89. menginap

1.3K 86 3
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

"Gile wangi banget,"

"Iya kan. Jiskala udah cantik belum yah?" tanya Jiskala sambil memutar badannya dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.

Tidak tahu saja Hardin yang sedang menyodok bola terlihat kesal melihat bagaimana penampilan cantik Jiskala sekarang hanya untuk dinner bersama Mateo.

"Cantik. Anak ayah selalu cantik," Daris meletakan tongkat biliar kemudian memeluk Jiskala.

"Buruan Mateo udah nunggu di ruang tamu tuh," Jiskala pun melepas pelukannya.

"Lah udah dateng?"

"Udah, tadi sekalian nganterin kartu debit ayah. Dia ganteng banget Jis, awas lo naksir," Daris menggoda Jiska membuat gadis itu memukul pelan lengannya.

"Gue jodohin lo sama maminya Teo nih," Daris hanya tertawa mendengar ancaman anak gadisnya.

"Jiska pamit," Gadis itu segera mencium tangan dan pipi ayahnya. Kemudian mendekat pada Hardin.

"Pak saya pamit," Jiskala pun ikut mencium tangan Hardin membuat dosen muda itu memandang gadis itu lekat. Jiskala pun melepas tangan Hardin tetapi Hardin menahannya. Bahkan sekarang menarik tangan mungil itu untuk mendekatnya.

Daris tidak memperhatikan mereka berdua karena ayah itu sibuk membereskan bola di meja biliar sedang posisi Jiskala dan Hardin membelakangi Daris.

Bibirnya ia dekatkan pada telinga gadis itu, sebelumnya ia sengaja menghembuskan napas hangatnya pada telinga Jiskala membuat gadis itu merinding.

"Jangan malam-malam pulangnya atau saya bungkus kamu," kata Hardin diselingi ciuman pada telinga gadis itu di akhir kalimatnya.

Jiskala langsung memukul lengan Hardin. "Orang gila," Hardin hanya tertawa ketika melihat Jiskala yang salah tingkah sambil meninggalkannya.

"Lucu banget pengen gue bungkus sekarang,"

"Oh pak Hardin mau nasi gorengnya dibungkus bawa pulang?"

"E-eh enggak pak," Hardin panik sendiri ternyata ayah dari gadis yang ia goda mendengar perkataan kotornya.

"Makan disini ya. Kayaknya abis makan saya tidak bisa lanjut main, punggung saya sakit. Pak Hardin menginap disini saja ya? nanti kalo Jiskala pulang bilang aja mau tidur di kamar tamu dan minta diganti spreinya. Saya gak kuat naik tangga,"

Hardin tersenyum mendengar punggung Daris sakit yang artinya dirinya tidak perlu bermain hingga subuh seperti kata Jiska. Namun, senyumnya luntur ketika tahu bahwa pria di depannya menahannya untuk tidak pulang. Melihat Daris memegang pinggangnya menahan sakit membuat Hardin tidak tega meninggalkan ayah Jiskala sendirian terlebih gadis itu baru saja keluar.

"Boleh pak,"

"Boleh apa? Tidur sama Jiskala? Gak boleh. Jiskala kata Teo nakal," Hardin langsung mendekat pada Daris yang sedang menggoreng nasi dengan tangan yang masih memegang pinggangnya.

"Loh Teo pernah tidur sama Jiskala?"

"Pernah, tapi sekarang kayaknya udah engga deh. Dulu saya sering banget nyuruh Teo nemenin Jiska waktu awal-awal kuliah dan saya sibuk ngurus kerjaan di luar pulau. Tidur biasa pak Hardin, tapi Teo protes ke saya kalo anak saya katanya nakal. Sekarang dia tidak mau lagi nemenin tidur Jiskala,"

Hardin terdiam. Apakah sekarang lawannya adalah Teo mahasiswanya sendiri untuk mendapatkan Jiskala? Level teman sampai tidur bersama? Hardin ingin memprotes, tapi dirinya hanya bisa menghembuskan napas kesal mendengar cerita Daris.

"Ayah?"

"Iya?"

"Saya boleh tidur sama Jiskala?"

"Gak boleh. Mau saya potong titit kamu?"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang