Sudah empat tahun lamanya Rian berada di Jerman tanpa Bundanya, Janu atau pun Zion. Di sana Rian tinggal dekat keluarga Aaric dan Elsie, Yusan menitipkan Rian pada kakek nenek itu.
Ia mempunyai tiga orang teman yang masing berbeda negara. Zhiang Xie dari china, Woon bin dari korea, dan Acielo dari jerman. Mereka berkomunikasi masing-masing dengan bahasa inggris (tapi aku ketik pake bahasa indo aja ya? Biar kalian ngerti).
"Sayang!!!" Teriak seorang wanita dari ujung lorong menghampiri Rian dan teman-temannya.
"Hai darling! Ada apa panggil aku?"
"Aku kangen..." ucap wanita itu dengan manja.
"Lain kali jangan lari-lari kaya tadi... kaya serial india aja, berasa jadi Shahrukh khan aku tuh..." wanita itu mencubit pipi lelakinya dengan gemas.
"Kamu jadi gelandangan aja aku cinta baby!" Serunya.
"Jangan kaya gitu, doain mah aku jadi pilot biar bisa raih matahari yang kamu suka itu," wanita itu lantas tersenyum begitu simpul.
"Aminnn semoga kita bisa menyapa benda kuning itu." Acielo mengacak-acak rambut wanitanya gemas lalu membiarkan gadis pergi karna ia dan teman-temannya mempunyai misi penting.
"Ri gue boleh minjem gitar lo gak? Buat latihan. Gue kan bakalan jadi gitaris pas wisuda nanti," mohon Acielo pada Rian.
"Besok gue bawa," jawab Rian seperlunya.
"Gausah besok-besok, sekarang aja kita ngambil langsung ke apartement lo. Kita juga sekalian mau main di sana,"
"Gak bisa," jawab Rian datar.
"Why??!" Tanya Zhiang Xie langsung merasa keberatan.
"Ayo lah sekali ini aja, lagian kita juga gak pernah main ke apart lo! Lagian di apart lo itu ada apa sih sampe-sampe kita gak pernah boleh nginjekin kaki di sana?!" Sergah Woon bin karna Rian terlalu tertutup pada ketiganya, padahal sudah berteman sejak pertama kuliah.
"Gak boleh," keukeh Rian pada ketiga.
"Cuma ambil gitar aja kok, abis itu kita langsung pulang." Rian tampak memikirkan permohon Acielo.
"Oke."
****
Turun dari sepeda motor masing-masing, Rian menitah ketiganya diam di luar, namun teman-temannya malah keras kepala dan mendorong diri serta Rian untuk masuk ke apart bersama-sama.
Apart Rian di dominasi warna putih dan abu-abu, namun ternyata interior apart Rian tak begitu membuat mereka tertarik, melainkan foto-foto yang terpasang di setiap sudut ruangan yang membuat mereka tertarik.
"Ini cewe lo yang di indo Ri?" Rian diam tak menjawab.
"Anjay pantasen aja si kutub gak mau di tawarin cewe yang ada di kampus, cewenya cantik plus imut banget anjer." Lagi-lagi Rian menyandang gelar kutub utara.
"Setia banget lo... bisa LDR-an tanpa ketemu selama 4 tahun. Jarang komunikasi pula."
"Cewe lu umur berapa Ri? Mukanya baby face banget njir."
Ocehan-ocehan temannya hanya membuat Rian merindukan Anara, di tambah saat mendengar percakapan Acielo dan pacarnya yang membahas matahari. Anara suka matahari kalau kalian lupa.
"Tapi kok Ri... gue sama yang lain beberapa kali mergokin lo di omelin sama Bunda lo karna lo gak punya pacar dan gamau buru-buru nikah, lo belum ngenalin cewe lo ke Bunda lo? Maaf ya kita gak bermaksud nguping." Ucapan Woon bin sama sekali tak di gubris oleh Rian. Sedari tadi ia hanya diam sambil mengamati fotonya dan Anara yang berada di samping tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...