HDS | 70

3.8K 305 41
                                    

Pukul 13.30 Ara, Arsen, Friska, Rafael, dan yang lainnya berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Tinggallah Alana dan Arga yang masih senantiasa berada di ruangan Aurora namun sesekali Arga pergi ke ruang ICU meskipun tidak masuk kedalam.

"Kalau capek istirahat aja sayang." Kata Arga dengan lembut. Sangat terlihat jelas di wajah Alana bahwa wanita paruh baya itu sangat lelah. Ditambah kedua bola mata Alana yang terlihat sembab karena sejak pagi dirinya terus saja menangis.

Alana menoleh ke belakang mendapati suaminya yang masih duduk di sofa dengan ponsel yang berada di tangan nya, Alana tersenyum dengan bibir yang melengkung membentuk senyuman yang indah. Langkah kakinya perlahan-lahan berjalan ke arah Arga.

Alana duduk persis di samping Arga, membuat Arga segera melepaskan ponselnya dan menarik sang istri ke dalam pelukannya. "Sini istirahat dulu, kasian badan kamu." Kata Arga yang mendapatkan anggukan pelan dari Alana.

Alana memposisikan dirinya di dalam pelukan Arga kemudian memejamkan matanya untuk bisa beristirahat. Arga tersenyum mendapati Alana yang sudah memejamkan matanya sejak beberapa menit yang lalu.

Tangan Arga mengelus pelan puncak kepala Alana sambil tersenyum menatap wajah yang tengah terpejam itu. Arga menatap ke arah ranjang yang tengah terbaring seorang gadis yang saat ini masih belum juga sadar dari komanya, entah kapan gadis itu akan sadar.

Tangan Arga kembali mengambil ponselnya saat beberapa kali ponsel tersebut mengeluarkan suara, tanda ada pesen yang masuk. Dengan seksama Arga membaca setiap pesan-pesan yang diberikan kepada dirinya.

***

Setelah shalat isya Arga keluar dari ruangan Aurora untuk mencari makan malam. Sedangkan Alana wanita itu masih setia berada di ruangan sang menantu sambil menjaga cucunya.

Secepat mungkin Arga pergi ke kantin untuk membeli makanan dan segera kembali ke ruangan Aurora, saat akan memasuki lift suara dari seseorang mengagetkan Arga.

"Papah!!" Mendengar itu Arga menoleh ke belakang dan mendapati Ara yang tengah tersenyum ke arahnya dengan tas ransel yang berada di pundaknya.

"Loh sayang, kok kesini?" Tanya Arga setelah Ara berhasil menghampiri dirinya.

"Iya pah, aku nggak mau dirumah sendiri sama bibik." Ara mengerucutkan bibirnya dan hal itu membuat Arga terkekeh pelan.

"Kamu sendiri kesini?" Tanya Arga kembali setelah mereka berdua berhasil masuk ke dalam lift untuk membawa mereka ke lantai di mana ruangan Aurora berada.

"Dari depan ke sini sih sendiri kalau dari rumah ke depan rumah sakit sama Kak Arsen." Arga kembali terkekeh sambil memberikan cubitan di hidung sang putri.

"Ah, papah sakit tau." Kata Ara dengan kesal sambil mengusap hidungnya yang mancung itu. Lift berhenti di lantai 5 dimana ruangan Aurora berada, ayah anak itu berjalan berdampingan dengan Ara yang terus memeluk lengan sang papa menuju ke ruangan Aurora.

"Mamah!!" Panggil Ara setelah tangannya berhasil membuka pintu ruangan sang kakak ipar. Alana yang tengah menggendong sang cucu seketika melototkan matanya ke arah Ara hal itu membuat ara terkejut sehingga mulutnya melongo.

"Papah liat deh mama pelototin aku." Adu Ara pada Arga yang sudah menutup pintu ruangan tersebut.

"Maaf sayang mama nggak bermaksud, soalnya kamu berisik banget ini cucunya mama baru tidur lagi." Kata Alana sambil terkekeh pelan.

Hujan Disaat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang