#48. what is your dream?

8 3 0
                                    

Hari ini Rian sibuk belajar, Yusan dan Arin harus pergi keluar negri untuk beberapa hari. Mereka mempercayakan Anara pada Arya dan Naira.

"Kak..." Anara memandang laki-laki berjas biru donker dengan celana lepis hitamnya.

"Ada apa?"

"Jaga hati yang terguncang, hentikan air yang mengalir, cegah kegilaan yang menghampiri." Jujur ia tak mengerti ucapan Anara.

"Maksud kamu apa Anara?"

"Cuma kakak yang paling tegar di antara yang paling kokoh, tolong jaga semua orang, terutama Mommy, Daddy, dan kak Rian. Tolong ingetin aku buat tegar,"

"Jangan negatif thinking, kamu pasti sembuh." Dan senyuman nanar itu kembali terlihat. Hatinya kembali di sayat saat kepercayaan itu semakin membuat harapan.

"Makan yang teratur, minum air putih yang banyak. Kalau ada apa-apa pencet tombol nya, maaf kakak gak bisa lama-lama di sini. Jangan berfikiran yang aneh-aneh oke? I love you baby." Arya mengecup kening dan pipi Anara. Ia kembali merasakan kesendirian.

Dengan bantuan suster, Anara duduk di kursi rodanya. Menatap jendela kamar yang tak terlalu tinggi dan di biarkan terbuka.

"Bisa kah?" Tanya nya. Angin terus berhembus hingga menerbangkan rambut panjang nan hitam miliknya.

"Semesta... tolong lindungi dunia ku seperti atmostfer melindungi bumi, kuat kan dia saat rapuh, tunjang dia saat terjatuh. Aku mempercainya pada mu."

Satu hal yang membuat Anara begitu terpikat pada sosok Rian, yaitu mata birunya. Anara sangat suka langit dan matahari, maka pada saat mata biru Rian bertatapan dengan nya, ia melihat langit yang cerah dan berbinar, langit yang selama ini ia impikan. Namun saat tak menatap Anara, ia melihat lautan dalam yang siap menjebak siapa pun di dalamnya. Aura dingin dan mencekam turut menjadi pelengkap.

Tok tok tok

Ketukan halus yang berbunyi tiga kali. Anara tersadar dari lamunannya dan menemukan Rian dengan sebuket bunga mawar merah.

"Kamu bukan nya sibuk belajar?" Rian menghampiri Anara dan mengecup kening yang mulai mendingin.

"Mendadak di batalin, dari pada gabut di rumah ye kan? Jadi aku mutusin buat ke tempat kamu. Aku juga baru inget kalau di sini gaada tanaman, jadi aku beliin bunga," Anara tersenyum simpul.

"Makasih...!" Rian mengacak-acak rambut Anara gemas. "Masama." Begitu menarik tangannya dari rambut Anara, ia terkejut saat melihat rontokan rambut yang sangat banyak padahal Rian mengusap perlahan.

"Efek dari kemoterapi." Rian hanya mengangguk.

"Gimana keadaan kamu hari ini?"

"Baik kaya biasanya. Berapa hari lagi kakak ujian?"

"Lusa kakak ujian kelulusan satu minggu setelah ujian wisuda,"

"Masih merjuangin impian dari aku?"

"Masih, dan akan selalu aku perjuangin apapun yang kamu pengen,"

"Promise?"

"I'm promise!" Senang rasanya saat melihat senyuman Anara.

"Beberapa waktu lalu pas aku mau jenguk kamu, aku gak sengaja ngedenger perdebatan kakak kamu sama Daddy kamu di parkiran. Muka mereka merah saking nahan amarah kayanya, aku gak banyak denger, aku cuma denger kata nya kamu sakit kaya gini karna terlalu berambisi buat wujud-in impian punya Daddy kamu. Dan kalau boleh aku tau, apa ucapan kakak kamu bener?" Anara menghela nafasnya dengan berat. Kakaknya dan Daddynya selalu mempermasalahkan masalah yang sama.

"Bener," jawab Anara singkat.

"Jadi selama ini kamu merjuangin mimpi Dad kamu?" Anara menjawabnya dengan anggukan.

"Kenapa?"

"Karna Daddy gak punya waktu buat wujud-in impiannya sendiri," Anara mengambil nafas panjang, ia harus kembali bercerita tentang awal mula masalah Yusan dan Arya.

"Granpa naruh banyak harapan sama Daddy karna ketiga anaknya yang lain gak bisa di andalin. Daddy saat itu pengen banget ngambil jurusan perekonomian dan pendidikan tapi di tentang keras sama Granpa, pada akhirnya Daddy kalah dalam perdebatan dan ngambil jurusan manajemen bisnis. Setelah lulus kuliah Daddy langsung ngurus perusaaan pusat punya Granpa tapi karna pembulian sepupu-sepupu aku, Daddy keluar dari perusahaan dan ngebangun perusahaan nya sendiri dan perusahaan pusat sampai sekarang masih di urus sama Granpa. Daddy gamau mimpinya musnah gitu aja, meski udah sukses kaya sekarang, Daddy masih aja ngerasa kesusahan buat wujud-in nya karna gak punya banyak waktu di luar perusahaan. Daddy nurunin mimpinya ke kakak, tapi karna jiwa kakak terlalu bebas dan gak bisa di tekan, kakak pun nyerah dan selalu sakit-sakitan. Lama kelamaan aku pun muak selalu liat kakak di bentak, Daddy pun seolah gak punya hati nurani dan maksa kakak belajar setiap waktu walaupun Daddy sendiri pun tau kakak lagi sakit. Aku dengan suka rela gantiin kakak, tapi 10 tahun berselang aku di nyatain kena gagal ginjal stadium 4, tapi sama kaya kakak, pernyataan dokter gak buat Daddy musnahin impiannya. Meski aku muntah darah atau pun mimisan, Daddy cuma nyuruh aku minum obat tanpa nyuruh aku berenti. Mommy sampai mohon-mohon buat kubur impian Daddy tapi Daddy bilang 'biarkan dia menjalani keputusannya.' Kakak juga sama keselnya pas Daddy bersikap kaya gitu sama aku, tapi aku yakinin mereka kalau aku selalu baik-baik aja dan hal itu masih aku lakuin bahkan sampai detik ini. Daddy mulai berubah sejak aku di diagnosa terkena gagal ginjal stadium 5, aku bisa bertahan selama beberapa tahun kalau fungsi ginjal aku masih berjalan, tapi akhir-akhir ini kayanya udah gak segiat dulu lagi, aktivitas ginjal aku kian menurun karna kerusakan yang semakin parah, Daddy pun ngerasa takut kehilangan aku dan nyuruh aku buat berenti, tapi aku yang malah milih buat lanjut ngejalanin,"

"Bukan nya kamu bisa sembuh kalau ada ginjal yang cocok buat kamu? Bukan nya Daddy sama keluarga kamu masih berusaha buat nyari ginjal itu?"

"Aku udah nyuruh mereka buat berenti, rasanya sia-sia. Tapi cuma Haruki yang masih berusaha, dia pulang ke jepang dan buat iklan besar-besaran dan yang mau donorin ginjalnya buat aku, dia bakalan ngasih setengah hartanya buat orang itu. Beberapa orang tertarik dan mengajukan diri, tapi gaada yang cocok sama tubuh aku. Gapapa kok, aku gak sedih. Aku seneng kalian udah buat aku nyaman hidup di dunia ini, kalian gak pernah buat aku ngerasa percuma atau pun menyesal. Dan aku makasih banget atas hal itu sama Allah,"

"Terus gimana sama impian Daddy kamu?"

"Impian itu udah sedikit terwujud, gaakan ada penyesalan. Aku jamin itu,"

"Gimana sama impian kamu? Apa impian itu juga udah kamu wujud in?" Anara terdiam. Gak ada satu pun yang tau impian yang Anara ingin wujudkan.

"What is your dream?"

"Aku pengen terbang di bawah air dan di atas terumbu karang bersama ikan-ikan kecil yang penuh warna, pengen banget bisa ngerasain dinginnya salju di bawah aurora yang mengalir di langit gelap, baca novel sambil dengerin lagu-lagu favorit aku di bawah pohon rindang dan duduk di rumput pendek berwarna hijau. Impian yang sebenernya gak sulit buat aku wujud-in, tapi sulit buat aku jalani. Karna penyakit ini daya tahan tubuh aku gampang banget turun, aku mudah jatuh sakit dan gak bisa bepergian jauh,"

"Kamu pasti bisa wujud-in! Kamu harus bisa beranjak dari rumah sakit ini dan kita wujud-in sama-sama,"

"Semoga ya?"

"Jangan ragu gitu dong! Aku yakin kamu bisa,"

"Tapi kalau seandainya aku gak bisa, kalau seandainya aku gak bisa gapai waktu itu, tolong wujud-in mimpi itu buat aku ya?"

Impian Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang