#19. Granma dan Granpa

8 3 0
                                    

"Dimana Anara kesayangan ku!" Kakek tua itu baru sampai di kediaman Aryunanyaz, sedang mencari keberadaan cucu tersayangnya.

"Granpa Anara di sini," Anara berlari menuju kakek tercintanya.

"Granpa kangen kamu baby," Anara hanya terkekeh saat Aaric mencubit pipinya.

"Granma mu itu memang sudah gila saat memberi izin pada Daddy mu untuk tinggal di indonesia," adunya sambil mengunyel-unyel pipinya dengan pipi Anara.

"Jangan kesel sama Granma oke? Lagian aku juga memang pengen banget tinggal di indonesia,"

"Oke-oke, lagi-lagi kamu bela Granma mu itu di banding Granpa,"

"Bukan gitu Granpa... udah ya jangan ngambek, gimana kalau Granpa aku masakin makanan yang paling aku suka di sini, sekalian icip-icip,"

"Oke deh, tapi pastiin Mommy kamu itu ga ikut campur!"

"Siap Granpa!"

Anara membuatkan bolu ketan hitam kesukaannya hanya dalam waktu 30 menit, ia sudah sangat ahli!.

Note: Btw aku mau ngasih tau kalau mereka itu ngobrol pake bahasa Jerman, jadi kalau ada percakapan antara si kakek sama si nenek Anara yang dari Jerman ini ngomongnya pake bahasa Jerman. Cuma karna aku ga bisa bahasa Jerman and kalian juga nanti jadinya ga paham, jadi aku tulis pake bahasa indonesia aja.

Aaric menatap aneh pada makanan yang Anara buat, "itu namanya apa baby?"

"Ini namanya bolu ketan hitam, cobain deh. Teksturnya tuh unik," terlihat perubahan raut muka dari sang kakek.

"Enak kan?"

"Ini sih enak banget!" Senang rasanya saat kakeknya memuji masakan Anara.

Sesaat kemudian Yusan datang bersama Arya di belakangnya dan langsung mengambil salah satu potongan bolu yang tersaji di atas meja. Sebelum benar-benar terambil, lengan Yusan sudah terlebih dulu di tepak oleh Aaric.

"Tidak sopan! Siapa yang mengizinkan kamu memakannya. Lagi pula ini buatan cucu ku dan hanya untuk ku, kalau kamu mau suruh saja istri mu itu buatkan!" Ketusnya lalu mengabaikan Yusan dan kembali kangen-kangenan bersama kedua cucunya.

****

Saat istirahat di sekolah Anara di kejutkan oleh telfon dari Mommynya. Tak biasanya pikir Anara, karna Arin bukan tipikal ibu yang suka mengganggu waktu sekolah anaknya.

"Hallo?"

"Anara cucu ku sayang... bisa kita berbelanja sepulang sekolah mu? Granma mu ini sangat bosan... lagi pula untuk apa Granpa membawa banyak uang jika tidak kita habiskan right?"

"Iya Granma dan pastiin juga kakak ikut, biar ada yang bawain barang belanjaan kita!"

"Itu sih pasti! Anak nakal itu sedang bermain bersama Granpa di halaman rumah,"

"Oke Granma sampai ketemu di rumah." finalnya, Anara pun menutup telfonnya.

Kelima orang yang ada di meja Anara memandang aneh pada gadis itu. Ini pertama kalinya Anara berbicara bahasa Jerman di depan teman-temannya.

"Lo ngomongin apaan? Sama siapa?" Tanya Ersya.

"Gila fasih banget." kagum Arsya.

"Gue ga paham." ucap Zion.

"Nenek ngajakin Anara belanja ke mall, katanya bosen di rumah lagian buat apa kakek bawa uang banyak kalau ga di abisin, gitu katanya,"

"Anjay sultan," ucap Arsya.

"Hahaha ga segitunya juga kok Arsya,"

"Mau langsung di jemput pulang sekolah nanti?" Tanya Rian.

"Kayanya iya kak,"

"Nenek sama kakek lo berapa lama di sini Ra?" Tanya Janu.

"Ga lama, paling cuma tiga hari. Granpa masih harus ngurus perusahaan di sana,"

"Kakek lo umuran berapa Ra?"

"Kayanya sih 70 tahun,"

"Masih ngurus perusahaan?"

"Kalian belum liat aja segimana awet mudanya nenek sama kakeknya Anara," ucap Anara bangga.

"Haha iya deh iya."

****

"Inget Ra, jangan mudah percaya sama orang. Kalau ada yang minta nomer kamu atau nanya nama jangan di kasih tau! Inget itu,"

"Iya kak Rian,"

"Oh iya, kok liburan tengah semester di undur ya sama pihak sekolah?"

"Katanya sih ada hal yang harus di pelajari sekarang-sekarang buat uji coba apaan gitu, kakak juga ga terlalu paham,"

"Ouh gitu,"

"Anara!" Wanita paruh baya itu memanggil Anara. Di sampingnya terdapat Arya yang sedang marah-marah pada neneknya karna berteriak di keadaan ramai.

"Anara duluan ya? Kasian Granma kalau berdua terus sama kak Arya, ribut terus nanti,"

"Iya sayang, hati-hati oke?"

"Kakak juga hati-hati!" Anara berlari menjauh sambil melambai pada Rian.

Ia menghampiri keduanya dan mereka pun berangkat menuju mall terbesar sekota bogor.

Saat sampai Anara dan Granma kompak menuju rak rak buku, mereka membeli buku, Anara membeli beberapa novel dan buku soal latihan sedangkan Granmanya membeli buku untuk belajar bahasa indonesia.

Mereka banyak menghabiskan waktu hingga sore menjelang, Arya sangat kerepotan membawa semua belanjaan kedua perempuan itu.

"Granma ayo pulang! Belanjaannya udah banyak banget, Arya ga kuat bawanya,"

"Kamu mah lebay.. berat dari mana nya coba? Itu kan isinya baju sama sepatu aja, buku Granma sama Anara yang bawa loh!"

"Ya kalau bajunya satu atau dua doang sih iya enteng Granma, ini kan bajunya ada... ada berapa ini ga ke hitung!" Anara dan Granmanya kompak tertawa.

Bosan terus mendengar keluhan Arya, mereka pun memutuskan untuk pulang dan segera beristirahat. Anara pun sudah merasakan lelah.

"Anara langsung ke kamar ya? Mau bebersih diri dulu," ucapnya begitu masuk ke kediaman Aryunandyaz.

Tiba-tiba Anara merasakan pening yang teramat menyiksa kepalanya, namun ia redam di bawah guyuran air hangat.

"Mudah-mudahan nanti ilang sendiri pusingnya." monolognya sambil memegang kepalanya saat keluar dari kamar mandi.

Saat ia bercermin, ia mengusap hidungnya yang kembali mimisan, darah segar itu mengalir terus menerus. Pening di kepalanya semakin menjadi di tambah perut bagian bawahnya terasa menyakitkan. Wajah Anara mulai memucat, bibirnya membiru dan matanya mulai kabur.

Anara membuka pintu kamarnya, menuruni anak tangga dengan tertatih. "Adek?" Arya melihatnya, lalu menghampirinya.

"Kamu gapapa Ra?"

"Anara?" Arya memandang panik, Anara tak menjawab panggilannya. Sedangkan panggilan Arya begitu terngiang-ngiang di telinga Anara.

"Adek?!"

"Adek!!!"

"Bangun sayang!"

"DADDY! MOMMY!"

Anara mendengarnya sebelum semua kesadarannya menjadi gelap dan suara itu berubah menjadi kesunyian.

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang