Seperti biasa Anara akan di sibuk kan oleh banyaknya kegiatan yang tak Rian atau teman-temannya tau. Seperti saat pulang sekolah menjelang sore ini, ia sudah pergi tanpa menerima ajakan Rian. Gadisnya membuat Rian di penuhi tanda tanya.
Hingga terus seperti itu selama 1 bulan ini, bahkan di hari minggu pun Rian tak bisa mengajak Anara pergi main atau sekedar bersama gadis itu di atas motor hitamnya. Anara akan membawa bekal sendiri dan berdiam diri di kelas saat jam istirahat, atau pergi ke perpustakaan saat ada jam kosong. Ia hanya sempat bertegur sapa saja saat di lorong.
"Ra lo akhir-akhir ini sibuk banget," ucap Arsya. Ia dan Ersya sengaja melewatkan jam istirahat pertama untuk bertanya pada Anara yang belakangan ini sibuk dengan buku-bukunya.
"Iya Arsya, guru kimia udah mulai ngasih soal latihan setiap bulan ke Anara buat olimpiade. Mungkin bu Nisa kaya gitu karna ini olimpiade pertama Anara, di tambah Anara baru kelas 10, banyak rumus dan pengetahuan yang belum Anara kuasain," jelasnya sambil mengapit pulpen pada jari tengah dan telunjuk, mengetuk-ngetukan pulpen tersebut pada kepalanya lalu menulis beberapa angka dan abjad yang baru ia ingat.
"Lo ga tertekan sama semua soal itu?" Anara hanya menggeleng singkat. Ersya hanya ngeri sendiri saat membayangkan seberapa banyak soal yang harus ia kerjakan nanti.
"Kemarin Abang gue nanyain lo Ra, katanya lo kok jarang keliatan?"
"Ya Anara sibuk sama olimpiade juga beberapa hal pribadi lainnya Ers," Ersya hanya mengangguk.
"Ra tangan lo kenapa?" Tanya Ersya yang baru menyadari keberadaan perban juga beberapa plester di tangan Anara.
"Jatuh pas nolongin orang,"
"Astaga!!" Anara hanya tersenyum manis menanggapi kekhawatiran teman-temannya. Ia sangat bersyukur di berikan kedua teman yang sangat peduli padanya.
*•••••℘℘℘••••*
"Lo mau ngapain sih Ri ke sini?" Tanya Zion yang mengikuti Rian dan berakhir di sebuah panti asuhan yang tak jauh dari sekolah mereka. Janu pun ada di sana tapi ia tak ingin banyak protes seperti Zion.
"Bunda yang nyuruh, katanya panti asuhan ini lagi butuh banyak bantuan, beberapa hari yang lalu panti asuhan ini mengalami kebakaran yang menyebabkan kerugian materi yang sangat besar. Bunda sama temen-temen arisannya ngegalang dana, tapi karna sibuk jadi gue yang harus nyerahin," Zion yang sudah mengerti pun berhenti protes. Rian sekarang merubah diri, menjadi pribadi yang lebih riang dan suka berbicara, semua berkat Anara.
Mereka bertiga turun dari motor sport mereka menuju pada ibu panti yang sedang memerhatikan bangunan setengah jadi. Semua bangunan terbakar dan hanya meninggalkan bangunan hangus yang tak bisa di tinggali, beruntung banyak orang baik yang mau menggalang dana untuk panti asuhan tersebut.
"Asalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," entah bermimpi apa tadi malam ibu panti itu hingga di datangi ketiga manusia tampan.
"Ada perlu apa nak?" Lanjutnya.
"Saya ingin memberikan bantuan dana dari Bunda saya juga dari teman-teman arisannya untuk panti asuhan ini," Rian menyerahkan uangnya, "semoga membantu," ibu panti itu hanya tersenyum, beruntung sekali banyak yang peduli pada anak-anak yatim piatu itu.
Samar terdengar suara yang teramat Rian kenali, suara gadis yang memikat hatinya. Rian menengok kebelakang, menemukan Anara yang sedang bermain dengan anak-anak panti itu sambil tertawa lepas. Berlarian saat anak-anak panti menembaknya dengan tembakan beramunisi air sabun hingga tertembak gelembung-gelembung sabun.
"Itu nak Anara, dia gadis baik yang banyak membantu di sini. Sudah 6 bulan ini dia selalu datang berkunjung saat pulang sekolah," ketiganya beralih menatap ibu panti yang sedang memerhatikan Anara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Untuk Rian
Teen Fiction❝Kak Rian?❞ gadis bermanik hitam pekat itu menatap Rian dengan penuh tanda tanya. wajah cantik nan memikatnya menunggu jawaban dari Rian, ia yang masih memikirkan jawaban yang tepat untuk gadisnya. *•••••℘℘℘••••* ❝Hai kak Rian!❞...