Kemarin Anara setuju saat Rian menawarkan jemputan agar ke sekolah bersama, jadi pagi ini gadis itu sudah rapih dan cantik sedang menunggu sosok Rian bersama Arin, perempuan setengah baya itu ingin menitipkan Anara langsung pada sang empu.
Tak lama terlihat sosok tubuh jangkung Rian memasuki kawasan rumah dengan penampilan yang lumayan rapih. Dengan sopan ia turun dari motor dan menyalami tangan Arin, "asalamualaikum tante,"
"Waalaikumsalam, kalian mau langsung berangkat?" Anara dan Rian hanya mengangguk bersama.
"Yaudah kalau gitu, kamu bawa motornya yang bener ya? Jagain anak tante selama di sekolah takut di galakin sama tante girang fansnya kamu," Rian hanya terkekeh pelan, ia tau apa yang di maksud oleh Arin. Sedangkan Anara malah diam karna tak paham.
"Um okay Tan Rian pasti jagain," Rian naik keatas motor di susul oleh Anara yang naik di jok belakang.
"Kita berangkat ya Mom, asalamualaikum," Anara dan Rian melenggang pergi dari pekarangan rumah keluarga Aryunanyaz itu.
****
"Boleh aku pegang tangan kamu?" Izin Rian tak ingin membuat rasa tak nyaman bila tak izin terlebih dahulu.
"Sini!" Anara mengangkat tangan mungilnya untuk Rian gengam, berjalan bersama menyusuri koridor dengan tangan yang bertaut. Tentu hal itu menjadi perhatian serta buah bibir siswa lain, kejadian yang sangat mustahil karna seorang Rian yang pernah di duga Gay dengan Januari yang tak lain sahabat serta sepupunya. Kini malah datang dengan berpegangan tangan di sepanjang koridor menuju kelas bersama gadisnya.
"Kak aku ga langsung ke kelas, aku di panggil ke ruang guru," Rian mengerutkan alisnya.
"Ada masalah apa?" Anara hanya mengangkat bahunya acuh.
"Aku anter." Anara hanya mengangguk lalu berjalan bersama menuju ruang guru.
Anara menyadari semua tatapan yang terarah padanya dan Rian, namun Anara tak ingin ambil pusing toh gaada yang aneh juga.
"Kalau ada apa-apa kabarin oke? Aku masuk ke kelas dulu," Anara tersenyum saat Rian mengusap surainya lembut, sedikit mengacak-acak tataan rambutnya.
"Iya kak." Rian menjauh sambil melambaikan tangan pada Anara.
"Ada apa Anara di panggil ke sini?" Ucap Anara to the point saat sampai di meja pak Yanto.
"Kemarin bu Nisa yang ngajar mapel kimia di kelas kamu bilang kalau kamu bisa ngerjain soal-soal yang baru di berikan dengan waktu yang cukup cepat," Anara pun setia mendengarkan.
"Nanti akan diadakan olimpiade kimia tingkat kabupaten, masih lama sih sekitar 6 bulan lagi dan tingkat nasional nya sekitar 3 bulanan lagi. Maksud dan tujuan saya adalah ingin menawarkan apakah kamu mau mewakili sekolah untuk olimpiade tersebut?"
"Iya saya mau pak," jawab Anara mantap.
"Terimakasih karna sudah mau menerima tawaran saya, saya juga sengaja memberitahu dari jauh-jauh hari agar kamu memiliki waktu belajar yang lebih lama,"
Anara tersenyum kiku, "iya pak saya mengerti. Apa masih ada lagi?"
"Saya rasa cukup, kamu bisa kembali ke kelas kamu." Anara pun pamit lalu melenggang dari ruang guru.
Di perjalanan menuju kelas ia tak sengaja melihat Rian, entah kenapa laki-laki itu masih ada di luar kelasnya padahal sebentar lagi bel akan berbunyi. Anara memerhatikannya, Rian sangat berbeda saat tak bersamanya, matanya menatap dengan begitu tajam dan auranya pun tak sehangat saat bersama Anara.
"Itu beneran kak Rian?" Gunamnya. Dari mimik wajahnya pun sangat terlihat berbeda.
****
Seperti biasanya Ersya sudah berada di depan kelas X MIPA 1, menunggu kedatangan kedua teman dekatnya. Tak lama sosok yang di tunggu-tunggu itu datang. Mereka segera menuju kantin untuk mengisi kekosongan yang melanda perut ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Novela Juvenil❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...