"Hai Kak Rian!" Teriakan di ujung lorong menghentikan langkah lelaki bertubuh jangkung itu. Saat membalikkan badannya ia menemukan sosok Anara dengan senyuman yang manis dan tak sedikit pun luntur meski ia berusaha berlari mendekati Rian.
Tas yang berisi buku kesayangannya terguncang ke kanan dan ke kiri akibat Anara yang berlari. Dengan nafas yang terengah-engah Anara berhenti tepat di depan Rian. "Hai kak!" Sapanya lagi.
Rian mencubit hidung Anara pelan. "Kemana aja hm? Lima hari gaada kabar, bikin orang khawatir aja,"
Anara memainkan kuku jari tangannya sambil tertunduk. "Masalah Dad sama kakak belum selesai, di tambah aku juga sakit tiga hari belakangan,"
"Kenapa ga ngabarin?"
"Hp Anara Dad yang megang," Rian hanya diam, biar bagaimana pun ia tak bisa mencampuri urusan keluarga Anara.
"Pokoknya kamu harus di hukum sama kak Rian!" Tegasnya sambil menggengam tangan Anara dan berjalan menuju kelas.
"Di hukum apa?"
"Ngabisin 2 hari full punya kamu sama aku," Anara hanya tersenyum, lalu menggengam tangan Rian sama eratnya.
"Sabtu sama minggu ini punya kak Rian, tapi tolong biarin aku sibuk di sebelum hari itu tiba, oke?" Rian mengangguk, mengalihkan gengamannya menjadi rangkulan posesif. Mereka berpapasan dengan beberapa anak futsal yang bergerombol.
"Gak sekalian jadi anjing penjaganya di rumah Ri!" Teriak sang ketua sambil berjalan mundur. Anak-anak buahnya tertawa menggema, sedangkan Rian tak menanggapi dan memilih meninggalkan koridor bersama Anara.
"Aku salah ya jalan beriringan gini sama kak Rian?" Tanya Anara, hal seperti tadi bukan yang pertama kali, kejadian di lampu merah itu pun masih Anara ingat jelas.
"Mereka iri,"
"Kak Rian ga risih?"
"Kamu keberatan jalan sama aku?" Bukannya menjawab Rian malah kembali bertanya pada Anara.
Anara menggeleng singkat. "Engga kak,"
"Yaudah gausah khawatirin kak Rian Anara, dan kalau ada orang yang gangguin kamu karna kedekatan kita kamu kasih tau kakak, jangan diem aja apalagi sampe nyembunyiin hal itu dari kak Rian. Kamu jadi tanggung jawab aku mulai dari sekarang,"
"Aku? Tanggung jawab kak Rian?"
"Iya, karna kamu rumah dan dunia buat banyak orang, kalau kamu sakit banyak orang yang bakalan sedih. Dan aku, harus lindungin kamu dari rasa sakit itu. Paham?" Anara menganggukan kepalanya singkat.
"Nanti kita ketemu Bunda,"
"Bundanya kak Rian?"
"Iya, aku udah banyak cerita tentang kamu ke Bunda, kata Bunda kamu menarik jadi Bunda pengen ketemu,"
"Um okay!" Anara ini penurut sekali, Rian jadi sangat gemas.
****
"Kenapa kamu tidak masuk sekolah selama lima hari ini Anara? Apa kamu sakit? Kenapa tidak ada keterangan sama sekali?" Anara sedang berada di kantor guru, sedang berhadapan langsung dengan bu Nisa.
"Ada masalah sedikit bu di tambah kesehatan Anara menurun tiga hari belakangan,"
"Terus sekarang gimana keadaan kamu? Dan ibu sarankan jangan terlalu memporsir waktu belajar kamu,"
"Iya bu Anara paham, Anara juga udah lebih baik sekarang,"
"Gimana sama persiapan untuk olimpiade nanti? Ibu cuma takut karna kamu kurang pengawasan, kamu jadi lalai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...