Setelah sarapan tadi, Anara mengajak Rian untuk bergabung bersamanya juga Ommah dan Oppahnya. Gadis itu bercerita tentang kemarin pada kedua orang tua Arin, Arata dan Lestari menyimak cerita panjang lebar sang cucu sambil sesekali melihat Rian yang sesekali mengangguk saat Anara bertanya.
Arata dan Lestari menyukai Rian. Lelaki itu membuat cucu kesayangan keduanya bahagia, bahkan di dekat sepupu-sepupunya pun Anara tak pernah merasa sebahagia itu.
"Kamu ga pergi ke Bali Cultural Center?"
"Belum Ommah,"
"Rugi kamu kalau ga datang ke sana, kamu bisa mempelajari budaya Bali di sana. Pusat budaya Ra," jelas Lestari pada cucu bungsunya.
"Wah seru pasti di sana,"
"Anara mau ke sana!!" Lanjutnya.
"Nanti aja, sorean bareng sama kakak kamu,"
"Emang sekarang kakak kemana?"
"Katanya masih ada urusan sama calon mertuanya,"
"Oh begitu.."
"Kakak mu itu mau menikah dimana? Kenapa mendadak?" Tanya Arata penasaran.
"Anara juga kurang paham sebenernya Oppah, kalau soal itu Oppah tanya aja langsung sama Daddy atau sama Mommy,"
"Yaudah kalau gitu, tapi bagaimana dengan sifat calon kakak ipar mu itu?"
"Kak Nai baik Oppah! Anara suka sama kak Nai,"
"Apa Daddy dan Mommy mu juga setuju? Jangan sampai pernikahan tidak di inginkan kembali terjadi,"
"Daddy yang nyaranin kakak buat segera nikahin kak Nai, Mommy juga setuju-setuju aja sama keputusan Daddy,"
"Bagus kalau begitu. Kalau kamu Rian, kapan nyeriusin cucu Oppah?" Rian menegguk saliva nya kasar.
"Oppah jangan bikin kak Rian takut plus gugup dong! Lagian aku sama kak Rian masih sekolah! Mana mungkin langsung nikah?!"
"Oppah lamar Ommah mu pas Ommah mu umur 16 tahun,"
"Ya kan itu jaman dulu banget Oppah! Jangan samain sama jaman modern kaya sekarang ini dong!"
"Emang kamu kira Oppah setua apa?"
"Oppah itu sepuh asal mau tau mah,"
"Anak kecil kalau ngomong suka bikin sadar diri,"
"Oppah... Oppah itu udah punya banyak cucu, cucu bungsu Oppah aja sekarang umur 16 tahun! Sedangkan cucu Oppah yang paling tua udah umur 29 tahun,"
"Hahaha Oppah setua itu ya?"
"Ommah... kenapa Oppah ga sadar diri?" Lestari tertawa mendengar pertanyaan cucu bungsunya dengan nada polos.
"Jangan di hirau in, kamu mending istirahat atau ngeteh di balkon lantai 5," Anara dan Rian menuruti saran dari Lestari, mereka pun izin pamit dan melaksanakan saran Lestari di temani oleh bolu ketan hitam.
****
Jika Rian perhatikan, Anara adalah kesayangan keluarga besar. Terbukti dari cara nenek dan kakeknya memperlakukan Anara secara spesial.
"Kak Rian... Anara pengen liat tari kecak, kira-kira ada ga ya di Bali Cultural Center?"
"Mungkin ada." Mereka menikmati angin sepoi-sepoi khas laut. Membuat beberapa anak rambut keduanya terbang tertiup angin.
"Kak Rian udah berapa lama temenan sama kak Janu dan kak Zion?"
"Kalau sama Janu udah dari bayi bareng-bareng, Mamah Janu itu kakaknya Bunda. Tapi kalau sama Zion udah dari SMP,"
"Oh gitu... kak Rian nyaman banget kayanya temenan sama mereka,"
"Bukan nyaman lagi Ra... mereka udah kaya saudara kandung aku,"
"Kak Janu punya adik?"
"Punya, namanya Lola,"
"Kalau kak Rian?"
"Aku anak tunggal. Dulu pengen banget punya adik, tapi Bunda harus ngejalanin pengangkatan rahim karna ada kanker yang bersarang di rahimnya,"
"Anara juga mau punya adik, atau adik sepupu pun gapapa. Tapi sayangnya Anara anak terakhir sekaligus cucu bungsu dari Ommah dan Oppah atau Granpa dan Granma,"
"Pusat perhatian ke kamu semua dong?" Anara mengangguk, namun dengan ekspresi wajah yang tak senang.
"Kenapa murung?"
"Anara ga suka banyak orang yang terlalu ngeistimewain Anara,"
"Kenapa?"
"Perlakuan khusus yang Granma dan Granpa atau Ommah dan Oppah kasih ke Anara buat semua sepupu Anara cemburu dan berakhir musuhin Anara. Hubungan persaudaraan antara Daddy dan saudaranya juga Mommy dan saudaranya pun jadi retak karna hal itu. Dulu Daddy gatau kalau aku suka di bully sama sepupu-sepupu aku sewaktu kumpul arisan keluarga, sampai pada akhirnya Daddy liat aku di masukin kardus besar dan di tutup selotip abis itu di buang ke kolam renang yang dalemnya tiga meter,"
"Kejam banget! Daddy kamu pasti marah banget!" Anara membenarkan ucapan Rian.
"Daddy marah, dan arisan keluarga pun berubah jadi perdebatan. Daddy keluar dari perusahaan punya Granpa dan Granma, ngebangun perusahaan nya sendiri dari nol. Mutusin juga kontak sama semua keluarga kecuali orang tua masing-masing. Pas Granpa tau kabar itu, Granpa juga marah besar dan berusaha bujuk Daddy buat ga keluar dari perusahaan, tapi Daddy bersikukuh dan alhamdulillah bisa berdiri sendiri. Dan dari situ juga Daddy dapet jalan buat jadi mualaf dan pindah agama,"
"Aku gatau kalau keluarga kamu ternyata punya masalah seberat itu,"
"Karna keluarga kami pintar menutup-nutupi, keluarga kami jauh dari jangkauan media. Media memberitakan hanya berdasarkan spekulasi dan dari omongan-omongan yang ga pasti,"
"Apa Daddy kamu ga marah sama semua kabar itu?"
"Daddy orangnya cuek abiezzz, tapi lain lagi sama Mommy. Kak Rian ga pernah tau kan kalau Mommy ga punya akun media sosial selain telfon biasa?" Rian menggeleng.
"Itu karna Daddy yang larang, Daddy tau Mommy orangnya gampang kehasut, gampang kemakan omongan orang lain, Daddy takut Mommy kembali depresi karna berita-berita hoax itu, jadi sengaja Daddy ga bolehin Mommy punya akun media sosial,"
"Kalau tanggapan kamu sama Kakak kamu gimana?"
"Kakak sama kaya Daddy, dan karna ketakutan Daddy aku jadi di sibukin sama belajar setiap harinya. Daddy takut aku kaya Mommy, jadi Daddy sengaja kasih aku banyak tugas dan nargetin setiap materi buat aku pahami, biar aku ga fokus sama dunia luar dan ngembangin pengetahuan lebih luas,"
"Pantes handphone ga bisa jadi candu kamu," Anara terkekeh.
"Aku lebih suka baca novel sambil dengerin musik. Mangkanya tembok kamar aku yang samping kiri kasur di jadiin rak buku, karna memang sebanyak itu buku yang udah aku baca. Daddy juga bikin perpustakaan di rumah,"
"Boleh aku liat kamar kamu nanti?"
"Boleh aja, tapi kalau di bolehin sama Daddy." Rian hanya tertunduk lesuh.
"Kak Rian..."
"Apa?"
"Aku sayang sama kak Rian..."
"Kakak juga sayang sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Novela Juvenil❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...