#11. Jealous

11 4 0
                                    

Rian mengajak Anara untuk jooging di sekitaran komplek Anara. Laki-laki itu sudah bertengger di halaman rumah Anara sedari jam 5 pagi dini hari bersama motor hitam kesayangannya.

Anara keluar dengan celana hijau army hingga betis serta baju crop berwarna putih yang selaras dengan warna kulitnya. Rambut perempuan itu di kuncir kuda, penampilannya di buat lengkap dengan sepatu sport berwarna putih dengan tali abu.

"Nikmat mana yang kau dustakan ya Allah.." gunam Rian saat melihat Anara.

"Yuk mulai jooging-nya," Anara dan Rian pun mulai berlari beriringan dari blok ke blok. Karena merasa lelah keduanya pun duduk di bangku taman terdekat.

"Kak Rian angkat kakinya kaya Anara," Rian mengikuti keinganan Anara. Gadis itu memotret kaki keduanya yang terbalut sepatu.

Memasangnya di insta story dengan caption 'with mas crush' Rian hanya mengembangkan senyumnya. Lalu mengajak Anara berswafoto, memamerkan kegiatan keduanya di status whatsapp dan postingan instagram dengan caption 'With mba pacar'.

"Kok mba pacar?" Protes Anara sambil tertawa.

"Kamu emang gamau jadi pacar kak Rian?"

"Dari pada pacar aku lebih suka komitmen sama kak Rian,"

"Kenapa gitu?"

"Aku seratus persen yakin kalau kakak bakalan ngejauh kalau suatu saat kita putus, tapi kalau komitmen kita ga bisa putus, karna kita udah saling terikat dalam komitmen itu sendiri," Rian tersenyum lalu mengiyakan ucapan Anara.

Lama terdiam, tiba-tiba lelaki yang Anara kenal lewat, dengan senang hati perempuan itu sapa. "Azriel!" Orang yang di maksud membalikan badannya lalu melambai pada Anara.

"Hai Anara!" Ia menghampiri keduanya dan mengobrol.

"Ga biasanya jooging di sekitaran komplek,"

"Di ajak kak Rian kemarin,"

"Oh gitu, btw gimana tugas yang di kasih pak Haryonto di les kamis kemarin?"

"Udah aku kerjain, kalau menurut aku pak Haryonto itu terlalu berbelit ngasih materinya,"

"Iya juga, terus gimana persiapan olimpiade kamu?"

"Bu Nisa ngasih latihan soal tiap bulan biar aku ga lalai dan banyak belajar,"

"Aku juga ikut olimpiade fisika nanti,"

"Oh iya kah?"

"Iya, aku juga di pantau terus sama Bu Hani, sumpah Ra tu guru bawel banget,"

"Hahaha banyak-banyak sabar Riel, aku aja kadang suka sebel kalau di tanya-tanya di kantor sama dia,"

"Ekhm!" Rian terabaikan oleh kedua manusia pintar itu. Kehadirannya seolah hanya rumput yang bergoyang.

"Eh maaf kak Rian aku jadi nyuekin kak Rian," karna merasa tak enak, Azriel pun pamit dengan alasan ingin melanjutkan jooging-nya.

"Udah lama deket sama cowo itu?" Tanya Rian dengan nada sinis.

"Jealous hm?"

"Jawab Anara!"

"Kita satu kelas di tempat les,"

"Les apa aja yang satu kelas sama cowo tadi?"

"Namanya Azriel kak, semua mata pelajaran yang aku ambil buat les, diikutin juga sama Azriel dan kita satu kelas di semua mapel," Rian menggeram tak suka. Sebagai laki-laki Rian sadar tatapan Azriel yang nampak tertarik pada gadisnya.

"Jangan deket-deket,"

"Kenapa?"

"Dia suka sama kamu,"

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang