Mereka kini sedang berada di kantin sekolah, menempati meja yang sama juga dengan penghuni yang masih sama. "Bentar lagi ujian tengah semester ya?" Beberapa dari mereka tak suka di ingatkan ujian itu oleh Ersya, seperti Arsya dan Zion contohnya.
"Kenapa lo harus bahas hal itu pas kita lagi makan si anying?" Kesalnya. Pasalnya ia pasti akan kepikiran, mengingat ia tak pandai dalam bidang akademik.
"Ya biar lo inget dan belajar," perempuan di sebelahnya menggeram frustasi.
"KENAPA HARUS ADA UJIAN YA TUHAN..." dramanya di siang hari ini.
Anara hanya terkekeh saja saat melihat Arsya frustasi, namun ya salah Arsya juga karna selalu menolak ajakkan Anara untuk belajar bersama.
"Kak Rian udah nyiapin bahan meteri buat di pelajari?"
"Nanya sama dia Ra.. tiap ulangan aja nilainya merah semua, dia mah ga pernah belajar, kalau ngisi soal ya itung kancing kalau gak googling," ucap Janu membeo, di sebrang sana Rian sudah menatap Janu dengan horor, bisa-bisanya dia membocorkan keburukan Rian.
"Mau belajar bareng Anara? Kakak harus dapet nilai di atas KKM kali ini," ucap Anara sedikit memaksa.
"Kayanya ga mungkin deh Ra, mustahil banget rasanya," Rian menyerah sebelum mencoba.
"Di coba dulu kak, pokoknya Anara gamau tau nanti pulang sekolah kak Rian harus mulai belajar sama Anara," Rian tak menanggapi, malah tergolek lemas di sebelah Anara.
"Di paksa belajar sama doi kok malah lemes, tapi kalau lo tetep gamau biar gue aja yang di privat sama Anara buat ujian. Boleh kan Ra?"
"Boleh aja kok kak Zi," tak masalah bagi Anara jika ada yang ingin belajar bersama, siapa pun itu.
"Iya iya kak Rian mau belajar sama kamu, tapi cuma berdua,"
"Ekhm modus," ucapan Janu membuat semua tergelak. Kini mereka dapat leluasa pada Rian, karna Rian tak lagi menjadi sosok pendiam dan tertutup. Semua berkat Anara.
"Gimana sama olimpiade lo Ra?" Tanya Arsya, ia melihat Anara belajar lebih keras akhir-akhir ini.
"Tiga hari setelah ujian gue berangkat,"
"Lo doang?" Tanya Ersya.
"Dari perwakilan mapel lain pun berangkat semua. Kata bu Nisa, kalau Anara bisa dapet juara dengan nilai yang memuaskan kemungkinan bu Nisa akan rekomenin aku buat olimpiade tingkat nasional dan internasional,"
"Wah keren!"
"Anara cuma mau bantu ngeharumin nama sekolah."
****
Laki-laki itu menggeram frustasi saat melihat banyak angka dan simbol-simbol yang tak ia mengerti. Sedangkan gadis di sampingnya hanya terkekeh melihat kelakuannya.
"Kalau otak aku maksa keluar gimana Anara? Ini susah banget! Aku nyerah," ketauhilah bahwa Rian sudah ngoceh ini itu dan berkata berulang kali bahwa ia menyerah. Anara tak menghiraukan, karna biar bagaimana pun, Rian tak boleh terus malas-malasan dan berujung bego permanen.
"Kak ini kaliin dulu sama yang di kurung ini, nanti setelah ada hasilnya, minusnya ngikut. Setelah itu di bagi sama 56 di bikin persen, terus di kurang sama 37% nya,"
"ANARA PLEASE KAK RIAN NYERAH! Kak Rian ga ngerti," laki-laki itu merengek, baru 1 soal saja otaknya sudah mengalami kebakaran hebat.
"Kak ini baru dasarnya loh? Ini baru pelajaran anak kelas 10 masih jauh sama materi anak kelas 12," Anara harus mengajari Rian dari dasar karna lelaki itu bilang kalau ia sama sekali tak mengerti pada materi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...