Sudah 2 minggu lamanya Anara dan Rian menghabiskan waktu untuk belajar bersama. Hari ini adalah hari pembuktian dari hasil kerja keras mereka selama 2 minggu ini.
Rian, lelaki itu telah berkembang pesat berkat rumus sederhana yang Anara berikan. Kini Rian yakin ia bisa mendapatkan nilai yang Anara inginkan. Ia lebih percaya diri!
"Inget ya kak Rian, pahami dulu soalnya, baru mulai ngisi. Masih inget kan sama rumus-rumusnya?" Rian mengangguk singkat.
Sambil sedikit berjinjit, Anara merapihkan anak-anak rambut Rian yang sedikit berantakan. "Belajar yang bener, inget! Kak Rian harus belajar yang serius. Karna gaada cewe yang mau sama orang bego, kak Rian harus berjuang. Semangat!" Rian mendaratkan kecupan di pipi Anara, merekahkan senyumnya dengan manis.
"Kamu juga semangat!"
Banyak orang yang memperhatikan mereka, sebagian merasa iri dan sebagian lagi tak suka melihat keduanya bersama.
"Nanti pas istirahat aku jemput di depan kelas," ucap Rian. Mengacak-ngacak rambut Anara dan pergi ke kelasnya.
Di dalam sana sudah ada Arsya yang memerhatikan keduanya dari awal. "Mesra-mesraan aja terus," Anara hanya tersenyum dan tak ingin menanggapi Arsya. Anara tau jika di lanjutkan, akan menjadi berdebatan panjang.
****
Rian sudah stay di depan kelas Anara sedari 5 menit yang lalu, bersama Janu dan Zion tentunya. Anara segera keluar bersama Arsya yang menggandeng lengan kanannya.
"Hai kak Rian,"
"Hai juga Anara," saling bertukar sapa yang tak lagi canggung seperti pertemuan ketiga keduanya.
"Hei! Gue ga telat kan?" Tanya Ersya yang tiba-tiba datang.
"Engga kok, yuk ke kantin," dan seperti biasanya, Arsya menarik lengan Anara menuju kantin bersama Ersya yang turut ikut menggandeng lengan kiri Anara yang kosong.
Ketiga laki-laki itu terabaikan, hanya bisa pasrah mengikuti langkah ketiganya dari belakang. "Di tungguinnya gatau diri," cerca Janu.
"Dasar cewe," dan di lanjutkan oleh Zion.
"Dah dah ikutin aja," Rian jadi kalem sekarang.
Ketiga perempuan itu sudah lebih dulu sampai di kantin dan memilih meja mereka sendiri, diikuti oleh ketiga laki-laki itu.
"Siapa yang mau pesenin?" Arsya bertanya. Ersya yang berada di depannya langsung tersenyum sinis sambil menatap Zion yang mau dempet-dempet dengan Arsya. Lelaki itu sudah memutuskan untuk mengejar cinta Arsya yang sulit ia dapatkan.
Sedangkan Rian, lelaki itu sedang duduk anteng sambil mengelus-elus jemari kecil milik Anara.
"Ya abang gue lah," jawabnya enteng.
"Kok gue?"
"Bebep lo loh yang minta, pesenin gih," titah Ersya. Emang ade biadap!
Dengan berat hati dan di atas dasarkan nama Arsya, ia berjalan gontai dan memesankan pesanan kedua gadis itu beserta Janu.
Rian? Anara? Rian pasti hanya akan memakan masakan yang Anara bawa untuk berdua, karna entah karna apa, Anara jadi lebih suka membawa bekal sejak 2 minggu kemarin.
"Kalian berdua kemana aja hah selama 2 minggu ini??? Masuk sekolah istirahatnya ngilang, pulangnya juga ngilang lagi berdua," selidik Arsya yang tak terima temannya di bawa menghilang terus oleh Rian.
"Belajar," singkat padat jelas, lelaki itu sungguh tak ingin ribet menjawab pertanyaan Arsya.
"Anara kenapa?" Tanya Ersya yang memperhatikan Anara sedikit tak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Ficção Adolescente❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...