—
"Loh? Itu Mekdi kenapa tetap jalan?"
"Gak papa. Saya takut anak kampus melihat kamu dengan saya,"
Jiskala membenarkan posisinya menjadi menghadap Hardin.
"Bapak malu ya jalan sama bocah kayak saya?" Hardin melirik gadis di sampingnya. Ia berdekham lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.
"Saya takut orang-orang berbicara jahat ke kamu karena bersama saya,"
"Tapi saya lihat waktu bapak digosipin sama Miranda gak ada hate komen pak. Mereka mendukung,"
Ada jeda. Hardin membasahi bibirnya. Ia melirik gadis di sampingnya lagi.
"Itu kan Miranda. Kalo sama kamu?"
"Oh maksudnya karena Miranda kalem, cantik, reputasinya bagus di kampus jadi gak ada hate komen gitu ya pak? Makanya ngedukung sama bapak. Coba kalo saya, beuhh komenan isinya ngatain saya lonte kalo gak ayam kampus ya pak?"
Setelahnya, tidak ada suara dari keduanya. Jiskala diam, ia merasa bahwa Hardin setuju dengan perkatannya. Hal tersebut membuat dirinya menatap datar pandangan di sampingnya. Beda dengan Hardin, ia tidak menjawab perkataan Jiskala karena bingung dengan jawabannya. Ia hanya takut orang-orang berkata jahat bahkan menghina Jiskala karena bersama dirinya.
"YEAY SAMPEE,"
Jiskala meregangkan badannya setelah 45 menit mencari McDonalds yang jauh dari lingkungan kampusnya. Jiskala langsung memasuki kedai burger terkenal itu dengan Hardin yang dari tadi terus tersenyum melihat Jiskala.
"Mekdi keren ya. Bisa ngatasin masalah antri. Padahal sebelumnya kalo saya liat mekdi disini antriannya panjang pak, apalagi kalo jam makan siang. Kira-kira ngitungnya pake teori apa ya?"
Hardin tersenyum menatap dalam Jiskala yang terus berbicara mengenai McDonalds dengan teori bisnis yang ia ketahui. Hardin tidak bosan menatap memuja mata Jiskala yang menurutnya sangat cantik.
Hardin mengangguk, bergumam, ketika Jiskala beberapa kali mengeluarkan kalimat retoris.
"Liat pak liat. Sudah dua antrian, yang artinya rata-rata 1 konsumen mengantre sekitar tujuh menit. Buat pelayanan itu ada dua kasir, kira-kira gak nyampe lima menit buat satu konsumen. Kira-kira model antrian yang cocok buat ngehitung biar bisa mengurangi waktu tunggu konsumen apa ya? Waktu itu pernah pake ngitung pake software tapi lupa. Apa pak namanya?"
Hardin langsung mengacak rambut Jiska pelan karena semua ocehan yang keluar dari bibir gadis itu adalah tentang model antrian. Ia tersenyum bangga melihat Jiskala yang pintar menganalisis teori bisnis meskipun sedang mengantre.
KAMU SEDANG MEMBACA
21 to 28 dosen
Fanfiction"saya mahasiswa bapak dosen. Kita ada batasan," tentang Jiskala Glory (Kim Jisoo) PJ kelas Bisnis Manajemen 10 yang selalu menggoda Hardin Amerta Bumi (Jung Haein) dosen muda mata kuliah Digital Marketing. ⚠️full cerita di twitter @sozrow disini han...