340. Wardah

848 61 2
                                    

"Suaranya bikin kaget. Bisa gak sih suaranya dikecilin," protes Hardin ketika film yang menampilkan hantu yang tiba-tiba muncul dengan suara yang membuatnya terkejut.

"Bilang aja takut," sindir Jiskala membuat Hardin melotot padanya.

"Saya gak takut. Saya—"

"Anjing Bima ganteng banget. Itu tipe gue banget anjing,"

Ucapan Jiskala yang memotong perkataannya membuat Hardin menoleh pada layar yang menampilkan tokoh Bima pada film KKN Desa Penari. Ia melirik pada Jiskala yang sedang menatap memuja tokoh Bima dengan senyum yang mengembang.

Hardin menangkup wajah Jiskala, lalu ia bawa mendekat pada wajahnya

"Ganteng saya,"

Jiskala langsung melepas paksa tangan Hardin yang ada di wajahnya.

"Iya iya iya ganteng. Diem ya, saya lagi fokus liat Bima,"

Hardin mengerucutkan bibirnya. Ia cemburu dengan tokoh Bima yang membuat kekasihnya itu tidak memedulikannya.

Sepanjang film, Hardin tidak menonton layar lebar di depannya melainkan menonton Jiskala di sampingnya yang sangat cantik meskipun dengan cahaya yang sangat minim. Hardin tersenyum melihat bagaimana Jiskala tersenyum ketika tokoh Bima keluar.

Hardin menyandarkan kepalanya pada bahu Jiskala membuat tangan gadis itu mengusap kepalanya pelan. Hal itu membuat Hardin tersenyum meskipun matanya fokus, tetapi tangannya bergerak mengusap rambutnya membuat Hardin tertidur di bahu Jiskala.

Hingga film berakhir, Hardin masih tidur bersandar pada Jiskala.

"Pak. Udah selese filmnya. Makan yuk?"

Tidak ada pergerakan dari Hardin. Pria itu terlihat sangat pulas, lalu dengan jail Jiskala mengecup pipinya.

"Pak suami bangun. Ice bear, panda, grizzly siap mau sekolah,"

Jiskala terkekeh sendiri.

"Sudah selesai?"

Benar juga pria itu bangun sambil mengucek matanya. Jiskala langsung merapikan kemeja Hardin yang berantakan dan rambutnya ia sisir menggunakan jarinya.

"Udah kumpul nyawanya?"

Hardin hanya mengangguk lucu, hal itu membuat Jiskala gemas lalu mencuri satu kecupan di bibir Hardin.

"Ayo makan,"

***

"Nanti pulangnya antarkan saya beli jambu di supermarket mau?"

Jiskala yang sedang menyantap mcflurry langsung mengangguk setuju.

"Jadi.. adik teman saya kabur dari rumah karena ibunya jahat. Dia udah lima hari di tempat saya. Dia selalu mencoba bunuh diri makanya saya tidak keberatan dia tidur di apart saya,"

"Serius pak? Kasian banget. Terus waktu di tempat pak Hardin dia masih nyoba bunuh diri?"

Hardin tersenyum menatap dalam Jiskala. Ia bisa melihat ekspresi khawatir di wajah Jiskala. Bagaimana jika Jiskala tau kalau seseorang yang ia ceritakan adalah kakaknya sendiri?

"Enggak. Dia stres karena adik sama ayahnya benci dia. Padahal semua masalah yang bikin dia kayak gini bukan salah dia. Dia sayang banget sama adik perempuannya. Ini saya beli jambu buat dia,"

Ia sindir sedikit tentang adik perempuan kepada Jiskala. Benar saja, ekspresinya berubah menjadi lebih khawatir.

"Pasti berat jadi dia ya pak. Ayo kita belanja buat dia. Saya mau jajanin dia juga deh,"

"Serius Jiskala?"

"Iya. Saya tau rasanya putus asa sampe mau bunuh diri makanya saya mau ikut jajanin dia biar dia tau banyak yang sayang dia. Salam buat dia ya pak, bilang saya sayang dia. Jadi jangan coba buat bunuh diri lagi,"

Hardin tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya mendengar perkataan Jiskala. Ia membayangkan wajah bahagia Niscala jika tahu adiknya mengatakan itu. Hardin tidak sabar untuk pulang memberitahu Niscala tentang ucapan Jiskala dan memberikan snack dari Jiskala.

"Pak Hardin tadi sepanjang film tidur ya?"

"Enggak,"

"Bohong,"

"Serius Jiskala,"

Mata Jiskala menyipit. Ia mencari kebohongan di mata Hardin. Hardin menghindari tatapan Jiskala karena sejujurnya ia takut pada film horor.

"Kalo gak tidur berarti tau dong siapa tokoh yang meninggal sama Bima?"

Jiskala tersenyum licik melihat Hardin yang terlihat berpikir keras.

"Nur?"

Jiskala langsung menarik Hardin kembali ke loket tiket.

"Ngapain Jiskala?"

"Nonton KKN lagi biar pak Hardin paham ceritanya. Saya mau diskusi soalnya,"

Jiskala kembali menarik Hardin, tetapi pria itu berhasil menghentikan langkah mereka dengan menahan lengan Jiskala.

"Saya tau,"

"Iya. Siapa yang meninggal sama Bima pak?"

Hardin gugup. Ia tidak tau nama tokoh itu, sepanjang film ia hanya memperhatikan Jiskala lalu tidur di bahunya.

"Yang meninggal sama Bima itu Wardah kan?"

Jiskala langsung menarik kencang Hardin lalu memesan tiket KKN Desa Penari lagi.

"Iya kan jawaban saya benar? Wardah. Saya tadi nonton kok, jadi udah ya jangan nonton lagi. Saya takut,"

"AYU ASTAGA BUKAN WARDAH. WARDAH SIAPA? PAK HARDIN SELINGKUH SAMA WARDAH?!"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang