Setelah LDR di sisa weekdays akhirnya mereka bisa bersama dengan menghabiskan waktu weekend bersama. Rencananya Rian akan mengajak sang tambatan hati menemui Bunda tercintanya.
"Kiw! Cantik banget sih neng, arek kamana?" godanya begitu melihat Anara keluar rumah dengan dress selutut berwarna mocca di padukan dengan sepatu berwarna putih juga tas selempang, rambutnya di biarkan terurai, terlihat gelombang indah pada surai hitamnya.
"Jangan terlalu banyak gaul sama kak Zion, nanti kakak jadi suka gombalin cewe,"
"Cewenya kan kamu Ra!" Anara hanya tersipuh malu, lalu mengalihkan pembicaraan. Bisa bahaya kalau di teruskan, alamat jadi kepiting rebus!
"Mau jalan kapan? Kasian kan kalau Bunda kak Rian nungguinnya kelamaan,"
"Cie ga sabar ketemu calon mertua," godanya lagi, tentu sukses membuat pipi Anara merona lagi.
"Kak Rian... jadi atau engga nih!" Kesalnya mengalihkan rasa malu.
"Iya iya cantik, yaudah buruan naik ke motor kak Rian. Jangan lupa pegangan, takut terbang," ucap Rian sambil berbisik di akhir kalimat.
"Kak Rian.. aku bukan layangan!" Sontak ingatan keduanya berkelana hingga sampai pada saat pertemuan kedua mereka di atas motor Rian dengan hujan yang mengguyur jalanan kota bogor.
"Kenapa diem? Lagi flashback ya?" Tawanya tiba-tiba saja menggelegar hingga menyadarkan Anara dari lamunannya.
"Kak Rian..." rengeknya. Rian pun tak ingin membuat gadisnya badmood. Ia segera melajukan motornya menuju kediaman Anadhar.
Begitu sampai Anara langsung terpikat pada taman yang Riasya rawat sendiri, warnanya yang di dominasi hijau dengan berbagai jenis bunga dengan warna yang beragam memberikan suasana sejuk, di tambah ada kolam ikan dan bangku taman di sana, ada beberapa lampu taman juga yang membuat rumah itu terlihat sangat elegan.
"Tamannya Bunda yang rawat?" Rian mengangguk.
"Tukang kebun cuma datang 3 hari sekali atau pas Bunda perluin aja,"
"Kayanya piknik di depan rumah kak Rian seru!" Rian senang melihat Anara yang menyukai rumah keluarga kecilnya.
"Dulu waktu ada Ayah kita sering ngabisin waktu bareng di sana. Biasanya kalau sore sih,"
"Ah iya pasti sambil liat matahari tenggelam," Rian menggengam tangan mungil Anara, di ajaknya menuju pintu yang menjulang tinggi berwarna putih.
"Asalamualaikum Bunda! Rian pulang dari kayangan bawa bidadari nih!" Sang Bunda yang mendengar pun langsung keluar dari kamarnya.
Riasya melihat Rian bersama seorang gadis cantik yang memakai dress selutut. Bulu mata yang lentik, bola mata hitam, kulit putih. Anara kelihatan seperti bule nyasar.
"Hai cantik! Siapa nama kamu?" Tanya Riasya sambil memperhatikan Anara lebih lekat.
"Anara Bunda, boleh kan aku panggil Bunda?" Riasya mengangguk, senang melihat Anara yang kelihatan seperti gadis baik-baik.
"Bunda seneng bisa ketemu sama kamu," ucapnya sambil menuntun Anara menuju sofa ruang tamu.
"Rian banyak cerita loh! Terakhir dia keliatan galau banget karna kamu ga ada kabar 4 hari," Anara hanya tertawa kecil. Ia pun jadi tau kalau Rian bukan tipe orang yang tertutup pada orang tuanya.
"Anara ada urusan keluarga waktu itu Bun," Riasya hanya mungut-mungut saja.
"Cerita dong Ra, kok bisa sih anak Bunda yang kaya tembok berjalan ini bisa suka sama kamu?"
"Sebenernya Anara juga bingung sama hal yang satu itu, kalau Anara tanya 'kenapa?' kak Rian pasti jawab 'karna aku pengennya kamu' jawabannya nyebelin kan?" Riasya terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Ficção Adolescente❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...