"saya mahasiswa bapak dosen. Kita ada batasan,"
tentang Jiskala Glory (Kim Jisoo) PJ kelas Bisnis Manajemen 10 yang selalu menggoda Hardin Amerta Bumi (Jung Haein) dosen muda mata kuliah Digital Marketing.
⚠️full cerita di twitter @sozrow
disini han...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—
Hardin segera menghampiri Jiskala yang kembali membenturkan kepalanya dengan sengaja ke jendela kamarnya. Tangan Hardin langsung melindungi pelipis Jiskala kemudian langsung memeluk gadis itu.
"Tidak apa-apa Jiskala tidak apa-apa. Ada saya,"
"LEPASIN JISKALA. JISKALA MAU AMNESIA AJA. LEPASIN JISKALAA,"
Jiskala memberontak sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Hardin, tetapi pria itu menahan Jiskala agar tetap dipelukannya.
"Jiskala tenang. Ini saya Hardin,"
"LEPASIN GUE! LEPASIN GUE BRENGSEK. GUE MAU NGANCURIN KEPALA GUE SENDIRI. MINGGIR!"
Hardin mengeratkan pelukannya, kemudian tangannya mengelus lembut kepalanya. Hal itu membuat Jiskala berhenti memberontak. Hardin menjatuhkan kepalanya pada bahu Jiskala, air matanya hampir turun melihat keadaan Jiskala sekarang.
"Tenang Jiskala. Ini saya Hardin. Kamu aman sama saya karena saya akan melindungi kamu,"
Sambil menetralkan deru napasnya, Jiskala terdiam. Hal itu membuat Hardin mencium kepalanya.
"Tidak apa-apa Jiskala. Ada saya. Saya akan melindungi kamu," ucap Hardin sambil menepuk pelan punggung Jiskala untuk menenangkan.
Hardin menguraikan pelukan mereka ketika dirasa Jiskala sudah tenang. Pria itu mengecup lama kening Jiskala sambil tangannya mengusap lembut punggung tangan Jiskala.
"Pak... Hari ini Sadewa balik kan ke Jakarta?"
"Jiskala.."
"Saya lupa saya janji bawain dia makan sore," kata Jiskala panik sambil mencari sesuatu di lemari.
Hardin langsung mengusap air mata di pipinya. Gadis di depannya tidak baik-baik saja, tetapi gadis itu selalu berusaha agar terlihat baik-baik saja. Ini ketiga kalinya Hardin melihat kondisi Jiskala karena masa lalunya, tetapi hari ini Jiskala benar-benar di luar kontrol. Hal itu membuat Hardin menangis membayangkan kejadian di masa lalu yang menimpa Jiskala. Pria itu menahan diri untuk tidak menangis ketika melihat Jiskala yang sedang menatap kosong lemarinya dan terlihat bingung.
Hardin pun memeluk Jiskala dari belakang. Ia mengecup rambut Jiskala berkali-kali.
"Jiskala.. Sadewa pulang ke Jakarta besok jadi sekarang kamu istirahat dulu ya?"
Jiskala mengelus tangan Hardin yang melingkar di perutnya.
"Oh iya?"
Hardin mengangguk. Kemudian Hardin membawa Jiskala ke kasur sambil menidurkannya.
"Mau tidur sama pak Hardin,"
Hardin tersenyum lalu ikut tertidur di samping Jiskala. Gadis itu langsung memeluk Hardin dengan bahu pria itu sebagai bantal.
"Jiskala..."
"Hm?"
"Saya antar kamu ke dokter ya?"
Jiskala langsung mendorong dada Hardin kemudian menjauhinya. Gadis itu menatap tajam Hardin yang sedang menatapnya iba.
"Gak usah kasian sama gue. Gue benci orang-orang kasian sama gue. Gue gak sakit. GUE GAK SAKIT!"
Hardin membawa Jiskala ke pelukannya. Tangannya kembali mengelus rambut Jiskala, gadis itu tidak memberontak lagi.
"Tidur ya? Saya di sini sampai kamu tertidur,"
Jiskala mengangguk lalu mengeratkan pelukannya.
"Pak Hardin?"
"Iya?"
"Saya gila. Bapak bisa mutusin saya sekarang dan cari cewek yang normal,"
Hardin tersenyum. Ia mengeratkan pelukannya lalu mengecup dahi Jiskala.
"Jiskala. Kalau saya bilang saya cinta kamu artinya saya beneran cinta kamu. Saya cinta kamu, saya akan melindungi kamu, saya akan bantu kamu sembuh dari masa lalu. Saya menerima kekurangan kamu. Jadi jangan meminta saya untuk mencari perempuan lain,"
Wajah gadis itu menengadah mendengarkan Hardin.
"Pak.. kalo saya kurang ajar bilang. Kalo saya di luar batas bilang. Marahin saya gak papa,"
Hardin kembali tersenyum. Ia menggesekkan ujung hidungnya pada hidung Jiskala. Tangannya bergerak merapikan rambut Jiskala yang menutupi wajah cantiknya. Jarinya menyentuh pelan pelipis Jiskala yang membiru karena benturan tadi.
"Sakit?"
"Enggak. Saya kuat seperti hulk. Saya bukan cewek lemah,"
Hardin tersenyum. Ia mengecup lembut bibir Jiskala.
"Cewek saya memang kuat seperti hulk. Saya cinta sekali sama kamu Jiskala,"
"Iya iya saya tau. Saya juga cinta sekali sama pak Hardin,"
Tangan gadis membelai wajah Hardin lalu mencium pipinya. Hal itu membuat Hardin terkekeh, ia mencium luka biru di pelipis Jiskala kemudian naik ke keningnya lalu turun ke hidungnya tidak lupa juga ia mencium kedua pipinya. Hingga ia mengecup bibir mungil gadis itu.
"Tidur ya Jiskala? Istirahat. Saya di sini sampai kamu tidur,"