Rian meringkuk di atas ranjang king size-nya. Badannya merasakan dingin yang teramat padahal selimut yang menyelimutinya sudah sangat tebal.
Semalam tanpa ia sadari ternyata ia terdiam di sana hingga pukul dua dini hari, melamun memikirkan tentang Anara dan Dyan, tanpa memikirkan angin yang terus menyapa dan menerpa baju kaos tipis hitam yang ia pakai.
Saat membuka mata, ia sadar kalau ini bukan kamar yang ia tempati selama tiga hari belakangan. Ini kamar... Anara! Rian mengedarkan pandangannya, menemukan Anara dengan kaca mata anti radiasinya di depan komputer yang menampilkan banyak soal, Rian tak mengerti. Melihat soal-soal itu hanya membuat Rian pusing, lantas ia memegangi kepala nya.
Tanpa di duga, ternyata Anara menyadari kalau Rian sudah terbangun dari tidur nyenyaknya. "Kak Rian mau susu strawbery punya Anara?" Rian mengangguk singkat.
Dengan perlahan Anara membantu Rian untuk bersandar pada kepala ranjang, memberikan gelas hangat itu pada Rian.
"Abis ini makan ya? Bibi udah bawain bubur tadi," tanpa menunggu jawaban Rian, Anara mengambilkan bubur yang masih mengepulkan sedikit asap. Mengambilnya sesendok lalu di tiup-tiupkan dan menyodorkan pada mulut Rian.
"Aaaa..." tapi Rian malah menahannya.
"Kamu udah makan?" Anara mengangguk lalu menunjukan piring kotor di atas nakas.
"Anara makan dua porsi." Rian melepaskan cekalannya, membiarkan Anara menyuapinya hingga bubur di piring itu kandas tak tersisa.
"Kakak mau tidur lagi?"
"Iya, tapi dingin." Tanpa banyak bicara lagi, Anara ikut masuk ke dalam selimut yang Rian pakai. Membiarkan Rian menenggelamkan wajah tampannya di ceruk leher milik Anara.
Laki-laki itu memeluk Anara erat, membiarkan Anara merasakan panas tubuhnya yang tak lagi normal. Namun Anara tak protes, ia sedang asyik memainkan rambut hitam Rian.
Setelah Anara merasakan hembusan nafas Rian yang mulai teratur, ia hampir ikut terpejam sebelum suara ketukan pintu menyadarkan nya kembali.
"Masuk aja." Masuk lah sosok manusia jangkung dengan rambut kelimisnya.
"Dia udah sadar Ra?"
"Udah kak,"
"Keadaannya gimana?"
"Masih panas,"
"Kamu jangan sedekat itu, takut ikut ketular. Kamu tau kan kalau imun kamu sedang menurun? Jika sakit akan menimbulkan efek berlebih?" Anara mengangguk mengerti.
"Selepas bangun tidur nanti, berikan dia obat ini. Dan ingat Anara kamu jangan sampai terlalu lelah." Anara mengangguk dan mengambil obat dari Wiliam. Lelaki itu ikut ke bali untuk memantau kondisi Anara.
"Yaudah kalau gitu, aku pamit. Jika ada apa-apa kau bisa menghubungiku,"
"Iya.. terimakasih kak Wiliam." Wiliam pun pergi dari kamar Anara.
*****
Rian kembali terbangun dari tidurnya. Pemandangan nya masih sama, Anara kembali berkutat dengan komputernya, mengerjakan soal-soal yang Rian tebak di kirim langsung oleh Yusan.
Berarti benar kata Arata, Anara mungkin berbicara seperti itu karna ia sedang tertekan oleh soal-soal yang Yusan kirim. Rian jadi tak khawatir lagi, pikirannya sudah mulai tenang.
Rian beranjak dari tempat tidurnya, menaruh kepalanya pada pundak Anara hingga membuat sang empu terlonjak kaget.
"Kak Rian ih... ngagetin aja,"
"Maaf."
"Kamu lagi apa?"
"Daddy ngirimin tugas baru, kata Daddy ini pembelajaran terbaru di era digital,"
"Oh gitu..."
"Kak Rian mending minum obat, obat sama air minumnya udah aku siapin di atas nakas." Rian mengangguk lalu menuruti perintah Anara.
Setelah selesai Anara dan Rian duduk di pinggir tempat tidur, Anara ingin bertanya pada Rian.
"Kak Rian ngapain di rooftuf sampe jam dua pagi?"
"Kak Rian juga ga sadar kalau kakak di sana selama itu,"
"Ngapain aja di sana?"
"Awalnya kakak cuma ngobrol sama kak Arya sebentar di sana. Kak Arya juga udah nyuruh aku masuk, tapi aku malah keenakan di sana sampe jam segitu,"
"Kalau mau ke rooftuf mending sore, sambil liat senja. Kalau malam malah jadi penyakit, angin laut itu kan kenceng banget,"
"Iya Ra gak lagi-lagi kaya gitu,"
"Bagus kalau gitu..."
"Btw gimana aku bisa di kamar kamu?"
"Aku lagi di dapur, ngisi air minum buat di kamar. Pas balik kamar udah liat kak Rian tidur di ranjang, muka kakak pucet, jadi Oppah manggil dokter, di rawat deh sama dokter semaleman,"
"Lah terus kamu tidur dimana?"
"Di kamar Ommah sama Oppah,"
"Tidur bertiga?"
"Iya,"
"Gila,"
"Abisnya Oppah ga bolehin aku tidur berdua sama kakak di kamar. Katanya ga baik anak gadis tidur sama laki-laki,"
"Tapi tadi?"
"Kan aku nya sadar, pas kakak tidurnya udah pules, aku langsung ngerjain tugas yang dari Daddy,"
"Terus kemarin kenapa ngurung diri di kamar?"
"Aku banyak urusan, Daddy minta aku melajarin materi yang dia kirim, sekalian aku juga ngajarin anak-anak panti lewat online. Kalau pintu kamar ga di kunci, pasti banyak yang ganggu. Termasuk kakak sama kak Arya,"
"Lain kali jangan gitu... aku jadi galau kalau kamu kaya gitu. Kalau sibuk kaya gitu lagi bilang, biar aku nya ga khawatir, aku kan jadi mikir yang engga-engga,"
"Iya kak, aku minta maaf,"
"Iya gapapa."
"Tadi Ommah bilang kalau kakak udah bangun di suruh makan bareng-bareng di bawah,"
"Yaudah ayo ke bawah." Anara menggandeng Rian menuju keluar kamar, badan Rian masih panas, tapi sudah menurun. Badannya pun sudah keliatan lebih sehat dari pada tadi pagi.
Ommah, Oppah, Arya dan Naira sudah menunggu di meja makan. Hingga Anara dan Rian terlihat menuruni beberapa anak tangga terakhir.
"Mereka cocok ya?" Bisik Lestari pada Arata.
"Kamu mau menjodoh-jodohkan?" Tuduh Arata.
Lestari memukul lengan Arata rasa-rasa. "Siapa yang menjodoh-jodohkan? Mereka memang keliatan cocok, tanya saja Arya dan Naira." Arata melihat kepada cucu dan calonnya. Ternyata Arya dan Naira pun setuju dengan ucapan istrinya. Obrolan tak di lanjutkan karna Anara dan Rian sudah mendekati meja makan.
Rian dan Anara duduk bersebelahan, berhadapan langsung dengan Arata dan Lestari. "Gimana kabar kamu?" Tanya Lestari.
"Alhamdulillah udah baikan Ommah, maaf Rian ngerepotin,"
"Itu ga seberapa kok." Obrolan di tutup oleh deheman Arata. Perutnya sudah sangat kosong!!
"Baik-baik ya sama Anara. Ommah minta tolong jagain Anara ya?" Ucapnya sambil mengambilkan nasi untuk Rian.
"Pasti Ommah." Sekarang tugasnya untuk melindungi Anara bukan lagi sekedar inisiatif, tapi juga karna titipan keluarga yang Anara sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...