295. gak pantes buat pak hardin

944 64 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau apa lo buru-buru?"

"Mau ngelabrak Nana. Kurangajar ngegas pak Hardin mulu,"

Devan langsung menahan Jiskala yang tersulut emosi.

"Woy tante santai woy,"

Cowok itu langsung mengunci mobilnya yang otomatis pintu sebelah Jiskala ikut terkunci.

"Pelakor kayak Nana harus dikasih paham biar gak kelewatan. Cepet buka kuncinya atau lo yang gue kasih paham?"

Jujur saja Devan lumayan takut pada ancaman Jiskala karena ia tahu, gadis di depannya tidak segan untuk memukul orang hingga pingsan.

Devan pun tersenyum menunjukkan deretan giginya. Ia mengusap lengan Jiskala untuk menenangkan emosinya.

"Jis. Semisal lo ke ruang dosen sekarang ngelabrak teh Nana di depan banyak orang apa lo gak kasian sama pak Hardin? Lo sama aja malu-maluin pak Hardin di depan banyak orang cuma masalah sepele," ucap Devan hati-hati sambil memeriksa ekspresi Jiskala.

"Sepele apaan. Dia bilang ke gue kalo dia naksir pak Hardin dan jelas dia chat gue kalo dia gak peduli kalo pak Hardin udah ada pacar alias dia niat banget jadi pelakor anjing. Masa gue diem aja Dev?"

Devan terlihat berpikir. Memang sejak di kafe tadi siang Nana memperlihatkan ketertarikannya pada Hardin, untuk itu Devan suka rela memesankan minuman Hardin agar menghindari dua dosen muda itu berduaan.

"Jiskala denger gue deh. Gue tau lo posesif gini karena lo sayang banget sama pak Hardin, tapi jangan bersikap bocah gini. Dikit-dikit ngelabrak,"

Jiskala menatap tajam Devan di sampingnya.

"Bukan maksud gue bersikap bocah, tapi Nana terang-terangan bilang ke gue kalo dia naksir Hardin bahkan dia nyari perhatian Hardin di depan gue. Gue sebagai pacar wajar emosi. Pak Hardin sering kok ngafe berdua ataupun nganterin teh Rinjani pulang, tapi gue gak marah karena tau teh Rinjani gak naksir pak Hardin. Nah ini Nana bilang sendiri kalo dia mau ngehancurin hubungan pak Hardin sama gue. Gimana gue gak emosi," jelas Jiskala sambil menahan emosi yang siap meledak.

"Jiskala denger gue,"

Devan menyamankan posisinya menghadap Jiskala dengan kedua tangannya mengusap lengan gadis itu.

"Lo pacaran bukan sama orang yang seumuran. Lo pacaran sama orang tujuh tahun di atas lo. Lo pacaran sama dosen lo sendiri bukan pacaran sama Dirgantara yang seumuran sama lo terus pas ada cewek kegatelan sama Dirgantara lo samperin rumahnya terus dilabrak. Enggak..."

"Lo berani berhubungan sama pak Hardin artinya lo harus siap gimana hubungan ini berjalan secara dewasa bukan bocah lagi. Lo pasti paham gimana cara pandang orang dewasa kan? Nyelesein masalah gak pake labrak atau nyamperin rumahnya. Kasian pak Hardin Jis. Jangan bikin dia malu cuma karena emosi lo,"

Jiskala terdiam. Ia menatap parkiran FEB di depannya. Hingga ia melihat Nana keluar dari mobil sambil membawa tasnya.

Devan sudah berjaga-jaga untuk menahan Jiskala jika setelah ini Jiskala keluar dari mobilnya lalu memukul dosen muda itu.

Devan sudah siap.

Tetapi, berbeda dengan ekspektasinya. Jiskala hanya memandang sendu Nana yang lewat di depan mobilnya.

"Jis?"

"Teh Nana mobilnya bagus, tasnya bermerek, karirnya juga bagus. Sebanding gak sih sama pak Hardin? Gue juga liat di instagram nya dia post foto S2 nya sama keluarga besarnya bahkan orang tuanya lengkap. Cocok sama pak Hardin yang punya orang tua juga adik yang sayang sama dia. Gue gak ada apa-apanya ya Dev?"

Devan menggeleng. Ia meremat pelan bahu Jiskala, lalu menggeser badan Jiskala pelan agar menatapnya.

"Enggak Jis enggak. Lo—"

"Mantannya pak Hardin yang ninggalin dia kerja di BUMN Dev, Sadewa adiknya pak Hardin kemarin cerita. Gue belum ada apa-apanya. Selama gue pacaran sama pak Hardin gue gak pernah ada masalah serius yang bikin gue kepikiran sampe gak bisa tidur, tapi kemarin baru pertama kalinya gue mikir hubungan gue sama pak Hardin gak nyampe ke tahap pernikahan..."

"Keluarga pak Hardin keluarga baik-baik juga hangat, gue sampe iri. Bisa aja orang tua pak Hardin gak bisa nerima gue yang banyak kurang ini kan? Gue kadang gila, cuma punya ayah, gue juga orang jahat kan kayak nyokap—"

"ENGGAK JIS ENGGAK. LO PANTES SAMA PAK HARDIN, LO BERHAK BAHAGIA SAMA PAK HARDIN. BUANG PIKIRAN LO BUSUK ITU. RASA INSECURE LO HARUS BISA KALAH SAMA RASA CINTA LO KE PAK HARDIN. PAK HARDIN NERIMA LO APA ADANYA JIS, ITU TUJUANNYA BIAR KALIAN BERDUA SALING MELENGKAPI. JADI BUANG RASA INSECURE LO. LO PANTES SAMA PAK HARDIN. LO YANG TERBAIK JIS,"

Jiskala terdiam mendengar perkataan Devan yang benar-benar menamparnya.

Tidak lama, ia menatap tajam Devan sambil melepaskan tangan cowok itu di bahunya.

"Makasih masukannya, tapi lo gak bakal paham jadi gue Dev," ucap Jiskala final lalu keluar dari mobil Devan.

Jiskala langsung memaksakan senyumnya ketika bertemu Teo di depan lobby FEB.

"Lo kenapa Jis?"

"Gak papa. Gue duluan yo,"

Hingga Teo memerhatikan Devan yang baru saja keluar dari mobil dengan memasang wajah bersalahnya.

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang