14. Jalang dan bajingan

2.3K 108 7
                                    

Setelah semua tugas terkumpul, Jiska segera lari meninggalkan Teo menuju parkiran fakultasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua tugas terkumpul, Jiska segera lari meninggalkan Teo menuju parkiran fakultasnya. Hingga langkahnya berhenti di hadapan Anya yang memberinya tatapan remeh.

“Udah berapa tahun tuh? Lo masih kalah dari gue,” ucap Anya sambil memainkan rambutnya yang bergelombang. Jiska hanya menatap datar Anya sambil menggenggam keras ponsel di tangan kirinya.

“Apa? Mau pukul gue lagi?” Anya mencoba memancing emosi Jiska.

“Ayo pukul gue kayak waktu itu terakhir gue rebut Angkasa dari lo karena sekarang gue rebut Tara dari lo,"

“Ayo pukul gue!” Anya masih memancing emosi Jiska dengan mendorong bahunya kencang.

“Bangsatt — ” Jiska melempar kertas tugas di tangan kanannya dan langsung mencengkram kerah kemeja Anya sebelum suara menghentikan aksinya.

“JISKALA!"

Tara menghempas tangan Jiska kasar. Anya langsung berlindung di punggung Tara.

“Sakit banget leher gue Tar," ucapan Anya membuat Tara mendorong keras bahu Jiska hingga terhuyung ke belakang.

“Ini yang bikin gue pilih Anya dibanding lo. Lo kasar Jiska!”

Jiska yang tidak terima dan tersulut emosi langsung mendorong balik Tara, lalu memukul kepalanya dengan keras.

“Tara bajingan. Gue-benci-lo," Jiska menatap benci cowok dihadapannya dengan tangan yang masih mengepal keras.

“Dasar jalang!”

PLAK

Tak pernah terbayangkan dan terpikirkan oleh Jiska bahwa Tara menamparnya dan mengatai dirinya jalang. Bahkan Anya yang melihat pun terkejut hingga menutup mulutnya tak percaya. Tara ikut terkejut, tetapi ia langsung mengendalikan ekspresi lalu menarik Anya untuk menaiki motornya menjauhi parkiran fakultas FEB.

Luka diujung bibirnya tidak terlalu sakit dibandingkan Tara mengatainya jalang. Seolah sadar air matanya hampir tumpah, Jiska menarik napasnya dan mengambil kertas hasil pekerjaan teman-temannya yang sudah berserakan. Ia berdiri, kalimat jalang masih menari-nari dipikirannya. Jiska secara tidak sadar meremat kencang kertas ditangannya sambil menatap tajam bayangan Tara.

"Cinta tak selamanya indah dek,"

"Tutup mulut lo brengsek,"

"P-pak Hardin?"

Gadis itu terkejut bukan main ketika berbalik wajahnya menabrak dada bidang dosen yang sedang menunggunya.

“P-pak Hardin m-maaf,” cicit Jiska sambil menunduk lemah. Brengsek? Jiska mengatai dosennya brengsek?

"Ikut saya,"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang