HDS | 35

9.9K 626 26
                                    

Plak

Satu tamparan mendarat sempurna dipipi milik Alvaro yang diberikan oleh sang mama yaitu Alana.

"Ngapain kamu dateng kesini?" Tanya Alana dengan berapi-api saat menatap wajah putranya itu.

"Mah Aurora kenapa?" Tanya Alvaro yang berusaha mendekati Aurora yang sedang berbaring diatas ranjang rumah sakit. Namun langkahnya harus terhenti karena Alana yang menahan tangannya.

"Mama tanya sama kamu, ngapain kamu kesini?" Tanya Alana sekali lagi dengan penuh penekanan kepada Alvaro. "Mama kecewa sama kamu Al, Mama kira kamu udah benar-benar dewasa benar-benar tanggung jawab sama Aurora. Tapi semua itu salah, Mama sangat kecewa sama kamu, Aurora keluar dari rumah sakit Mama akan bawa dia pulang ke rumah Aurora akan tinggal sama mama." Alvaro yang mendengar ucapan sang mama segera menggelengkan kepalanya.

"Mama nggak bisa dong bawa Aurora tinggal sama mama, Aurora itu istrinya Al mah." Jawab Alvaro yang tidak setuju dengan keputusan sang mama.

Alana yang mendengar jika Alvaro mengakui Arora sebagai istrinya hanya terkekeh pelan sambil tersenyum tipis ke arah Alvaro. "Jika kamu menganggap Aurora sebagai istri kamu seharusnya kamu menghargai dia dengan tidak lagi berhubungan dengan Friska." Alvaro terdiam seribu bahasa mendengar perkataan yang diucapkan oleh sang mama kepadanya.

"Bisa-bisanya selama ini kamu menikah dengan Aurora kamu juga masih menjalin hubungan bersama Friska, keputusan mama sudah bulat mama akan bawa Aurora tinggal dengan mama mau kamu setuju atau tidak." Alvaro cowok tidak bergeming, cowok itu masih terdiam di hadapan sang mama dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Mama nggak boleh bawa Aurora pergi, Aurora istri aku mah. Dia harus tinggal sama aku." Kata Alvaro yang mencoba membujuk sang Mama supaya mamanya itu tidak membawa saat istri pergi jauh darimu.

Sedangkan Ara gadis itu hanya diam sambil memainkan ponselnya berpura-pura tidak melihat dan mendengar kejadian yang berada di hadapannya. "Ada satu syarat yang harus kamu penuhi." Alvaro segera menganggukkan kepalanya pelan pertanda ia setuju dengan ucapan sang mama.

"Jika kamu tidak ingin Aurora tinggal dengan mama putuskan hubungan kamu dengan Friska sekarang juga. Akhiri hubungan kalian dan perbaiki hubungan kamu dengan Aurora." Lagi-lagi Alvaro tidak bisa menjawab apa-apa, cowok itu hanya bisa diam menatap sang Mama yang juga sedang menatapnya.

"Tap-" perkataan Alvaro terputus oleh ucapan dari Alana dengan penuh penekanan membuat Alvaro hanya bisa menganggukan kepalanya lemah.

"Ya atau tidak." Kali ini Alvaro memang harus merelakan hubungannya bersama dengan Friska yang berjalan 3 tahun ini kandas di tengah jalan.

"Al akan putus dengan Friska mah." Jawab Alvaro dengan suara lirihnya. Alana yang mendengar itu hanya tersenyum, usahanya mengancam Alvaro tidak sia-sia.

"Mama kasih waktu sampai besok." Alvaro hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ia harus pasrah menerima semua ini dengan lapang dada.

"Mama dan Ara akan pulang dulu, nanti kita kesini lagi. Berterimakasih kepada Ara, dia sudah membawa istri kamu kesini." Kata Alana kembali.

"Sama-sama." Kata Ara sambil menatap kearah sang kakak. Sedangkan cowok itu hanya diam tanpa mengucapkan kata apa pun menatap kearah pintu di mana mama dan juga adiknya sudah keluar dari ruangan inap Aurora.

***

"Lo masih pusing?" Tanya Alvaro kepada orang yang saat ini sudah membuka matanya. Aurora menggeleng kan kepalanya pelan menjawab pertanyaan Alvaro.

"Gue minta maaf Ra, gara-gara gue lo jadi kayak gini." Sambung Alvaro sambil menggenggam tangan Aurora. Sedangkan Aurora hanya menatap Alvaro bingung.

Hujan Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang