193. makasih sudah mencintai saya

1.2K 84 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah saya bangunkan. Tinggal tunggu dia bangun saja," ucap Daris sambil membantu Hardin memotong dada ayam menjadi dadu.

Sambil memasak nasi goreng, berulang kali Hardin melirik ke arah tangga.

"Saya bangunkan lagi anak saya. Ada yang kangen anak saya sepertinya. Kangen banget sampe ngelirik tangga terus," sindir Daris membuat Hardin gelagapan karena tertangkap basah menunggu kehadiran Jiskala.

Daris pun menaiki tangga meninggalkan Hardin yang sedang memasak. Tidak lama setelahnya, Daris turun dengan Jiskala yang berjalan gontai dengan mata tertutup. Daris memegang bahu Jiskala kemudian ia dudukan pada kursi di meja makan. Hardin tertawa pelan melihat Jiskala yang masih mengantuk dengan tangan yang menahan pipinya. Daris kembali menaiki tangga, hingga tersisa Jiskala dan Hardin.

"Jiskala? Cuci muka dulu saja. Biar tidak mengantuk,"

Gadis itu tidak menjawab. Hardin langsung mengguncang pelan Jiskala.

"Jiskala? Sarapan dulu. Nasi gorengnya sudah siap,"

Jiskala membuka matanya. Ia langsung menyuapkan nasi goreng ke mulutnya dengan mata kembali terpejam. Tangan Hardin mengambil alih sendok di tangan Jiskala. Kemudian ia menyuapi Jiskala.

"Maaf membangunkan kamu. Masih ngantuk ya?"

Jiskala membuka matanya. Lalu mengangguk.

"Habiskan dulu sarapannya, nanti boleh tidur lagi. Saya antar ke kampus ya?"

"Pak Hardin kelas jam berapa?"

"Hari ini tidak ada jadwal mengajar di kampus, tapi tidak apa-apa. Kamu selesai jam berapa? Biar saya jemput juga,"

Jiskala terdiam. Ia menatap Hardin sambil mengunyah nasi goreng di mulutnya. Gadis itu bingung, mengapa tiba-tiba sekali Hardin mau mengantarnya bahkan menjemputnya? Bukankah Hardin paling tidak mau mereka terlihat berdua di lingkungan kampus?

"Bapak kenapa? Kenapa tiba-tiba mau antar dan jemput saya?"

Hardin tersenyum. Kemudian mengelus pelan rambut Jiskala.

"Biar kamu gak bengong satu jam di depan air mancur,"

**

"Tolong. Mau dikeringin pak Hardin,"

Jiskala memberikan hair dryer kepada Hardin yang sedang menonton berita bisnis di ruang tengahnya. Setelah Daris berangkat ke kantor, Hardin benar-benar menunggu Jiskala yang tertidur lagi karena janjinya akan mengantar gadis itu ke kampus.

"Boleh,"

Hardin menaiki tangga mengikuti Jiskala di depannya. Kemudian gadis itu terduduk di depan meja rias, Hardin siap mengeringkan rambut Jiskala dengan hair dryer. Mata Jiskala tidak lepas menatap wajah Hardin yang terpantul di depan cermin, ekspresinya terlihat serius meskipun hanya mengeringkan rambutnya.

Jiskala tersenyum melihat bagaimana Hardin benar-benar membenarkan rambutnya hingga rapi.

"Cantik,"

Hardin balik menatap Jiskala yang sedang tersenyum ke arahnya melalui cermin. Hal tersebut membuat Hardin ikut tersenyum hangat. Tangannya terulur mengelus rambut Jiskala.

"Mau dicatok kayak ombak gitu? Atau mau langsung saya kuncir? Atau digerai saja?"

Jiskala hanya diam. Ia melihat tangan Hardin yang bergerak mengelus rambutnya. Kemudian, ia tersenyum lagi melihat Hardin lewat cermin. Namun, air matanya turun begitu saja.

"Jiskala? Kenapa? Saya salah? Saya bikin kamu sakit? Kenapa kamu menangis? Saya minta maaf,"

Jiskala menggeleng. Jarinya mengusap air mata di pipinya.

"Saya senang sekali,"

"Kamu selalu nangis karena saya. Saya minta maaf Jiskala,"

Jiskala menggeleng.

"Saya senang sekali kalo bapak mengelus rambut saya terus menepuk pelan. Saya merasa dicintai,"

"Iya memang saya cinta kamu,"

Jiskala melebarkan matanya atas pernyataan cinta Hardin yang tiba-tiba. Ia menepuk pelan tangan Hardin yang di kepalanya.

"Ish kaget,"

"Saya memang cinta kamu,"

"Iya iya saya tau pak Hardin,"

"Jiskala. Saya tidak memaksa kamu membalas cinta saya sekarang karena saya tau itu butuh waktu. Jangan terburu-buru atau terpaksa mengatakan kamu juga cinta saya hanya karena tidak enak dengan saya. Saya akan menunggu kamu membalas cinta saya ketika kamu benar-benar sudah mencintai saya,"

Wajah Hardin terlihat serius membuat Jiskala menelan ludahnya kasar.

"Makasih sudah mencintai saya. Saya kabarin kalo sudah siap mengatakan cinta kepada bapak,"

Hardin tertawa sambil memejamkan matanya, lalu mencium rambut Jiskala.

"Lucu banget cinta-cintaan sama bayi,"

"Ish bayi apaan. Aduh pak astaga, eyeliner saya luntur gara-gara nangis,"

"Iya iya nanti saya belikan eyeliner anti air mata,"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang