34. saya siapkan kamar rawwwwrr

1.5K 80 3
                                    

“Teo?” tanya Hardin seakan meminta penjelasan ketika Jiska sedang memasukkan laptop ke dalam tas punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Teo?” tanya Hardin seakan meminta penjelasan ketika Jiska sedang memasukkan laptop ke dalam tas punggungnya.

“Oh? Teo teman saya pak. Dia ketua kelas di kelas saya. Jika bapak ingat, Teo itu mahasiswa yang sering menjawab pertanyaan bapak,” Hardin menggeleng tanda tak mengerti.

“Yang ganteng itu loh pakkkkkk,” Jelas Jiska yang gemas akan kepikunan dosennya.

“Gak tau,” respon Hardin dengan ekspresi datar.

“Ya pokoknya yang ganteng lah pak,”

Tetap mempertahankan ekspresi datarnya, Hardin meninggalkan Jiska menuju kamarnya.

“Eh bentar pak jangan tidur dulu. Saya mau pamit pulang. Terima kasih buat cokelat panas sama macaronnya yang enak banget pak. Juga yang paling penting terima kasih sudah memberikan saya tumpangan untuk kabur hehe,”

Hardin menaikkan sebelah alisnya. "Pulang ke rumah kamu?”

“Ke kosan Teo pak,”

“Kosan? Teo? Kamu?”

“Eh? Bukan seperti yang bapak pikirkan. Malam ini Teo ke Jakarta jadi kosannya kosong gak ada siapa-siapa,” jelas Jiska, tetapi Hardin masih menatapnya datar.

“Terserah bapak mau menilai saya perempuan seperti apa karena ke kosan seorang teman laki-laki. Tapi, saya sudah berbicara jujur pak,”

“...”

“Ya sudah pak saya pamit. Selamat mal—“

“Kenapa tidak tidur disini saja? M-maksud saya ini sudah malam bahaya buat perempuan dan saya tidak ada niatan untuk mengantar kamu,”

Jiska terdiam menunggu kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir dosennya.

“Pak, gak bagus kalo bermalam di apartemen orang asing. Kita orang asing kalo bapak lupa. Apalagi status kita—“

“Saya siapkan kamar tamu. Tunggu sebentar,”

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang