#39. Merayakan bersama

6 3 0
                                    

Dengan ragu Arsya dan Anara menghampiri Ersya yang tengah terduduk seorang diri di bangku taman belakang sekolah yang sepi.

"Ersya.." panggil Anara pelan.

"Kenapa?" Jawabnya tak ramah.

"Hari ini aku ulang tahun,"

"Gaada yang nanya,"

"Ersya kok jadi jutek sama Anara?"

"Gausah sok polos! Gue udah tau kalau temen comel lo itu udah ngaduin semuanya ke elo. Gausah sok pura-pura lagi, gue makin jijik liat lo yang belaga sok baik." Ersya memalingkan wajahnya dan ingin beranjak pergi, namun dengan sigap Arsya menahan lengan Ersya kuat agar gadis itu tidak benar-benar pergi.

"Dengerin Anara dulu,"

"Buat apa? Lo mau gue denger dia undang gue ke pestanya dan di sana gue liat dia mesra-mesraan kaya biasanya sama kak Rian gitu?"

"Aku sama kak Rian udah putus Ersya," ucap Anara dengan suara rendah, berbanding terbalik sekali dengan suara Ersya yang meninggi.

"Lo kira gue percaya gitu aja hah? Gak mungkin lo putusin kak Rian demi gue!"

"Tapi itu kenyataannya. Aku mencoba mundur biar kamu leluasa buat berjuang, hari ini juga aku mau ngepublikasiin hubungan aku sama kak Wiliam. Kamu datang ya ke rumah aku jam 7 malam ini, gak banyak orang, cuma orang-orang yang paling deket sama aku aja. Aku tunggu kehadiran kamu Ersya." Anara pergi, melepaskan tangan Arsya yang mencengkram kuat tangan Ersya hingga meninggalkan bekas merah. Menarik Arsya menjauh dan meninggalkan Ersya sendirian.

****

"Kamu terlalu kasar Arsya," ucap Anara seraya mengingat bekas cengkraman Arsya pada pergelangan lengan Ersya.

"Gue emosi," jawabnya singkat.

"Seharusnya jangan kaya gitu. Semakin kamu keras ke Ersya, semakin Ersya benci sama kita,"

"Kenapa sih lo merjuangin banget dia sampe segini Anara! Gue tuh muak liat dia yang selalu berusaha buat dapetin cinta Rian dan ngelakuin apapun demi itu, sekali pun harus nyingkirin kita berdua!"

"Arsya yang tenang ya, sini kita duduk dulu. Anara mau tanya, boleh?"

"Silahkan..."

"Kalau Arsya punya masalah enakan cerita ke temen atau ke Mommynya Arsya?"

"Ke temen gue lah! Mamah tu orangnya alay banget, kalau gue curhat yang ada masalah gue makin rumit,"

"Kalau Arsya lagi suka sama cowo enakan cerita ke Daddynya Arsya atau ke temen Arsya?"

"Ke temen lah, bisa mati tu orang di tangan Papah gue,"

"Kalau Arsya lagi punya masalah sama mas pacar lebih milih curhat sama saudara Arsya atau sama temen?"

"Ya sama temen lah! Kakak perempuan gue tingkahnya kek tai kepo banget jadi orang!"

"Kesimpulannya kalau Arsya gak punya temen gimana?"

"Gue pasti ngerasa kesepian banget dan bingung mau cerita ke siapa tentang semua masalah gue atau pun hal baik yang lagi datang ke gue,"

"Dan itu yang lagi Ersya rasain! Ersya kaya gitu karna dia bingung, dia gak punya temen deket lain selain kita berdua tapi cinta yang terlalunya itu bikin dia ngerelain pertemanannya demi cinta yang sebenernya belum tentu bisa dia gapai. Arsya peran kita sebagai teman harus tetap di jalani, kita harus dukung Ersya dan tetap mantau dia biar terus di jalan yang seharusnya. Yang namanya jatuh cinta pasti akan ada rasa sakitnya juga, karna gaada yang enak kalau jatuh. Aku gapapa kalau harus mundur, karna saat ini kalian berdua lebih berharga dari cinta yang aku punya buat kak Rian. Aku gatau gimana kedepannya nanti, yang jelas saat ini aku lagi berusaha ikhlas. Aku harap kamu sebagai orang yang netral bisa ngedukung aku buat ngeikhlasin kak Rian dan juga dukung cintanya Ersya. Sampai sini kamu paham Arsya?"

"Tapi Ra dia udah keterlaluan banget sama lo! Mana mungkin gue bisa maafin dia yang dengan tega jadi musuh dalam selimut, dia juga tega nyakitin lo yang bahkan gak pernah sama sekali nyakitin dia,"

"Di keadaan yang kaya gini, Ersya gaakan tau mana yang benar dan mana yang salah, dia bakalan tetep ngerasa paling tersakiti dan nyoba buat ngehalalin segala cara. Dan kita berdua harus bisa larang Ersya bertindak lebih jauh." Anara memperhatikan Arsya yang sepertinya masih belum bisa mengerti karna di kuasi oleh emosinya. Ia lantas kembali berucap.

"Sekarang mending kita undang kak Rian dan yang lainnya, abis itu sepulang sekolah kita bantu Daddy sama Mommy dekor rumah. Arsya mau kan?" Tentu Arsya mengangguk.

Mereka berdua langsung mendatangi tempat yang biasa jadi tempat tongkrongan Rian bersama Janu dan Zion. Ketiganya tampak sedang berbicara dengan serius.

"Hai kak!" Sapa Anara kepada ketiganya.

"Anara hari ini ulang tahun, dan nanti malem Daddy bikin pesta kecil-kecilan buat Anara. Kalian datang ya? Jam 7 malam nanti! Aku tunggu loh!" Ketika keduanya kembali menjauh, mereka langsung kembali menatap Anara yang berjalan riang bersama Arsya.

"Ri cewe lo punya kepribadian ganda ya?" Tanya Zion. Yang heran sekali melihat perubahan sikap Anara yang sangat cepat persis seperti bunglon yang berbeda warna di setiap tempat.

****

Anara sangat menunggu kedatangan Ersya, Rian, Janu, dan Zion. Anara sudah rapih sedari selesai sholat isya tadi padahal. Ia mengenakan gaun putih panjang dengan mahkota yang di lapisi oleh berlian-berlian cantik berwarna biru dan berlian putih sebagai dasar, sepatunya pun terbuat dari kaca yang sengaja Yusan pesan khusus untuk putri tercintanya.

Tak lama menunggu, akhirnya Mereka datang, entah bagaimana namun keempatnya datang secara bersamaan. Tak dapat di pungkiri kalau Rian begitu terpesona melihat Anara yang sangat cantik bagai malaikat.

Suara mic menyadarkan Rian dari lamunannya. Ia lantas berjalan memasuki rumah yang biasa ia kunjungi, melihat beberapa orang asing yang tak ia kenali.

"Karena semua tamu undangan telah datang mari kita mulai pesta ulang tahun Anara!" Acara di mulai dari doa yang di pimpin oleh Yusan, dan beralih pada prosesi peniupan lilin dan pemotongan kue.

"Kue pertama aku dedikasikan untuk laki-laki yang paling aku cintai di seluruh dunia, dia adalah laki-laki pertama yang aku cintai, juga laki-laki yang telah sabar mendidikku hingga aku bisa tumbuh menjadi gadis yang seperti ini. Daddy... thank you so much because you have been a good father to me!"

"Your welcome babe!" Yusan menerima potongan serta suapan pertama dari Anara. Semua orang yang hadir bertepuk tangan.

Setelah potongan demi potongan kue, akhirnya tiba bagi Anara untuk memperkenalkan Wiliam sebagai pacarnya pada semua orang.

"Hari ini adalah hari yang spesial buat aku. Maka dari itu aku mau memperkenalkan seseorang yang sangat spesial pula pada kalian, yaitu Kak Wiliam..." Wiliam naik ke atas panggung, langsung merangkul pinggang ramping Anara dan membawanya mendekat.

"Kak Wiliam dan aku baru saja jadian.. jadi perkenalkan dia adalah pacarku! Wiliam clarkson..." semua memberi ucapan selamat dan turut bahagia, kecuali 1. Yaitu Rian.

"Lo gapapa Ri?" Tanya Janu pada Rian yang diam-diam meredam emosinya.

"Kita bisa balik kalau lo ngerasa-"

"Gue baik!" Tekan Rian.

Anara terlihat banyak bercengkrama dengan tamu-tamu undangannya, namun lengannya tak pernah sedikit pun lepas dari gandengan tangan Wiliam. Hal itu membuat emosi Rian semakin menjadi, maka saat ada kesempatan baginya untuk bersama Anara, ia langsung menyusul Anara yang berpamitan ingin ke dapur sebentar.

"Kak Rian!" Kejutnya saat mendapati Rian berada di dapur bersamanya.

"Kamu gak bisa lepas dari aku Anara, kamu bakalan sama aku terus apapun yang terjadi." Rian menciumi Anara kasar, ini pertama kalinya Rian kasar pada Anara.

"Kakh Rianhhh stophhh ah!" Anara mendorong kuat tubuh Rian hingga terhantuk ke meja makan.

"Stop kak! Perempuan di dunia ini bukan cuma aku! Bahkan ada perempuan yang lebih baik dari aku sedang menanti kakak di sana, aku udah bahagia sama kak Wili, jadi kamu gak berhak buat terus maksa aku!" Anara langsung berlari menjauhi Rian sekuat tenaganya, karna gaunnya sempat membuatnya kesusahan.

"Aku gaakan lepasin kamu Anara!"

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang