"Ketahanan tubuh Anara sudah lebih lemah dari terakhir kali, Anara harus mempersering cuci darah juga tak boleh mempunyai kegiatan yang berat. Anara pasti masih sering tidak tidur bersama buku-bukunya, dia juga tidak meminum obatnya secara rutin, kegiatannya padat dan mentalnya sedikit tertekan,"
"Anara bisa sembuh kan?" Dokter cantik bernama Nanda itu terdiam. Tak sanggup memberitahu keadaan Anara yang seperti musahil untuk menua.
"Jawab saya dokter Nanda!" Bentak Yusan saat melihat Nanda malah menunduk.
"Penyakit gagal ginjal yang Anara derita sudah semakin parah, satu-satu nya cara hanya lah mencari pendonor ginjal untuk ginjal Anara yang rusak. Tapi seperti yang Anda ketahui, Anara ini sangat spesial, golongan darah AB negatif pun sulit untuk di temukan. Orang-orang yang kemarin bapak bawa untuk menjadi pendonor pun semuanya tidak cocok untuk tubuh Anara, jika di paksakan pun hasilnya akan tetap sama, yaitu tidak ada. Saya minta maaf, tapi kita hanya bisa menunggu dan menerima,"
"Tidak! Saya tidak ingin menunggu dan menerima, saya akan berusaha sekeras mungkin untuk menemukan pendonor untuk putri saya!" Yusan sangat menyayangi Anara lebih dari apapun, ia rela kehilangan semua hartanya asalkan Anara sehat dan keluarga kecilnya bisa hidup bahagia.
Akhirnya ia keluar, menemui putri bungsunya. Melihat putri cantik itu yang sedang melakukan cuci darah agar tubuhnya bisa sehat semula untuk sementara.
Arin memandang sendu pada suaminya lalu bergantian menatap Anara yang sedang tak sadarkan diri. "Apa semua bakalan baik-baik aja?" Yusan tertunduk lemah, Anara adalah anak yang sangat ia inginkan.
Arya memeluk Yusan dan di ikuti oleh Arin. Aaric dan sang istri pun menatap sendu pada anak dan menantu mereka. Mereka tau seberapa berharga Anara untuk keluarga mereka dan keluarga menantu mereka.
"Harus kita bawa Anara ke amerika atau kita kembali ke Jerman? Agar Anara mendapatkan perawatan intensif dari dokter terbaik," usul Aaric, tak ingin menyerah begitu saja.
"Anara gamau pergi dari indonesia, entah kenapa anak itu sangat nyaman dan sayang terhadap negara ini hingga tak mau kembali ke Jerman,"
"Apa karna anak laki-laki itu?" Tanya Adelia pada anak dan menantunya.
"Maksud Mama, Rian?" Tanya Arin.
"Mama gatau namanya, tapi laki-laki itu keliatan akrab banget sama Anara. Mereka pacaran?"
"Arin gatau Ma, tapi Anara banyak berubah berkat Rian. Rian juga banyak bikin Anara tertawa dan buat hari-hari anak gadis itu lebih berwarna,"
"Dia tau kondisi Anara?" Tanya Aaric.
"Anara menutup diri soal penyakitnya," jawab Yusan.
"Anak itu ga pengen semua orang ngerasa kasian sama dia, gamau juga buat banyak orang khawatir sama keadaannya,"
"Arin takut terjadi apa-apa sama Anara," Arin mulai menangis, terisak saat melihat kondisi Anara yang semakin drop.
*****
Setelah sadar Anara tak lagi melihat nenek dan kakeknya. Mereka langsung pergi ke jerman untuk mengurus pengobatan Anara yang akan di lakukan di indonesia. Jika Anara tak mau pergi ke Jerman, maka Jerman yang akan menghampirinya.
"Mom... Anara mimpi buruk," Arya dan Yusan memperhatikan keduanya.
"Mimpi apa sayang?"
"Aku mimpi kak Rian bunuh diri pas liat aku meninggal,"
Arin tak bisa membendung air matanya yang sedari tadi coba ia tahan. "Itu cuma bunga tidur aja kok sayang, jangan di pikirin," ucapan Arin bergetar, bibirnya pun telah melengkung sempurna.
"Tapi keliatan nyata banget Mom... Anara gamau kalau kak Rian sampe mati karna Anara, kasian Bunda, nanti Bunda sama siapa? Kak Rian kan anak tunggal Mom..."
"Kenapa kamu khawatirin orang lain di saat kondisi kamu pun lagi ga baik?"
"Anara kuat! Anara yakin bisa bertahan."
Senyuman dari bibir pucatnya mengembang, walau tak terlihat cantik namun tetap bisa menenangkan hati kedua orang tuanya dan kakak tercintanya. "Jangan khawatirin Anara, Anara baik-baik aja kok, besok juga sehat lagi," namun ucapan itu tak membuat Arin, Yusan dan Arya tenang. Ketiganya justru langsung tercekat dan merasa tertusuk ribuan pedang di hati mereka masing-masing.
Arin tak tahan untuk tidak nangis kejer, air matanya mengalir deras melewati kelopak matanya. "Anara harus sembuh! Mom gamau tau! Anara harus temenin Mom masak terus, harus cobain eksperimen Mom! Harus sama Mom terus! Anara ga boleh nyerah! Ga boleh tinggalin Mom," terisak lah Arin dalam dekapan putri bungsunya.
"Sayang..." panggil Yusan sambil mencoba melepas Arin. Jujur saja Yusan pun sama takutnya dengan Arin, ia tak bisa membayangkan bagaimana kedepannya bila tak bersama Anara.
"MAS HARUS LEBIH GIAT LAGI NYARI PENDONOR BUAT ANARA! ARIN GAMAU TAU MAS! ANARA GA BOLEH PERGI!" Arin memukul-mukul dada Yusan. Ibu dua anak itu merasa frustasi dan merasa sangat takut kehilangan putri kesayangannya.
"Mas bakalan lebih usaha lagi sayang.."
"Anara ga boleh pergi! GA BOLEH PERGI TINGGALIN MOM!!" Arin telah mengetahui keadaan Anara yang tak mungkin sembuh.
Anara menangis dalam dekapan Arya yang juga ikut menangis. "Aku makin sulit buat pergi." lirihnya, hanya Arya yang mendengarnya.
Yusan membawa Arin keluar ruangan, menenangkan Arin yang sudah mulai bergetar dan tak kuasa menahan tangisnya. Keadaan Arin saat ini hanya akan membuat Anara merasa bersalah dan sakit.
Anara melepas pelukan Arya, mencengkram kuat hoodie hijau army milih kakaknya. "Aku gamau kak Rian pergi sama aku! Aku mau kak Rian tetep jalanin kehidupannya meski tanpa aku kak!"
"Kamu harus mulai jaga jarak Ra, biar Rian benci sama kamu dan ga sedih waktu kamu pergi. Buat dia benci sama kamu,"
"Gimana caranya kak?"
"Kamu coba deket sama cowo lain,"
"Anara coba nanti." sama-sama terdiam, Anara lantas menatap lekat sang kakak.
"Kakak ikhlas aku pergi nanti?" Arya membisu, telinganya seolah menuli, lidahnya seolah kelu, bibirnya serasa tak bisa berucap.
"Kakak harus jaga Mommy, Daddy, kak Nai, Bunda, sama kak Rian. Mereka yang paling Anara sayang kak,"
"Apa kak Arya bisa?"
"Bisa kok! Anara yakin,"
"Kakak coba. Btw kenapa kamu peduli banget sama Bundanya Rian dan Rian?"
"Aku jatuh cinta sama kak Rian. Aku sayang sama Bunda, Bunda mirip sama Mommy. Aku gamau liat kak Rian terpuruk dan mati karna aku, karna kalau kak Rian kenapa-kenapa Bunda pasti bakalan sedih,"
"Kamu bucin banget sih dek..."
"Kak, kak Rian cinta aku setelah kakak dan Daddy. Kak Rian semesta aku, semesta gaakan hancur meski salah satu penghuninya pergi. Tapi semua penghuninya bakalan hancur kalau semesta mereka runtuh,"
"Kak Arya paham,"
"Anara sayang kakak! Love you! So much!"
"Love you too, very love you my dear!" Anara memeluk Arya erat. Rencana terakhirnya bersama Rian harus ia mulai, Rian harus sangat membenci Anara, bagaimana pun caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...