#45. Tanpa Rian

13 3 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Anara tak bertemu Rian, keduanya hanya melakukan vidio call atau telfon dan chat saja. Rian benar-benar di sibuk kan dengan persiapan ujian kelulusannya. Anara tak masalah, semakin Rian terbiasa tanpanya, semakin ia merasa tenang.

"Kak Ara!!!" Anara langsung di peluk oleh anak-anak panti. Semenjak kondisinya kurang baik ia jadi jarang berkunjung dan harus di temani kemana pun itu, seperti saat ini ia sedang berkunjung ke panti bersama Haruki.

"Gimana kabar kalian?" Tanya Anara, matanya begitu terbinar melihat anak-anak yang menyambut kedatangannya.

"Baik kak Ara!" Jawab mereka serempak.

"Gak lupa belajar kan?" Beberapa dari mereka menjawab dengan antusias, namun ada juga yang malah nyengir gak jelas.

"Hayooo kan kakak udah sering ingetin, main boleh tapi jangan sampe lupa buat buka buku. Jangan mentang-mentang kakak gak sering ke sini kalian jadi lalai ya?"

"Aku janji gak ngulang kak Ara..." ujar salah satunya sambil tertunduk.

"Anak baik..." Anara mengacak-ngacak rambut anak itu.

"Siapa yang mau beli es krim sebelum mulai belajar?"

"Aku! Aku mau! Aku mau!!!" Riuh anak-anak panti.

"Oke kak Haruki yang bayarin..." Anara dan anak-anak menuju warung setempat untuk membeli es krim, Haruki pun di buat ternganga.

Baginya menghabiskan teriliunan dollar pun tak masalah jika Anara yang menghabiskannya. Haruki tak pernah bisa menolak Anara, meski hubungan keduanya terikat sebagai seorang saudara, namun Haruki tetap cinta mati pada gadis pecinta buku itu.

Haruki senang saat melihat Anara tertawa dan tersenyum seperti saat ini, pertemuan pertama mereka pun sama seperti sekarang.

Flasback on.

Dengan rambut yang di urai setengah serta baju dengan gaya yang simple, perempuan itu memegang banyak balon dengan warna yang berbeda-beda. Di kerumuni oleh banyak anak-anak kecil yang ingin balon pada tangan perempuan itu.

"Hei jangan nangis, aku punya lebih banyak!" Ucapnya, sambil menghapus air mata gadis kecil berambut coklat.

"Dia ambil balon punya ku kak..." adu sang gadis kecil. Air matanya tak henti-hentinya turun.

"Biarin aja, kamu bisa ambil lagi di kakak. Kamu mau warna apa?"

"Kuning.." jawabnya sambil sesegukan.

Anara memberikan balon berwarna kuning itu lalu di berikannya pada gadis kecil itu. "Jangan nangis lagi ya? Anak cantik gak boleh cengeng, kalau nanti jadi jelek gimana? Senyum oke?" Gadis kecil itu tersenyum senang, menularkan senyum itu pada Anara.

"Aku gaakan nangis lagi, mau jadi perempuan cantik kaya kakak..." Anara mencubit gemas pipi chubby gadis kecil itu lalu tertawa saat melihat wajah kesal dari anak itu.

Haruki ikut tertawa dari kejauhan, memerhatikan setiap tingkah perempuan itu dalam diam.

Dari sana lah rasa itu mulai tertarik, Haruki pun mengikuti Anara kemana pun perempuan itu pergi. Hingga pada saat di cafe Anara mulai menyadari dirinya di ikuti oleh seseorang. Di lihatnya perempuan itu yang pergi ke arah toilet, Haruki hanya memperhatikan. Lama, lama sekali perempuan itu di sana hingga tak nampak lagi batang hidungnya setelah 25 menit menunggu.

Haruki memainkan ponselnya untuk membunuh rasa bosan, namun seketika terkejut kala perempuan yang ia tunggu malah terduduk di depannya.

"Kamu mau ngapain ngikutin Anara? Kamu bukan penguntit kan? Atau bukan juga sasaeng kan?"

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang