat pelan supaya tidak bisa didengar oleh asisten rumah tangga yang sedang mencuci piring di dapur.
"Lucu juga kayaknya. Kasian kakak, pantesan kemarin kemarin nggak pernah ngajakin aku berantem. Eh sekarang malah berantem sama papa." Gumam Ara kembali yang merasa kasihan kepada sang kakak akibat pukulan yang diterima oleh Alvaro berulang kali dari Arga.
"Tapi juga kasian sama kak Friska, gimana ya reaksinya saat tau kak Al ngehamilin temen satu kelasnya." Ara terus saja berbicara dengan dirinya sendiri dengan suaranya yang sangat pelan.
"Tapi nggak apa-apa deh, aku nggak suka sama kak Friska soalnya." Kata Ara yang terus memasukkan cemilan berupa keripik kentang ke dalam mulutnya.
"Dek kamu ngapain?" Tanya seseorang dari belakang Ara membuat tubuh gadis itu langsung menoleh kebelakang dan mendapati sang Mama yang tengah berdiri di belakangnya.
"Eh, mama. Ini makan cemilan sambil ngobrol." Jawab Ara dengan senyum manis yang ia tampilkan dihadapan sang mama. Sedangkan Alana wanita itu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dari putrinya.
"Emang ngobrol sama siapa?" Tanya Alana setelah mengambil air putih yang berada di dekat Ara. Sedangkan Ara gadis itu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena dirinya tidak tau siapa yang ia ajak ngobrol sebenarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Novela Juvenil𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...