31. bapak boleh cium saya

1.8K 94 3
                                    

Setelah Hardin mengucapkan kata good girl keduanya merasakan kecanggungan, segera pria itu meninggalkan Jiska di ruang tengah menuju kamarnya sambil menghembuskan napas kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Hardin mengucapkan kata good girl keduanya merasakan kecanggungan, segera pria itu meninggalkan Jiska di ruang tengah menuju kamarnya sambil menghembuskan napas kasar.

“Semua gara-gara Marvel gak mau nemenin gue malem ini,”

Kakinya melangkah menuju jendela yang memperlihatkan pemandangan kota pada malam hari di kamarnya. Ingatan tentang Genova yang menyukai pemandangan lampu kota pada malam hari membuat dadanya sesak. Bagaimana bisa hubungan yang telah terjalin selama tujuh tahun itu kandas begitu saja hanya karena orang tua Genova  menginginkan menantu seorang dokter, juga Genova yang menyetujui begitu saja tanpa memikirkan perasaannya.

Genova bisa saja menolak perjodohan itu karena mencintai pria yang sudah bersamanya selama tujuh tahun, tetapi Genova justru memilih memutuskan Hardin demi pria yang ia kenal selama dua bulan. Hingga Hardin menyadari bahwa sikap orang tua Genova berubah menjadi tidak bersahabat ketika dirinya memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan memutuskan untuk menjadi dosen.

Tak ingin kalut, ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan segera menghampiri Jiska yang sudah duduk di karpet dengan laptop di hadapannya. Mata Hardin menangkap penampilan Jiska yang menggunakan kacamata bulat dengan rambut dibiarkan tergerai.

“Cantik,” mulutnya bergerak tanpa suara.

“Pak Hardin mood saya sudah baik. Ini sambil nemenin bapak ngegalau saya cek jawaban tugas marketing Alibaba anak-anak ya pak?”

Anak-anak? Anak-anak siapa? Anak Hardin dengan Jiska? Kenapa mood gadis ini sangat mudah berubah? Banyak sekali pertanyaan di kepala Hardin saat ini.

“A-ah sebentar saya ambil file nya buat dijadikan referensi,” Hardin setenang mungkin tidak menunjukkan rasa gugupnya ketika Jiska menekankan kata ‘anak-anak’.

“Saya percayakan tugasnya kepada kamu Jiskala,”

Hardin kembali dengan membawa flashdisc dan memberikannya kepada Jiska. Gadis itu hanya menanggapi dengan senyuman, kemudian Hardin ikut duduk di sofa tidak jauh dari Jiska yang duduk di karpet. Ia membuka kaleng bir yang dari tadi sudah disiapkan di meja lalu meneguknya, matanya fokus lagi pada We Bare Bears di layar tv nya. Jiska yang menyadari layarnya tidak bersuara pun mengambil remote dan menekan tombol volume.

“Tenang saja pak, saya tidak terganggu,”

Tidak ada jawaban, ia pun menoleh pada Hardin yang sedang menangis dalam diam sambil sesekali menyeruput birnya. Pandangannya tetap pada grizzly, panda, dan ice bear. Jiska terkekeh, dosennya sangat  lucu berbeda dengan mode pak Hardin hari Jum’at. Kemudian ia terdiam dan fokus menilai tugas anak kelasnya.

"Setelah tujuh tahun kita berpacaran, dia memutuskan saya karena akan menikah dengan pria pilihan ibunya," Jiskala terkejut tiba-tiba Hardin duduk disebelahnya sambil menjatuhkan kepalanya pada bahunya.

"Haha bapak kasian banget ngejagain jodoh orang," mendapat ejekan dari mahasiswinya Hardin langsung menatap datar Jiskala.

"Kamu juga kasian banget diselingkuhin temen sendiri,"

"PAK!" Hardin tertawa berhasil mengejek Jiskala yang kini sudah memperlihatkan wajah kesalnya.

Matanya menatap netra gadis itu lalu tersenyum tipis. Tangannya terulur untuk mengelus pipi hangat gadis dihadapannya, lalu ingatanya kembali pada mantan pacar Jiskala yang menamparnya di parkiran waktu itu.

Jiskala hanya diam atas perlakuan Hardin kepada dirinya. Di depannya ada tiga kaleng bir yang sudah terbuka dengan mata pria itu menatap sayu dirinya, bahkan pipi pria itu sudah memerah. Hardin sedang mabuk.

Jiskala segera menepis segala pikiran tentang Hardin yang tertarik pada dirinya karena perlakuan manis pria itu merupakan efek tiga kaleng bir di depannya.

Tangan Jiskala menyentuh tangan Hardin di pipinya, lalu menariknya.

"Saya tau bapak sedang kesepian. Jadi ayo kita berteman,"

"Hm?"

"Berteman. Seseorang yang sedang kesepian butuh teman,"

Hardin hanya diam masih menatap sayu Jiskala. Tangannya terulur lagi untuk mengelus pipi hangat gadis di depannya, hingga tatapannya jatuh pada bibir mungil Jiskala.

"Genova..."

Pria itu memejamkan mata lalu mendekat untuk menempelkan bibirnya, Jiskala sigap menahan wajah Hardin dengan menangkupnya. Pria itu membuka matanya protes, Jiskala membelai lembut sisi kanan wajah dosennya kemudian tersenyum miring pada Hardin yang kini sedang menatapnya bingung.

"Bapak boleh cium saya ketika bapak sudah melihat saya sebagai Jiskala, bukan melihat saya sebagai mantan pacar bapak,"

Jiskala bahkan terkejut sendiri ketika kalimat itu keluar dari mulutnya. Bagaimana bisa dirinya menawarkan ciuman pada dosennya? Jiskala memang tertarik dengan Hardin, tetapi mengapa dengan mudahnya menawarkan ciuman?

Hardin mengusap wajahnya kasar. "Jiskala saya minta maaf,"

Suaranya terdengar menyesal. Jujur saja dari tadi dirinya melihat Jiskala sebagai Jiskala bukan mantan pacarnya, bahkan ketika Hardin akan mencium Jiskala meskipun di bawah pengaruh alkohol dirinya melihat jelas bahwa gadis di depannya adalah Jiskala, tetapi mengapa mulutnya secara tidak sadar memanggil nama Genova seakan meminta maaf padanya karena akan mencium gadis lain.

"Saya benar-benar minta maaf,"

Jiskala hanya tersenyum sambil mengangguk. "Santuy. Saya izin mengangkat telfon dari Teo,"

Jiska mengangkat telfon tidak jauh dari Hardin duduk saat ini. Pria itu menatap sengit Jiska yang terlihat antusias dengan seseorang diseberang telfon.

"Hardin udah gila,"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang