"Ya kenapa Fris?" Tanya Aurora sedikit gugup pada Friska, Friska memang menelfon Aurora tadi pagi untuk bertemu ditaman yang tidak jauh dari apartemen milik Alvaro.
Friska tidak menjawab gadis itu menatap lekat wajah Aurora yang sekarang terlihat berubah, pipinya menjadi sedikit chubby tapi hal itu semakin membuat Aurora terlihat lebih cantik.
"Lo tau kan kalau gue cinta banget sama Alvaro?" Setelah beberapa menit hening kini suara Friska menyadarkan Aurora dari lamunannya. Gadis itu sedikit mendongak menatap Friska yang berdiri dihadapannya.
"Iy- iya gue tau." Jawab Aurora kembali dengan nada yang sangat gugup. Sebetulnya Aurora takut jika Alvaro akan kembali ke apartemen dan dirinya masih disini, namun mau bagaimana lagi dia tidak mungkin menolak ajakan Friska untuk bertemu.
"Kalau lo masih nganggep gue sahabat, dan lo pengin gue bahagia gue minta tolong sama lo tinggalin Alvaro buat gue. Lo juga pasti tau kalau Alvaro itu sayang banget sama gue, lo pasti mau kan liat dia bahagia sama orang yang dia sayang? Bukan sama lo." Aurora semakin menundukkan kepalanya menatap jari tangannya sendiri saat kata demi kata keluar dari mulut Friska.
Sejenak Aurora terdiam tanpa suara membuat Friska terkekeh pelan, "Jangan jangan lo udah cinta sama Alvaro?" Pernyataan itu membuat Aurora tersentak kecil kemudian mendongokkan kepalanya menatap Friska, tinggi badan mereka sama sehingga memudahkan Aurora untuk menatap Friska.
"Nggak, itu semua nggak bener." Jawab Aurora cepat, bohong jika dia tidak mencintai suaminya sendiri, sosok suami yang sangat baik dan perhatian kepadanya.
"Gu- gue bakal pergi dari hidup Alvaro saat anak gue lahir. Gue janji sama lo, lo bisa pegang kata-kata gue." Sambung Aurora dengan cepat, Friska tersenyum sinis menatap Aurora. Ada sedikit keraguan dihati Friska saat menatap wajah Aurora.
"Oke gue pegang kata-kata lo barusan, kalau sampai lo nggak bisa gue yang bakal buat kalian pisah." Setelah mengatakan itu Friska berlalu pergi meninggalkan Aurora dengan kondisi dada yang sesak menahan tangisnya.
Seiring dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya Aurora menitihkan air matanya, tidak ada niatan sama sekali untuk Aurora menghapus air mata itu. Sampai akhirnya ada sebuah tangan yang mengelap air mata di pipinya.
Terkejut itulah yang Aurora rasakan, saat melihat siapa yang menghapus air matanya Aurora semakin di buat terkejut. "Al, lo udah pulang?" Tanya Aurora dengan gugup saat melihat ada sosok yang menjadi suaminya berdiri tepat dihadapannya.
"Ngapain lo kesini? Gue udah pernah bilang sama lo, kalau mau keluar bilang sama gue." Nada yang diucapkan Alvaro menyiratkan kekhawatiran terhadap Aurora.
"Gu- gue kesini karena bosen, jadi gue pergi ke taman. Lagian deket dari apartemen sekitar 500 meret doang." Jawab Aurora cepat, Aurora mengira jika Alvaro tidak mengetahui jika dirinya bertemu dengan Friska.
Yang sebenarnya terjadi adalah Alvaro mendengar semua yang diucapkan oleh istri dan juga mantan kekasihnya itu. Alvaro memang mengikuti Aurora saat gadis cantik itu keluar dari gedung apartemen.
"Kenapa lo bohong Ra, kenapa lo nggak bilang yang sebenernya kalau Friska minta lo buat ninggalin gue?" Tanya Alvaro didalam hatinya sendiri sambil menatap wajah Aurora yang terlihat sangat sedih dan sendu.
"Kok lo nggak kerja? Emang bener hari ini lo libur?" Tanya Aurora yang penasaran, sebab tadi pagi Alvaro sudah memberitahukan kepada Aurora jika Alvaro tidak akan bekerja hari ini.
"Iya, gue libur. Yaudah kita pulang." Alvaro menarik pelan pergelangan tangan Aurora, dan hal itu menjadi pusat perhatian beberapa orang karena tidak hanya mereka yang berada ditaman itu melainkan banyak orang dan anak anak yang tengah bermain dan berolahraga sore.
Disepanjang jalan Alvaro terus menggenggam tangan milik Aurora sedangkan sang pemilik tangan nampak pasrah dengan perlakuan suaminya itu, sambil sesekali menarik sudut bibirnya kebelakang. Bukan senyum bahagia yang nampak melainkan senyum yang mengisyaratkan kesedihan yang mendalam.
Setelah keduanya berjalan beberapa menit akhirnya mereka sampai diarea apartemen dengan Aurora yang nampak kelelahan karena berjalan cukup jauh, Alvaro tidak menyadari itu calon papa muda itu terus berjalan sambil menarik tangan Aurora.
"Lo mandi aja dulu, biar gue buatin lo makanan." Kata Aurora setelah dirinya dan Alvaro masuk kedalam apartemen yang menjadi tempat tinggalnya.
"Nggak usah, kita makan diluar aja. Gue lagi pengin keluar soalnya, cari udara seger suntuk tiap hari sekolah sama kerja nggak ada hiburan." Jawab Alvaro sambil menyenderkan tubuhnya disofa ruang tamu.
Aurora merasa tidak enak terhadap Alvaro, kehadirannya membuat Alvaro hidup susah dan jauh dari orang tuanya, "Maaf ya Al." Kata Aurora yang saat ini mendudukkan tubuhnya disofa yang berada tidak jauh dari Alvaro.
Alvaro yang tadinya memejamkan matanya mencoba membuka kembali kedua bola matanya itu saat mendengar permintaan maaf dari Aurora, "Minta maaf buat apa?" Tanya Alvaro cepat sambil menatap wajah sedih Aurora.
"Gara-gara gue lo harus kerja sepulang sekolah, pasti lo nggak ada waktu buat main sama temen-temen lo dan waktu lo habis buat kerja cari uang buat biaya hidup sama gue." Jawab Aurora yang saat ini mati matian menahan tangisnya.
Alvaro menegakkan tubuhnya saat mendengarkan Aurora yang menyalahkan dirinya sendiri, "Lo ngomong apa sih Ra, gue nggak ada maksud buat nyalahin lo. Gue cuma pengin jalan jalan aja, bukan maksut gue nyalahin lo tentang keadaan ini." Jawab Alvaro cepat sambil berjalan mendekati Aurora yang masih setia duduk disofa dengan jari yang meremas kuat kaos yang ia pake.
"Tapi gue ngerasa kalau semua ini gara-gara gue yang hadir di kehidupan lo." Alvaro menghembuskan nafasnya pelan sebelum akhirnya mendaratkan tangannya diatas kepala Aurora. Diusapnya dengan pelan rambut Aurora yang sekarang terlihat lebih panjang.
"Jangan pernah berfikir kayak gitu lagi Ra, ini udah tanggung jawab gue sebagai suami." Akhirnya Aurora menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum kearah Alvaro.
***
"Kita mau makan dimana Al?" Tanya Aurora dengan pelan sambil menatap keluar jendela mobil, sehabis sholat magrib mereka berdua memang sudah keluar dari apartemen untuk mencari makan malam seperti yang dikatakan oleh Alvaro tadi sore.
"Lo maunya makan apa?" Tanya Alvaro melirik sekilas sang istri yang tengah menatap jendela mobil, Aurora menolehkan kepalanya menatap Alvaro saat ditanya ingin makan apa.
"Terserah lo aja Al, yang penting jangan mahal-mahal sayang uangnya." Jawab Aurora sambil tersenyum karena dia mengerti kondisi Alvaro, mencari uang tidaklah mudah begitulah fikir Aurora saat ini.
Lama Alvaro berkendara akhirnya cowok itu memberhentikan mobilnya didepan sebuah restoran yang sangat mewah dengan lampu yang menghiasi halamannya, lampu lampu cantik itu menyala dipinggir-pinggir pohon.
"Kita makan disini?" Tanya Aurora dengan pelan saat pandangannya jatuh pada sebuah bangunan yang sangat mewah, Alvaro hanya menganggukkan kepalanya pelan menatap kearah Aurora.
"Jangan kesini deh Al, ketempat lain aja ya. Disini pasti mahal, mending makan diwarung pinggir jalan aja disana juga enak kok." Kata Aurora cepat, namun Alvaro sudah terlebih dahulu turun dari mobil.
"Udah ayo." Kata Alvaro sambil membuka pintu untuk Aurora, Aurora menatap kagum bangunan dihadapannya, dia tidak menyangka jika akan masuk dan memesan makanan disana.
Dulu dia hanya mampu menatap dan berharap bisa masuk dan menikmati makanan di restoran dihadapannya, namun saat ini impiannya akan terwujud karena Alvaro.
"Udah ayo." Kata Alvaro sambil menarik pelan pergelangan tangan milik Aurora.
--------
Selamat malam guys😂
Apa kabar hari ini?
Udah lama ya nggak up Hujan Disaat Senja lagi, padahal dulu selalu rajin up hehehe.Jangan lupa vote sama komen sebanyak-banyaknya ya guys, aku tunggu.
Bay, sampai jumpa kapan-kapan ya guys hehehe. Nggak deh bercanda, good night guys🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Teen Fiction𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...