Malam harinya seperti biasa pasangan suami istri itu sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Alvaro yang sibuk dengan latihan soal ujiannya dan Aurora sibuk dengan ponsel miliknya.
Tidak ada obrolan diantara mereka berdua sampai jam menunjukkan pukul 10 malam, bahkan Aurora tertidur dengan sendirinya diatas ranjang dengan tangan yang masih memegang ponsel miliknya.
Alvaro yang fokus tidak menyadari Aurora yang sudah tidur, dengan posisi bersandar disandaran ranjang. Posisi itu mungkin sangat tidak nyaman bagi ibu hamil seperti Aurora.
Tiba-tiba tangan Alvaro berhenti dengan sendiri saat mengingat kejadian siang tadi, antara dirinya dan juga Rafael sahabatnya. "Gue yakin kalau Rafael bisa jagain Friska dan buat dia selalu senyum kayak tadi." Gumam Alvaro didalam hatinya.
Hatinya bimbang antara Friska atau Aurora, tapi kenyataannya Friska adalah masalalunya dan Aurora adalah masa depannya, siapa yang tau masa depan mereka. Masa depan mereka adalah sebuah misteri yang belum diketahui oleh siapapun, bahkan mereka sendiri.
Dengan pelan Alvaro menghembuskan nafasnya, berusaha menegarkan hatinya bahwa semua yang sudah terjadi kali ini adalah sebuah takdir, senyuman terukir dibibir Alvaro saat mendapati Aurora yang tertidur.
Alvaro memilih membereskan lembar lembar latihan soal ujiannya, tinggal beberapa hari lagi ia dan teman-temannya akan menghadapi ujian kelulusan di sekolahnya.
"Kasian banget sih bumil." Gumam Alvaro sambil membenarkan rambut Aurora yang menutup sebagian wajahnya yang cubby.
"Sehat-sehat terus ya bayi, jangan buat mama kamu susah ya bayi. Jagain mama kamu terus kalau papa nggak ada, jangan buat mama kamu sedih ya bayi cukup papa aja." Ntah sadar atau tidak Alvaro mengucapkan itu dengan sepenuh hatinya. Matanya berkaca-kaca saat menatap dan berbincang dengan perut buncit Aurora.
Setelahnya Alvaro membenarkan posisi tidur Aurora, membaringkan tubuh itu dengan hati-hati kemudian menyelimutinya dan tidak lupa memberikan usapan lembut penuh sayang dikepala sang istri.
Wajah Alvaro semakin mendekat kearah Aurora, tanpa terduga Alvaro mendaratkan kecupan yang begitu lama dikening Aurora, Aurora yang merasa terganggu menggeliat kecil namun setelahnya kembali seperti semula saat Alvaro melepaskan kecupannya.
Bukannya ikut berbaring disamping sang istri dan mengistirahatkan tubuhnya Alvaro malah berjalan menjauh dari ranjang, langkah kakinya berjalan terus menuju kepintu kamar.
Ntah apa yang ingin ia lakukan, tangannya membuka gagang pintu dan melangkahkan kakinya keluar kamar. Saat keluar dari kamar suasana yang Alvaro lihat adalah kegelapan disetiap sudut ruangan apartemen.
Dengan sekali tekan apartemen itu kembali terang, ruang tamu adalah tujuan Alvaro saat ini. Dengan sedikit keras ia mendaratkan tubuhnya diatas sofa, kepalanya menyandar pada sandaran sofa dengan kedua mata yang terpejam.
Mungkin saat ini didalam otaknya sedang terjadi perang besar besaran, peperangan antara masalalu dan masa depannya dan juga tentang ujian-ujian yang sudah menantinya beberapa hari kedepan. Sampai-sampai Alvaro tertidur di sofa ruang tamu dengan keadaan yang sama.
Tengah malam Aurora terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati sang suami disampingnya, keningnya berkerut dengan mata yang menyipit karena masih sangat mengantuk.
Dengan perlahan ia bangun, aneh rasanya tidak ada Alvaro disampingnya saat ia bangun tengah malam untuk buang air kecil. Kebiasaan Aurora kini bertambah, ia sering bangun tengah malam untuk buang air kecil.
Aurora segera turun dari ranjang untuk kekamar mandi, selesai dengan urusan kamar mandinya ia bergegas keluar kamar untuk mencari keberadaan sang suami yang ntah kemana. Saat membuka pintu Aurora menyerngitkan keningnya kembali saat lampu diruang tamu menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Teen Fiction𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...