—
Melihat Jiskala yang sedang bersandar sambil duduk di tangga darurat, Hardin segera membuka mobilnya kemudian menghampiri gadis itu yang terlihat lemas.
"Jiskala? Ini saya. Ngantuk ya?"
Tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang silau karena sinar matahari, gadis itu menengadah melihat Hardin yang berdiri di depannya.
"Iya. Sakit pak perut Jiska,"
Ia memperhatikan Jiskala yang sedang memegangi perutnya sambil menahan sakit, tanpa ragu Hardin langsung membawa tangan Jiskala untuk memeluk lehernya. Kemudian pria itu mengangkat tubuh Jiska dari samping menuju mobilnya.
"Pak Hardin woy ini kampus anjir. Ini kalo ada yang liat gimana?"
"..."
"Woy pak turunin buru,"
"..."
"Pak Hardin astaga itu ada yang liat,"
Sesampainya di mobil, Jiskala terdiam ketika melihat wajah serius Hardin di balik kemudi. Ia tidak berani membuka mulutnya lagi karena Hardin memasang wajah Hardin Amerta Bumi hari jumat.
Jiskala mencoba bersandar dengan nyaman ketika mobil itu melaju menjauhi parkiran fakultasnya. Hardin masih terdiam, hal itu membuat Jiskala berpikiran macam-macam. Ia berpikir keras apakah dirinya melakukan hal yang membuat pria itu marah?
Bahkan ketika berhenti karena lampu merah, Hardin masih terdiam. Jiskala kembali mengusap perutnya berusaha agar keram di perut bagian bawahnya berhenti.
Selanjutnya, Jiskala dikejutkan dengan tangan Hardin yang ikut mengusap perutnya tanpa mengatakan apa-apa.
***
Sesampainya di depan rumah Jiskala, Hardin langsung mengangkat tubuh gadis itu menuju sofa di ruang tengah. Ia menidurkan Jiskala pelan-pelan, lalu berlutut sambil mengusap punggung tangan gadis itu.
"Masih sakit?"
Jiskala mengangguk. Lalu Hardin mencium keningnya membuat Jiskala terkejut. Hardin memang sering menciumnya bahkan lebih dari ciuman kening, tetapi bagi Jiskala ciuman kening dari Hardin lah yang paling membuatnya malu, terharu, sekaligus merasa bahwa dirinya dicintai.
"Saya rebus air hangat terus dimasukin ke botol ya? Bisa meredakan perut keram gak sih? Atau mau saya beli obat di apotek?"
"Boleh,"
Kali ini Hardin mengecup punggung tangan Jiskala lalu menuju dapur.
Jiskala terduduk. Ia memperhatikan Hardin yang terlihat serius meskipun sedang merebus air. Diam-diam Jiskala menangis lagi. Ia menangis bukan karena rasa sakit di perutnya melainkan menangis karena kebaikan Hardin. Dari tadi siang dosen itu membelikan pembalut sampai sekarang merebus air hangat untuk mengompres perutnya, Jiskala merasa diratukan oleh seorang Hardin Amerta. Ia menggigit bibirnya menahan tangis mengingat kebaikan dan kasih sayang tulus yang selalu Hardin berikan kepadanya. Namun, ia membalas pria itu dengan perlakuan-perlakuan yang membuat pria itu kecewa bahkan sakit hati.
Dadanya makin sesak mengingat bagaimana Hardin yang selalu menatapnya lembut dan selalu mencium keningnya. Mata gadis itu memejam menahan agar air mata yang sudah terkumpul di kelopak matanya tidak turun membasahi pipinya karena Hardin akan merasa bersalah kemudian meminta maaf. Padahal ia menangis bukan karena Hardin menyakitinya melainkan kasih sayang yang Hardin beri untuk Jiska membuat gadis itu menangis terharu.
"Jiskala? Sakit sekali? Sudah ya istirahat saja. Setelah ini saya tidak ada kelas. Saya bakal di sini sampe kamu bangun,"
Jiskala menghembuskan napasnya kasar. Ia tersenyum pada pria di depannya kemudian kembali berbaring di sofa dengan Hardin yang duduk di karpet sambil mengusap punggung tangannya.
"Ini gak panas cuma hangat. Mau taruh dimana? Disini ya?"
Gadis itu mengangguk ketika Hardin menempelkan botol berisikan air hangat di perut bawahnya. Jiskala kembali meringkuk ketika rasa sakit itu menyerangnya lagi.
Tangan Hardin bergerak mengusap perut Jiskala.
"Sakit sekali ya?"
Jiskala hanya mengangguk sambil memejamkan mata.
"Perempuan waktu menstruasi sakit. Waktu melahirkan anak juga sakit. Untuk itu kata mama, saya gak boleh menyakiti perempuan. Ketika saya menyakiti perempuan artinya saya juga menyakiti mama saya. Makanya saya lebih memilih untuk disakiti dibandingkan menyakiti,"
Ucapan Hardin barusan membuat Jiskala membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Hardin yang tersenyum sambil menatapnya dalam. Tangan pria itu tidak berhenti mengusap perutnya.
Tangan Jiskala mengusap pipi Hardin.
"Pak Hardin.. saya akan berusaha untuk tidak menyakiti pak Hardin lagi. Kalau saya menyakiti bapak lagi, pak Hardin bisa meninggalkan saya. Pak Hardin orang baik, pak Hardin pantas dicintai bukan disakiti,"
Pria itu menyentuh tangan Jiskala yang ada di pipinya, kemudian ia mencium punggung tangan gadis itu.
"Saya tidak akan meninggalkan kamu. Sudah ya istirahat? Saya di sini sampai kamu bangun jangan khawatir,"
Jiskala tersenyum kemudian menyamankan posisinya lalu tertidur dengan Hardin yang masih mengusap perutnya.
Melihat gadisnya tertidur, Hardin langsung mencium pipi kemudian kening Jiskala. Ia tersenyum menatap wajah tenang Jiskala ketika sedang tidur.
"Saya cinta sekali sama kamu Jiskala,"
KAMU SEDANG MEMBACA
21 to 28 dosen
Fanfiction"saya mahasiswa bapak dosen. Kita ada batasan," tentang Jiskala Glory (Kim Jisoo) PJ kelas Bisnis Manajemen 10 yang selalu menggoda Hardin Amerta Bumi (Jung Haein) dosen muda mata kuliah Digital Marketing. ⚠️full cerita di twitter @sozrow disini han...