#18. Olimpiade Kimia

9 3 0
                                    

Anara sudah siap dengan tas kecil serta seragam lengkap nan rapihnya. Ia bersama 4 orang lainnya, termasuk Azriel akan berangkat menuju tempat olimpiade. Rian turut mengantar serta memberikan semangat pada Anara.

"Semangat ya?! Aku yakin kamu bisa, usaha kamu selama ini juga pasti gaakan sia-sia. Kalau ada apa-apa kabarin kak Rian oke?" Anara mengangguk paham, senyumannya sangat manis pagi ini. Karna gemas Rian pun mengacak-ngacak rambut Anara. Jika kebanyakan gadis akan cemberut karna tataan rambutnya rusak, Anara malah senang karna dengan begitu Rian akan menatanya ulang dengan tangan.

"Kamu itu cantik, gemesin, pinter, baik lagi. Banyak cowo yang pasti jatuh cinta sama kamu pas pertama ketemu, tapi kamu nya ga boleh jatuh cinta sama mereka. Cukup sama kak Rian aja, paham?" Lagi lagi Anara mengangguk dan melebarkan senyuman manisnya.

"Anara ayok masuk ke dalam mobil," Teriak bu Nisa.

"Kak Rian aku pamit, asalamualaikum," ucapnya sambil melambai pada Rian.

Begitu Anara tak terlihat lagi ia masuk ke kelasnya, Rian bahkan tak tau jika teman-temannya ada di sana.

"Dyan pengen lo balik ke arena," ucap Janu tanpa basa basi. Kelas masih sepi, tak ada siapapun karna ini masih terlalu pagi jadi mereka bertiga bisa mengobrol dengan leluasa.

"Gue gak bisa, gue udah janji sama diri gue sendiri buat berenti jadi nakal dan berubah lebih baik buat Anara,"

"Gue kadang masih bingung, Anara pake pelet apa sih sampe bisa ngerubah loh 180 derajat kaya gini,"

"Ini inisiatif gue sendiri Zi, Anara ga pernah tau gue gimana di luaran sana, dia juga gatau kalau gue ngerokok,"

"Lo juga berubah Zi semenjak deket sama Arsya. Harusnya lo juga ngaca sebelum nanya kaya gitu sama Rian," ucap Janu. Teman-temannya berubah saat mengenal cinta.

"Dyan gamau ngelepas lo Ri," lanjut Janu. Rian hanya membuang nafasnya kasar.

"Ada Didi yang bisa gantiin gue, kemampuan dia juga ga beda jauh dari gue. Lagian bukannya memang dia selalu ngincer jabatan gue?"

"Dyan ga percaya sama dia,"

"Kalau gitu tempatin Rio di sana,"

"Rio juga mau keluar, gue sama Zion pun bakalan keluar,"

"Dyan pasti gaakan tinggal diem, kita semua orang-orang berpengaruh di geng nya,"

"Ya gue juga tau," pembicaraan mereka selesai kala anak-anak mulai memasuki kelas. Kelas sepi itu berangsur-angsur di datangi penghuninya.

Rian bosan saat mata pelajaran sejarah di mulai. Padahal baru beberapa jam ia berpisah dari Anara, tapi ia sudah mulai merindukan gadis itu. Dengan bosan ia membuka ponselnya, melihat-lihat foto Anara yang ia ambil secara diam-diam dan foto sewaktu mereka bersama.

"Cantiknya." Rian kaget mendengar suara barinton itu di telinganya.

"Bagus ya kamu Rian, saya cape-cape jelasin materi di depan dan kamu malah melihat-lihat foto pacar kamu?" Semua diam tak bersuara.

"Bosen saya pak kalau liatin bapak terus, toh ga berubah juga. Ga makin ganteng atau makin glowing," seisi kelas tertawa di buatnya.

"Rian kamu ini-"

"Bapak jangan sering marah-marah.. keriput bapak udah mulai keliatan loh! Liat deh kantong mata bapak juga makin turun. Ga sebaiknya bapak konsul sama jamet di sini? Nanya seputar scincare apa yang bagus atau cara ngilangin keriputan di wajah," semenjak dengan Anara Rian tak lagi suka berdiam diri dan membeku. Laki-laki berparas tampan dan berdarah aceh-sunda itu sekarang lebih suka mengoceh.

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang