#6. Anara cenayang

15 5 0
                                    

"KAKAK ANARA KAN UDAH BILANG JANGAN SUKA BACA-BACA DIARY ANARA!" suara gadis semata wayang itu menggelegar keseluruh penjuru rumah, membuat semua gendang telinga hampir pecah karna suaranya yang sangat menggelegar.

Gadis itu mencari tersangka utama di rumahnya, tersangka yang sedang bersembunyi di kandang singa.

"KAK ARYA!" kali ini suaranya melengking kuat, siap menusuk telinga yang mendengar suaranya.

"Ada di sini nih," dengan suka rela Arin menyodorkan putra sulungnya pada putri kesayangannya.

"Mommy!!" Rengekan yang jelas memprotes. Jelas-jelas ia sudah susah payah bersembunyi dari adik bungsunya, tentu menghindari amukkan putri sejagat.

"Apa?" Tak merasa bersalah sama sekali Arin malah bertanya seolah tak ada yang terjadi.

Baru saja akan memprotes lebih jauh, kerah bajunya sudah di cengkram kuat oleh adik bungsunya. Wajahnya sudah merah padam menahan amarah.

"Ampun dek" Anara tak menggubris, menjewer telinga laki-laki yang kebih tua 5 tahun darinya hingga memerah.

"Aw aw ampun dek, gak lagi-lagi deh janji," Anara semakin marah, matanya pun sudah melotot seperti akan keluar dari tempatnya. Namun sialnya Anara yang sedang marah seperti ini bukan keliatan seram malah membuatnya semakin terlihat menggemaskan.

"Kakak bilang kaya gitu juga kemarin!" Gadis itu mengerucutkan bibirnya, kesal. Mendudukkan diri di sofa ruang keluarga dengan kasar.

"Masa iya?" Arya malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Anara juga butuh pripasi kak! Hp selalu kakak pantau setiap Anara tidur, Anara selalu kakak anter kemana pun bahkan saat Anara kumpul dengan temen-temen cewe Anara! Apa perlu kakak juga kepoin diary Anara?!" Yusan datang dari lantai 2 sambil membawa segelas kopi di tangannya. Pria itu mengusap surai hitam putrinya sayang.

"Arya jangan terlalu keras pada adik mu, jangan terlalu posesif," Anara beralih memeluk Daddy tercintanya.

"Tapi kan kalau Anara salah pergaulan gimana Dad? Anara itu masih kecil, belum tau mana yang baik dan buruk," Anara yang mendengarnya langsung memutarkan bola matanya malas.

"Kak aku udah 16 tahun! Berenti anggap aku bayik yang baru bisa jalan!" Ia melipat tangan di dada sambil menekuk wajah cantiknya.

"Bayik mau bolu ketan hitam? Sebagai permintaan maaf," ucap Arya sambil mengikuti cara berbicara Anara. Binar langsung terpancar di mata hitam legam adiknya.

"Tambahan susu strawberry beku," ucap Anara menuntut.

"Kakak beli pabriknya besok pake uang Daddy," Yusan hanya menggelengkan kepalanya saja.

Arya tersenyum simpul, ia tau tak susah membujuk Anara, hanya dengan bolu ketan hitam dan beberapa makanan kesukaan gadis itu, adik bungsunya pasti akan langsung luluh. Juga Arya sudah terbiasa meng'iya'kan keinginan Anara, apa yang gadis itu inginkan harus Arya dan Daddynya wujudkan.

Jika kebanyakan anak jika manja akan menjadi kekanak-kanakan, Anara justru jadi makin dewasa dan bijak dalam menghadapi ujian hidupnya, walaupun tak dapat di pungkiri bahwa ia pun memiliki sifat buruk tersebut.

"Kulkas Anara kosong," adunya pada sang kakak, berharap dengan senang hati kakaknya akan mengisi kulkas di kamarnya penuh kembali. Kini keduanya sedang berada di dalam mobil.

"Jadi mau ke supermarket atau ke mall?" Tanya Arya, ia tau apa yang di maksud adiknya.

"Mall, sekalian beliin aku novel baru sama buku biologi buat aku belajar nanti malem," adiknya selalu berusaha keras untuk mencapai impiannya, ah Arya lupa kalau itu impian Daddynya. Atau bisa Arya sebut sebagai ambisi?

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang