80. lihat abs saya jiskala⚠️

1.7K 87 5
                                    

"Ini tugas yang akan saya nilai mana pak?" tanya Jiska sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini tugas yang akan saya nilai mana pak?" tanya Jiska sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia mendekat pada meja Hardin sambil melihat-lihat sekitar.

"Di meja itu, amplop yang ada tanda kelas delapan,"

Jiska mendekat ke meja yang dimaksud Hardin, letaknya tepat di depan pintu masuk. Hardin memperhatikan gerak-gerik mahasiswinya, hingga secara tidak sadar ia menggigit bibirnya sendiri ketika melihat Jiskala yang sedang berdiri mengecek isi amplop yang ia perintahkan tadi.

"Bajunya kurang pendek Jiskala,"

Jiskala pun melihat penampilannya sendiri ketika Hardin berkomentar.

"Pendek bagaimana pak? Ini saya pakai jeans panjang juga lengan baju saya panjang. Pendek dari mana?"

"Perut kamu astaga,"

"Ini masih sedikit pak, sedikit buat pamer ke orang-orang kalo saya punya perut yang bagus," ucap Jiskala bangga sambil menepuk pelan perutnya.

"Pamer bagaimana? Apa yang mau dipamerkan?"

"Ini loh pak, saya punya abs hasil workout saya selama ini. Gak semua cewek punya abs loh pak, makanya saya pamerin bentuk cinta pada diri sendiri juga," jelas Jiska sambil mengangkat sedikit kaos crop tee nya memperlihatkan perut ramping dengan garis otot perut yang sedikit terlihat. Hardin langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah ketika gadis itu sengaja mengangkat kaosnya.

"I-iya tapi gak usah dipamerkan juga," Hardin gugup masih melihat kearah lain menghindari tatapan Jiska.

"Kenapa? Bapak iri sama saya yang punya abs? Bapak punya abs gak?" tantang Jiskala yang membuat Hardin menaikkan alisnya tanda tertarik dengan obrolannya.

"Saya juga punya abs gak cuma kamu Jiskala,"

"Ah masa sih? Temen kelas saya badan gede kayak bapak ternyata gak ada absnya. Kayak Bobby gede di lengan doang ternyata gak ada absnya, nah kalo Satria badan dia ga terlalu lebar tapi ada absnya tau pak. Kalo Teo dia punya abs dari sma, saya tahu karena saya sering renang sama dia. Kayaknya abs Mateo sampai sekarang masih ada deh?" Jelas Jiskala membuat Hardin memicingkan matanya.

"Abs Mateo bagus?"

"Abs dia combo pak, orang dari SMA punya abs ditambah dia suka olahraga. Wow abs combo," ucap Jiskala sambil menahan senyumnya karena membayangkan abs Teo. Jiska tak lupa menutup mulutnya sendiri tanda tidak kuat membayangkan abs Teo.

Hardin menatap Jiska sengit dari mejanya. "Saya punya abs Jiskala.."

"Iya pak iya percaya deh," jawab Jiska yang terdengar tidak percaya dengan omongan Hardin.

"Kamu tidak percaya saya punya abs?"

"No pict hoax pak, eh—"

Jiska terkejut ketika Hardin berjalan ke arahnya sambil membuka satu persatu kancing kemejanya sambil menatapnya tajam. Jiskala mundur untuk menghindari Hardin, tetapi pinggulnya sudah menabrak meja di belakangnya. Hardin tetap berjalan hingga semua kancing terlepas memperlihatkan otot perutnya, lalu merapatkan tubuhnya dengan Jiska.

"Saya punya abs Jiskala," suara serak Hardin membuat Jiska gugup sehingga menghindari mata dosennya.

"I-iya pak, s-saya percaya bapak punya abs," Jiska gagap, matanya masih enggan melihat Hardin. Hingga tangan Hardin membawa wajah Jiska untuk bertatapan dengannya, ibu jarinya mengelus pelan pipi halus Jiska.

"Lihat saya Jiskala,"

"I-iya ini saya lagi lihat bapak,"

"Lihat abs saya Jiskala," reflek Jiskala melihat ke perut Hardin yang memperlihatkan otot perut yang bisa dibilang sempurna membuat dirinya menelan ludah gugup. Menurut Jiska, itu adalah abs terbaik yang Jiska lihat secara langsung. Jiska langsung membuang pandangannya lagi.

"Jiskala lihat tangan saya," Jiskala pun menuruti perintah Hardin dengan melihat telapak tangan yang lebih besar darinya di depan perutnya. Jiskala benar-benar menahan napas melihat bagaimana telapak tangan Hardin yang besar menutupi perutnya, jantungnya berdegup kencang ketika ia merasakan tangan hangat pria itu benar-benar menyentuh kulit perutnya.

"Tangan besar saya bisa menutupi baju kamu yang kekecilan,"

"P-pak.. ini bukan kekecilan tapi memang modelnya seperti itu," bela Jiska. Meskipun sedang gugup ia berhasil menarik tangan Hardin menjauh dari perutnya.

Jiskala terkejut lagi ketika Hardin menautkan jari mereka, ditambah posisi mereka yang cukup dekat membuat hembusan napas Hardin benar-benar menyapu wajah Jiska.

Dirinya makin kacau ketika tangan kiri Hardin yang menganggur merengkuh pinggang Jiskala untuk mendekat hingga posisi mereka semakin intim. Hardin melepaskan tautan jarinya pada Jiskala, lalu menarik tangan gadis itu untuk menyentuh otot perutnya. Jiskala melebarkan matanya ketika tangannya benar-benar menyentuh otot perut Hardin.

"Bagus punya saya atau punya Mateo?"

tangan Hardin menekan pelan tangan Jiska agar lebih dalam menyentuh perutnya. Tatapannya tajam seakan menunggu jawaban Jiska yang mengatakan bahwa punyanya lebih baik dari Mateo.

Jiskala hampir gila, tidak.. dia bahkan sudah gila sekarang. Seumur hidup dirinya tidak pernah menyentuh otot perut orang lain sehingga dirinya sangat kacau sekarang, kacau karena kelakuan Hardin yang benar-benar menyerangnya. Apakah Hardin sedang membalas perbuatan jail Jiska selama ini?

Tidak, Jiska tidak mau dirinya terlihat kalah bahkan lemah dihadapan Hardin. Meskipun saat ini otaknya tidak dapat berpikir jernih ia memberanikan diri mendekatkan wajahnya tepat di depan Hardin.

Jiskala tersenyum miring seperti biasa, jarinya mengikuti garis otot perut Hardin kemudian dia meremas pelan hingga Hardin mengerang sambil memejamkan mata.

"Engggh—"

"Punya bapak yang terbaik," ucap Jiska tepat di depan bibir Hardin sambil mengerlingkan matanya nakal.

Dengan santai Jiskala mengambil amplop bertuliskan 'kelas 8' lalu pergi meninggalkan Hardin yang masih tidak percaya dengan kelakuan Jiska terhadapnya.

"Jiskala kamu harus tanggung jawab!"

"Iya pak iya, saya ke apartemen pak Hardin atau bapak ke rumah saya? Hotel aja kali ya?" tanya Jiska berani sebelum membuka pintu ruangan Hardin.

" Jiskala kamu—"

"Semangat olahraganya pak, pertahankan otot perut bapak yang mantap itu. Kapan-kapan saya pegang lagi ya pak, sekalian gigit mungkin? Bye pak Hardin, nanti rekapan nilai saya kirim email," Jiska meninggalkan Hardin yang sudah tersiksa karena kalimat kotor yang dikeluarkan oleh gadis itu.

"Anjing gue solo,"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang