Dua orang remaja berbeda jenis itu tengah berpelukan di sebuah taman yang berada tidak jauh dari lokasi Aurora dan juga Alvaro membeli jajanan.
"Kenapa dia tega sama gue Raf?" Tanya Friska yang terus saja menangis di dalam pelukan Rafael. Rafael tidak menjawab cowok itu hanya menepuk-nepuk pundak milik Friska supaya gadis yang berada di dalam pelukannya itu tenang.
"Hidup di dunia ini adalah takdir, di sini kita hanya sebagai pemeran dan kita harus mengikuti skenario yang udah Tuhan buat, buat kita semua. Dan mungkin takdir Alvaro itu nikah sama Aurora, dengerin gue baik-baik semua yang terjadi di dunia ini pasti ada sebabnya. Lo jangan pernah nyalahin siapapun atas kejadian ini, gue tahu lo itu kuat dan gue juga tahu lo pasti bisa nerima kenyataan ini." Kata Rafael yang terus saja menepuk pundak Friska yang tengah memeluk dirinya dari samping dengan posisi duduk di sebuah kursi.
"Sekarang lo boleh nangis sepuas yang lo mau, gue bakal temenin lo sampai lo puas nangis, setelah itu lo harus janji sama gue ikhlasin Alvaro sama Aurora. Karena bagaimanapun saat ini Aurora udah jadi istri Alvaro dan sebentar lagi mereka akan punya anak." Mendengar kata anak membuat Friska kembali meneteskan air matanya mencoba mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Rafael kepadanya.
"Tapi mereka udah bohongin gue Raf." Kata Friska dengan sesenggukan sambil mendongokkan kepalanya mencoba menatap wajah Rafael yang berada di atasnya.
"Ya itu memang salah mereka karena dari awal mereka nggak bilang tentang masalah yang mereka hadapi ke kita semua. Tapi gue yakin mereka berdua pasti punya alasan kenapa mereka nggak ngasih tahu kita tentang masalah yang mereka hadapi berdua." Jawab Rafael sambil menghapus air mata Friska yang masih menetes.
"Gue harap lo bisa ikhlas nerima ini semua dan relain Aurora sama Alvaro. Hidup lo itu masih panjang jangan pernah sia-siain hidup ini hanya karena laki-laki." Kini tidak ada lagi air mata dari Friska namun masih terdengar suara isakan tanpa air mata.
"Kenapa lo bisa baik banget sama gue?" Tanya Friska kepada Rafael karena sejujurnya Friska merasakan hal aneh pada diri Rafael. Sikap dan juga perilaku yang ditunjukkan Rafael sangatlah berbeda dari sebelumnya.
"Sekarang ayo kita pulang gue anterin lo ke rumah." Kata Rafael yang kini sudah berdiri dari duduknya tanpa menjawab pertanyaan dari Friska.
***
Sedangkan Aurora bumil cantik itu tengah duduk di sofa ruang tamu yang berada di apartemen yang ia tinggali dengan sang suami beberapa bulan ini, tatapannya lurus ke depan tanpa memperdulikan Alvaro yang baru saja datang dengan segelas air putih di tangannya.
"Ini Ra minum dulu." Kata Alvaro yang meletakkan satu gelas air putih di meja yang berada di hadapan Aurora. Dengan gerakan tangan yang pelan Aurora mengambil gelas yang berada di atas meja kemudian meminum satu gelas air putih itu sampai habis dan hanya menyisakan gelas kosong saja.
"Gue udah rebut lo dari Friska Al." Tiba-tiba Aurora membuka suaranya yang membuat Alvaro segera menatap ke arah sang istri yang tengah duduk di sampingnya dengan pandangan yang lurus ke depan.
Alvaro menautkan kedua alisnya saat sang istri hanya diam dengan pandangan yang lurus setelah mengatakan satu buah kalimat. "Lo nggak pernah rebut gue dari Friska atau dari siapapun. Jadi jangan pernah berpikir kalau lo itu ngerebut gue dari Friska." Jawab Alvaro yang tidak terima jika Aurora menyimpulkan bahwa dirinya sendiri sebagai perebut kekasih dari sahabatnya sendiri.
"Tapi emang kenyataannya kayak gitu karena gue kalian berdua harus putus, gue tahu kalian masih saling cinta. Tapi karena gue lo harus terpaksa putus dari Friska." Jawab Aurora kembali yang membuat Alvaro menghembuskan nafasnya pelan.
Setelah Alvaro tidak menjawab tidak ada pembicaraan sama sekali di antara mereka berdua yang ada hanya keheningan di seluruh ruangan apartemen yang mereka berdua tempati bersama. Aurora memilih beranjak dari sofa menuju ke kamar yang selama ini ia tempati dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat ia rindukan.
Alvaro juga mengikuti sang istri pergi, setelah Aurora berbaring di atas ranjang dan juga menutup tubuhnya menggunakan selimut Alvaro berjalan mendekat ke arah sang istri kemudian mengusap kening sang istri dengan lembut sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian tubuh wajah Aurora.
"Sekarang lo istirahat aja, lo nggak apa-apa kan kalau gue tinggal kerja?" Tanya Alvaro kepada Aurora yang saat ini tengah berbaring namun tak kunjung menutup kedua bola matanya. Aurora hanya menganggukkan kepalanya pelan pertanda ia memberikan izin kepada sang suami untuk pergi bekerja hari ini karena selama Aurora berada di rumah sakit Alvaro izin kepada Denis untuk tidak masuk terlebih dahulu karena harus menjaga istrinya.
Alvaro memberikan kecupan singkat di kening sang istri sebelum melangkahkan kakinya keluar kamar dan pergi keluar dari apartemen menuju ke bengkel yang selama ini menjadi tempat ia mencari uang untuk menghidupi sang istri.
Aurora gadis itu tidak kunjung memejamkan kedua bola matanya saat melihat Alvaro yang keluar dari kamar mereka. Di dalam hati kecilnya Aurora sangat menginginkan jika Alvaro saat ini berada di dekatnya dan menjaga dirinya namun Aurora tidak mau egois karena dirinya Alvaro harus izin beberapa hari untuk tidak bekerja.
Perlahan tapi pasti air mata Aurora kembali jatuh membasahi kedua pipinya saat mengingat bagaimana Friska yang menangis di hadapannya dan mengatainya telah merebut Alvaro darinya.
"Maafin gue Fris, gue benar-benar nggak ada maksud buat ngerebut Alvaro dari lo. Gue janji setelah anak gue lahir gue bakal tinggalin Alvaro dan gue bakal pastiin kalau Alvaro bakalan balik lagi sama lo." Gumam Aurora sambil mengelus perutnya yang terlihat rata.
"Maafin ibu ya sayang ibu yakin kamu anak yang kuat. Kamu harus kuat di dalam kandungan itu ataupun saat kamu lahir di dunia ini karena dunia ini sangat keras dan juga kejam." Aurora kembali mengingat bagaimana kehidupannya setelah kedua orang tuanya meninggal ditambah lagi musibah yang menampa dirinya yang menumbuhkan makhluk kecil di dalam perutnya.
Tanpa tersadar Aurora tertidur begitu saja dengan tangannya bergerak-gerak mengelus perutnya. Wajah Aurora terlihat sangat pucat dengan mata dan juga hidung yang sedikit bengkak karena terus menangis sejak tadi sampai dirinya tertidur dengan sendirinya.
Bahkan wajahnya tertutup oleh rambut miliknya sendiri karena terpaan angin dari luar kamar, di saat tidurnya Aurora nampak bergerak-gerak kecil mencari posisi yang nyaman untuk dirinya sampai akhirnya Aurora menemukan sebuah guling di sampingnya dengan cepat bumil itu mengambil guling dan memeluknya dengan sangat erat dengan posisi yang miring menghadap ke arah pintu kamar.
Sedangkan di sisi lain Alvaro tengah mengendarai motornya membelah jalanan untuk sampai di bengkel milik Denis, setelah beberapa menit berkendara akhirnya motor milik Alvaro berhenti tepat di bengkel milik Denis Setelah turun dari motor Alvaro melepas helm dan juga mencabut kunci motor miliknya dan setelah itu masuk ke dalam ruangan untuk mengganti baju.
"Istri lo udah sembuh?" Tanya Denis kepada Alvaro saat mereka berdua tidak sengaja berpapasan di depan kamar mandi dengan Alvaro yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
"Alhamdulillah udah sembuh Bang tadi juga udah pulang." Jawab Alvaro sambil tersenyum ke arah Denis yang tengah berdiri di hadapannya.
--------
Sengaja up nya malem ini, mumpung malming hehehe buat temen malming kalian.
Maaf kalau udah lama banget gak up nya.
Jangan lupa vote sama komen nya ya guys, buat kasih semangat ke aku dan ngasih dukungan ke aku.Babay guys, sampai ketemu lagi dengan part selanjutnya. Yang mungkin kalian tunggu-tunggu kalau aku udah up.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Disaat Senja
Teen Fiction𝑺𝑸𝑼𝑬𝑳 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕𝒌𝒖 𝑺𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 Kisah tentang Alvaro Galih Pratama, cowok berusia 18 tahun yang bersekolah di SMA BHINEKA. Alvaro adalah anak dari pasangan suami istri bernama Arga dan Alana, mempunyai sosok adik perempuan bern...