#35. Ersya kenapa?

8 3 0
                                    

"Aaaa Anara lo lama banget," rengek Arsya. Ia sudah menunggu Anara sedari tadi.

"Maaf ya Arsya, tadi Anara di ajak ngobrol dulu sama Dad di gerbang,"

"Ra," Anara hanya berdehem sebagai jawaban. Ia sibuk mengeluarkan buku, novel, dan alat-alat tulisnya dari tas.

"Kakak lo yang cakep itu kok jarang keliatan?"

"Dia sibuk ngurus rencana pernikahannya sama kak Naira, kak Arya bahkan rela mempersingkat masa kuliahnya biar bisa cepet-cepet bantu Dad di perusahaan,"

"Keren,"

"Aku salut sih sama kak Arya. Dari pagi sampe ke pagi lagi dia sibuk ngurusin ini itu, entah tugas kuliahnya lah, tugas-tugas perusahaan lah, buat acara nikahannya lah. Pokoknya banyak deh,"

"Beruntung banget orang yang bisa jadi kakak ipar lo,"

"Btw dia orangnya gimana?" Arsya sangat penasaran pada sosok Naira yang bisa menaklukan hati pangeran tampan itu.

"Kak Nai tuh orangnya baik banget, dia juga bisa nerima kak Arya apa adanya, nerima kak Arya yang jelek dalam sikap dan prilaku. Di saat semua orang sibuk memuja ketampanan kak Arya, kak Nai justru tertarik karna ngeliat gimana sikap jeleknya kak Arya, dia tertarik buat ngubah kak Arya jadi lebih baik,"

"Kakak lo bandel?"

"Iya tapi cuma aku yang tau, aku juga yang ngelindungi kak Arya kalau pulang tengah malem atau subuh,"

"Kakak lo bandel gimana?"

"Dad ngeharamin banget anaknya ngerokok, kak Arya langgar itu. Kak Arya ketua geng motor, sering bolos kuliah, playboy, di setiap fakultas pasti ada pacar kak Arya. Kak Arya juga suka balapan liar, perang sama anggota geng motor yang lain, suka main ke club buat minum-minuman keras di sana," Arsya melotot tak percaya.

"Tapi setelah konflik beberapa bulan yang lalu, pikirin kakak jadi mulai terbuka dan alhamdulillah udah mulai berubah walaupun sedikit-sedikit,"

"Ikut seneng gue dengernya."

****

Anara dan Arsya keluar kelas, mereka berdua celingak-celinguk mencari keberadaan Ersya. Tak biasanya Ersya seperti ini, padahalkan biasanya Ersya sudah ada di depan kelas mereka berdua untuk ke kantin bersama.

"Mungkin udah duluan Ra." Anara membenarkan lalu ke kantin bersama Arsya. Namun di sana keduanya tak menemui Ersya.

"Ersya kemana ya?"

"Kayanya ga masuk, gak keliatan juga dari pagi." Anara dan Arsya berakhir makan berdua di kantin. Rian dan yang lain sedang tak bisa ikut karna sedang mengerjakan tugas yang lupa mereka kerjakan.

****

Sudah tiga hari Ersya berprilaku tak seperti biasanya. Setiap di tanya Ersya hanya akan menjawab 'gapapa' jawaban Ersya tak memberikan kepuasan untuk Anara dan Arsya. Dan itu membuat Arsya geram sendiri, sedangkan Anara hanya bisa gelisah sendirian. Mereka sudah bertanya pada Zion, namun Zion pun tak tau. Katanya saat di rumah pun Ersya selalu mengurung diri di kamar.

Hari ini saat Anara di bawa Rian entah kemana, Arsya membawa Ersya menuju taman belakang. Ia ingin mengintrogasi Ersya.

"Lo kenapa sih?! Udah empat hari lo berubah Ers! Lo lagi ada masalah?" Ersya hanya menggeleng.

"Gue gapapa,"

"Ada yang ga beres dari lo Ers, Anara boleh gelisah dalam hati dan nyembunyiin hal itu dari semua, tapi gue enggak,"

"Gue gapapa Arsya!"

"Lo berubah sejak denger kabar Anara sama Rian jadian,"

Deg!

"Lo suka sama Rian?"

Ersya tertunduk, bagaimana pun ia tak bisa menyembunyikan nya lagi. "Iya.. IYA GUE SUKA SAMA KAK RIAN,"

"Jangan gila! Dia pacar temen baik lo Ers, jangan sampe lo di cap jadi PERUSAK!"

"Perusak lo bilang?! Gue yang lebih dulu suka sama kak Rian Arsya!! Lo gak tau apa-apa!! Gausah sok tau!"

"TAPI KAN DIA SEKARANG DIA PACARNYA ANARA ERS!"

"GUE GAK PEDULI! Gue akan lakuin apapun biar mereka putus. Dan asal lo tau, gue yang udah teror Anara selama ini. Mereka yang selama ini neror Anara adalah orang-orang suruhan gue! Kakak kelas yang ngelabrak Anara pun di dasari hasutan gue, GUE MAU ANARA HANCUR!" Arsya menutup mulutnya tak percaya.

"LO GILA ERS... LO GILA!" Teriak Arsya frustasi.

"IYA GUE GILA! GUE GILA KARNA TERLALU DALAM MENCINTAI KAK RIAN." Arsya hanya bisa meremas rambutnya frustasi lalu terduduk di bangku taman.

"Empat tahun gue berjuang buat dapetin kak Rian, berkali-kali gue di tolak mentah-mentah. Gue berusaha mati-matian buat dapetin hati kak Rian! Gue berubah hadi sefeminim mungkin, jadi orang yang lebih baik, bertutur kata lembut, tapi dengan gampangnya Anara akrab sama kak Rian dan langsung deket gitu aja! Gue marah, GUE GAK TERIMA, DAN GUE CEMBURU! LO GAAKAN NGERTI SEGIMANA SAKITNYA JADI GUE ARSYA!!!"

"TAPI LO JUGA NGOTAK DONG! ANARA SAMPAI TERTEKAN GARA-GARA SEMUA KELAKUAN BEJAT LO SIALAN!" Arsya bangkit dari tempat duduknya. Kembali berargumen dengan Ersya.

"LO TAU APA SAMPE BELAIN DIA MATI-MATIAN HAH? DI SINI GUE YANG TERSAKITI!"

"DIA REBUT KAK RIAN DARI GUE!" Lanjutnya.

"KAK RIAN YANG JATUH CINTA SAMA ANARA! LO HARUSNYA INTROPEKSI KENAPA KAK RIAN BISA SUKA SAMA ANARA KETIMBANG LO! LO GAK BISA MAKSAIN CINTA ORANG LAIN!"

"GAK! Pokoknya gak bisa! Kak Rian punya gue!"

"Lo gila Ers!" Arsya berlalu dengan amarah. Meninggalkan Ersya yang tengah memikirkan ucapan Arsya sambil berteriak frustasi.

"KENAPA LO GAK PERNAH SUKA SAMA GUE KAK!!!!"

****

Saat melewati lorong, Anara memanggil Arsya yang tengah lewat. Anara kaget saat mendapat tatapan tajam dari Arsya, ia juga melihat muka juga telinga Arsya yang memerah, bahkan matanya juga. Arsya kenapa?

Anara yang tadi sedang bercanda dengan Rian, Janu, dan Zion pun mendadak jadi diam melihat kondisi Arsya. "Arsya kenapa?" Tanya Anara cemas.

Arsya tak menjawab, ia masih berusaha menetralkan emosinya yang tadi meledak-ledak.

"Arsya udah tau Ersya kenapa? Dari tadi juga Ersya ga keliatan lagi... Ersya kenapa ya kok Anara jadi cemas mikirin Ersya juga-"

"STOP ANARA! JAUHIN ERSYA!" Bentak Arsya tanpa sadar, membuat Anara terlonjak kaget. Bukan Anara saja tapi yang lainnya juga, di tambah mereka tengah di pinggir lorong saat ini.

"Arsya kenapa bentak Anara? Arsya marah sama Anara? Anara cuma nanyain Ersya, Anara cuma khawatir Ersya kenapa-napa karna dari beberapa hari ini sikapnya aneh,"

"Ikut gue!" Arsya menarik Anara menjauh dan akan membawa Anara, namun langkahnya terhenti kala Rian mencekal tangan Rian.

"LO GAUSAH IKUT CAMPUR! INI SEMUA KARNA LO! KARNA LO RIAN!" Bentak Arsya lalu menghempaskan tangan Rian yang mencekal satu tangan Anara.

Mereka berdua menjauh, Rian yang berniat menyusul langsung di cekal oleh Zion. "Biarin mereka selesaiin dulu masalah mereka bertiga, kalau udah makin rumit lo tinggal nasehatin dan ngasih saran baiknya gimana. Tenang aja, Arsya pasti gaakan nyakitin Anara, Arsya sayang Anara selayaknya sodara." Rian mengalah, dan memberikan ruang untuk Anara dan teman-temannya walaupun ia mencemaskan keadaan Anara.

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang