"AAAA ARSYA!" teriakan Anara nyaring saat menemukan boneka berkepala buntung bersimbah darah di tasnya.
"Astaga!!" Arsya pun tak kalah terkejut saat melihatnya.
Anara membuang tasnya jauh-jauh. Teriakannya tadi cukup mengundang perhatian penghuni kelas. "Ada apa Ra?" Tanya sang ketua kelas, Ardiansyah.
"Di- tas Anara," ucapnya terbata-bata sambil menunjuk ke arah tasnya.
Ardiansyah mengambil tas tersebut dan melihat isinya, ia pun terkejut namun tak ketara karna wajah datarnya yang selalu terpasang. "Gue buang." ia membuang boneka itu pada tempat sampah yang berada di luar kelas dan mengembalikan tas tersebut pada Anara.
"Kasih tau gue kalau hal kaya gini ke ulang lagi." Anara hanya mungut-mungut saja. Kejadian itu menjadi bahan untuk menerka-nerka para murid di kelas Anara, mereka mengira mungkin dari salah satu penggemar fanatik Rian, mengingat kedekatan keduanya yang sudah di ketahui oleh publik.
"Ra apa ini karna kedeketan lo sama kak Rian? Ini kayanya jadi peringatan pertama buat lo Ra,"
"Apa yang salah Sya? Aku cuma mau temenan aja sama kak Rian,"
"Tapi hubungan lo kaya lebih dari temen Ra," Anara hanya diam, mengingat-ngingat interaksinya bersama Rian selama ini.
Semenjak kejadian itu Anara jadi lebih sering mendapatkan teror'an sejenis itu. Arsya dan Ersya sempat geram dan akan mengadu pada BK juga Rian, namun Anara melarang dan berkata mungkin hanya iseng. Ini sangat keterlaluan, bahkan mereka meletakan juga bangkai burung merpati pada loker Anara hari ini.
"Ra ini udah keterlaluan!" Ersya mengamuk saat melihat teror'an yang tak henti-hentinya datang dalam 2 minggu ini.
"Tapi Ers-"
"Gue lapor BK!" Ersya langsung melangkah cepat pada ruang BK dengan di ikuti Arsya dan Anara yang memandang panik, pasalnya Ersya dalam keadaan marah saat ini, ia tak bisa berfikir jernih.
Pas sekali mereka berpapasan dengan Zion dan Janu, Zion yang melihat gelagat aneh dari adiknya pun langsung menghadang. "Ada apa dek?"
"Ers mau lapor ke BK soal orang yang neror Anara selama ini," Zion dan Janu terkejut, mereka tak mengetahui hal ini.
"Sini cerita dulu sama Abang sekalian tenangin diri,"
"Ers ga bisa bang! Ini udah keterlaluan,"
Anara dan Arsya datang menyusul, mencoba menenangkan api yang berkobar dalam tubuh Ersya. "Ersya gausah marah-marah ya? Mungkin orang itu cuma iseng,"
"Ra! Ini udah keterlaluan! Ga sekali dua kali doang lo di teror pake bangkai lah, pake boneka buntung lah, ucapan-ucapan kasar berujung ngancem dan masih banyak lagi, lo ga boleh diem aja!"
"Tapi Ers-"
"Apaan lagi!" Ersya membentaknya.
Anara menunduk, ia hanya tak ingin menimbulkan masalah dengan melapor pada guru BK, lagi pula anak-anak kelas selalu membantunya untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut.
****
Setelah Ersya tenang, Janu dan Zion mengantarkan mereka pada kelas masing-masing. Zion mengantarkan adiknya dan Janu mengantarkan Arsya juga Anara menuju kelas mereka. Janu juga sengaja datang untuk melihat loker Anara yang berisi bangkai burung merpati betina lengkap dengan darahnya yang masih segar.
"Nanti gue minta anak lain buat bersihin, kalau lo gamau lapor BK, biar gue aja yang ngurus,"
"Makasih ya kak Janu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...