HDS | 65

4.1K 317 37
                                    

Malam hari telah tiba Alvaro maupun Aurora tengah bersiap untuk tidur, Alvaro menata bantal untuk dirinya dan juga sang istri tentunya. Sedangkan Aurora sibuk sendiri dengan perut besarnya itu, sejak tadi ia terus saja tersenyum membayangkan anaknya yang beberapa hari lagi akan lahir.

"Udah Ra tidur, istirahat sekarang." Kata Alvaro yang membuyarkan lamunan Aurora. Aurora terkekeh pelan saat menyadari kebodohannya itu yang terlalu senang anaknya sebentar lagi akan keluar.

"Iya Al." Aurora merebahkan tubuhnya dan menata posisinya senyaman yang ia rasa, begitupun dengan Alvaro yang segera berbaring di samping Aurora.

Keduanya saat ini berada di posisi saling berhadap-hadapan, tangan Alvaro menjadi tumpuan kepalanya dan sebelah tangannya mengucap lembut kepala Aurora.

"Maafin aku ya Ra, aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu." Tiba-tiba tatapan Alvaro menjadi sendu saat mengatakan itu. Tatapannya sama sekali tidak beralih dari wajah Aurora yang nampak menatapnya.

"Kata siapa kamu belum jadi suami yang baik, kamu itu suami yang baik dan calon ayah yang baik juga buat anak kita. Aku mau kita sama sama liat anak kita tumbuh dewasa dan ngejagain dia." Alvaro terdiam dengan bibir yang tersenyum tipis.

"Kalau seandainya nggak ada aku, masih banyak orang orang yang sayang sama kalian Ra. Ada banyak orang yang jagain kalian kalau aku nggak ada, ada mama, papa, Ara sama temen temen yang lain." Mendengar itu Aurora menatap Alvaro dengan tatapan yang sulit diartikan. Tubuhnya perlahan mendekat kearah Alvaro dan memeluk tubuh itu.

"Tapi mereka bukan kamu Al." Jawab Aurora setelah beberapa saat terdiam dipelukan Alvaro. Keduanya sama-sama diam di posisi masing-masing tanpa bicara beberapa saat.

"Setelah ini kamu harus janji sama aku kalau kamu akan selalu bahagia dimanapun dan sampai kapanpun, kamu harus janji itu sama aku." Aurora terdiam di posisi yang sama dengan perasaan yang tidak menentu saat ini. Ada rasa aneh di dalam hatinya saat mendengar kata demi kata dan juga kalimat yang diucapkan oleh sang suami kepadanya malam ini.

Sejak tadi perkataan suaminya itu seakan-akan, akan meninggalkannya pergi jauh, tapi dipikiran Aurora saat ini Alvaro pasti akan mengambil universitas impiannya itu.

"Iya Al, aku akan selalu bahagia di manapun dan kapanpun itu. Entah itu sama kamu ataupun enggak sama kamu, kamu juga harus semangat buat lanjutin cita-cita kamu." Alvaro hanya diam sambil terus memeluk sang istri dan juga memberikan kecupan lembut di kening sama istri.

"Pasti orang tua kamu bangga saat kamu bisa meraih cita-cita kamu dan juga impian kedua orang tua kamu. Dan pastinya aku juga bangga sama diri kamu Al." Sambung Aurora kembali.

"Oh ya Ra, aku udah siapin nama buat anak kita nanti. Aku cuma siapin satu nama dan semoga kamu suka sama pilihan nama aku, kalau kamu nggak suka namanya kamu bisa ganti sesuai dengan kemauan kamu. Tulisan namanya udah aku tulis di HP aku." Entahlah sejak tadi pembahasan mereka berdua berubah-ubah.

"Tenang aja aku pasti suka kok sama nama yang udah kamu siapin, bahkan aku belum mikirin nama buat anak kita. Tapi kamu udah siapin dari jauh-jauh hari nama anak kita, beruntung banget dia punya ayah seperti kamu Al." Kata Aurora sambil mengelus pelan perutnya.

"Ya pastilah aku sayang banget sama dia, dia juga kan anak aku. Kalau nggak ada dia mungkin kita nggak akan kayak gini, dan aku bersyukur banget bisa kenal kamu dan juga bisa hidup sama kamu." Ada rasa tenang di hati Alvaro setelah mengatakan apa yang dia ingin katakan sejak kemarin kepada Aurora.

"Oh iya, tinggal beberapa hari lagi dia bakalan lahir kan ke dunia ini. Aku pengen banget cepet-cepet liat wajah dia, kira-kira wajah dia itu mirip aku atau mirip kamu ya Ra. Atau malah dia sama sekali nggak mirip kita berdua." Di akhir perkataannya Alvaro terkekeh pelan sambil mempererat pelukannya kepada sang istri.

Hujan Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang