"Rian tolongin gue!!" Rengek Bio pada sang panglima.
"RIAN PLEASE HELP ME!" Persetan dengan keadaan teman manjanya yang satu itu. Dengan sekali hentakan ia menebas musuh-musuhnya dengan samurai panjang kesayangannya.
Laki-laki itu berbalik dan langsung berlari ala ninja-ninjaan yang ada di film naruto. Membantu manusia bernama Bio Perdana, dengan nafas lega lelaki itu terduduk di aspal sambil memegangi dadanya yang bergemuruh hebat tanpa memperdulikan Rian yang kewalahan menghadapi musuh yang mainnya keroyokkan kaya hujan. Ia mendongak pada Rian, sambil mengusap dahinya yang di penuhi keringat "Matur nuwun yo mas," detik itu juga Rian ingin muntah mendengarnya. Tapi dengan senang hati laki laki itu membalas "He'eh sami-sami." di balas logat sunda khasnya.
Saat sedang fokus menyerang, Janu tiba-tiba berteriak keras pada Rian. "ADA POLISI DATANG!" spontan lelaki itu menyeret Bio dan menitah untuk mundur secepat mungkin.
"Rian anjwenk gue bukan anak kecil, gausah lo seret-seret bego. ADUH PANTAT GUE SAKIT NIH KENA ASPAL. MAMA PANTAT BIO YANG SEMOK INI RATA GARA-GARA MAS RIAN!" merasa tak di pedulikan oleh Rian, lelaki berumur 16 tahun itu hanya mengomel dan menyumpah serapahi Rian di sepanjang langkah kakinya.
Keputusan yang sangat salah saat Rian menyerah pada rengekan manusia alay itu saat rapat tadi. "Ri gue ikut lo ya?"
"Boong Ri jangan, dia nyusahin. Kemarin aja dia malah ngeladenin bencong ketibang bantuin kita pas tauran,"
"Jahat banget lo ngejelek-jelekin gue di depan Rian,"
"Emang gitu kenyataannya bego," Rian memijat pangkal hidungnya. Merasa penat menghadapi teman-temannya.
"Ayolah Ri, gue pengen tempur bareng lo,"
"Oke, tapi kalo sekiranya lo nyusahin, gue seret lo sampe markas,"
"Siap!"
"ZION!" satu teriakan melingking Janu mampu membuat Zion tahu kalau sekarang giliran tugasnya. Ia dan anak-anak yang lain langsung datang dengan motor juga mobil milik Janu dan Zion.
Semua selamat, itu yang patut di syukuri untuk saat ini. "Ri lo luka?" Tanya salah satunya saat sudah di markas. Harus kalian ketahui bahwa Rian tak boleh luka sedikit pun. Ingat, Bunda selalu memerhatikan setiap inci tubuh anak semata wayangnya. Bisa jadi bencana besar kalo Bunda tau kelakuan bejat Rian di luaran sana.
"Tangan lo lebam noh." ucap Janu santai. Bagaimana tidak lebam, tadi Rian menyerang dengan membabi buta lawannya.
"Mau alesan apa sama Bunda?" Ucap Janu lagi lagi santai.
"Kesel sama cicak, jadi Rian nonjok tembok sekeras mungkin terus cicaknya jatuh, Rian ketawain deh sampe perut Rian sakit. Gitu," jawab Rian dengan wajah tanpa dosa.
Alasan yang aneh, itu yang semua orang pikirkan. Rian ini emang random banget asal kalian tau. Dia bisa jadi orang yang dingin, nakutin, baik hati, dan kadang menjadi pelawak secara tidak sengaja.
Zion tertawa terbahak. "Emang Bunda bakalan percaya? Lagian alesan lo itu aneh banget sih, Rian, Rian." ucapnya dan di akhiri gelengan kepala. Semua orang tak ada yang berani mencibir Rian atau tertawa terbahak seperti Zion saat ini ketika wajah Rian kembali menjadi datar.
"Idih di ketawain masang muka datarnya dong..." makin terbahaklah ia. Jujur Zion sangat menyukai mengganggu sosok Rian yang lebih seperti orang bisu.
Jika bukan syarat dari Dyan, Rian tak akan mau tauran seperti ini lagi. Ia, Janu, Zion dan Rio ingin lepas dari Dyan.
Flasback on.
"Kalian serius mau keluar?" Tanya Dyan sambil melihat keseriusan di mata keempatnya. Alasan mereka hampir sama tapi berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...